Oleh : Abu Aisyah
Manusia dan dunia adalah dua hal yang saling berkaitan erat, manusia hidup tentu membutuhkan dunia dalam hal ini adalah harta. Harta menjadi sesuatu yang sangat penting bagi manusia karena itu manusia tidak akan bisa hidup tanpa harta. Islam sebagai agama yang memahami kebutuhan manusia maka memberikan porsi sesuai dengan posisinya. Islam memposisikan harta sebagai wasilah dan sarana dalam menghadapi kehidupan. Dalam arti luas Ia adalah alat untuk memenuhi semua kebutuahn hidupnya. Sebagai sebuah sarana ia bukanlah sebuah tujuan, sehingga sangat disayangkan ketika umat Islam menjadikan harta sebagai tujuan utama dalam hidupnya.
Menghindar dari harta juga sesuatu yang tidak mungkin, karena setiap manusia tentu memerlukan semua fasilitas hidup apalagi di zaman sekarang ini. Sehingga tidak mencari harta dengan alasan hidup hanya untuk beribadah saja adalah sebuah kekeliruan. Hal ini seperti orang-orang yang tidak mau menikah dengan alasan hidupnya hanya untuk melayani Tuhan.
Permasalahannya adalah bukan pada orang-orang yang menghindari dunia, justru permasalahan utama adalah mereka yang menghamba dengan dunia sehingga menjadikan harta dan dunia sebagai tujuan utama. Mereka mengorbankan apa saja untukmendapatkan dunia, bahkan mengorbankan akhirat untuk mendapatkan secuil kenikmatan dunia.
Ketika dunia menjadi tujuan utama maka jiwa dan raganya, jasad dan hatinya telah bergantung kepada dunia, sehingga dalam hatinya selalu yang menjadi pikirannya adalah bagaimana cara mendapatkan dunia.
Maka sebagai seorang muslim kita harus mengetahui bagaimana kedudukan dunia di hadapan Allah ta'ala?. Sebagai seorang muslim tentu kita memahami bahwa Allah ta'ala menciptakan dunia dan isinya untuk manusia. Hanya saja peruntukan ini harus diperhatikan apa tujuan dari Allah ta'ala memberikan semua dunia dan isinya kepada manusia. Allah ta'ala berfirman :
هُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ ذَلُولًا فَامْشُوا فِي مَنَاكِبِهَا وَكُلُوا مِنْ رِزْقِهِ ۖ وَإِلَيْهِ النُّشُورُ [٦٧:١٥
Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan. QS Al-Mulk : 15.
Jelas sekali dalam ayat ini bahwa Allah ta'ala menciptakan dunia adalah untuk manusia dengan syarata manusia dapat menggunakannya sebagai bekal untukmebali kepadaNya. Karena mencari harta dunia sendiri tidaklah tercela, sebagaimana firmanNya :
وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ ۖ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ [٢٨:٧٧]
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. QS Al-Qashas : 77.
Maka penguasan dan pemilikan terhadap harta di dunia tidaklah tercela, dalam makna lain bahwa memiliki harta yang banyak dibolehkan dengan syarat melaksanakan hak-hak dari harta tersebut seperti zakat, infak, shadaqah dan yang lainnya.
Selain itu kepemilikan harta juga tidak memalingkan hatinya dari kehidupan akhirat, dalam artinya walaupun ia memilik harta banyak namun hatinya tidak terikat dengannya. Maka tepatlah jika ada perkataan “Dunia di tanganku bukan di hatiku” artinya adalah walaupun kita memiliki harta yang banyak dan berusah untuk mengumpulkannya namun ia tidak menjadi tujuan utama dan pula tidak menjadi hati ini lupa dari Sang pemberi Rzki yaitu Allah ta'ala. Wallahu a'lam.
Dunia Di Tanganku Bukan Di Hatiku
Oleh : Abu Aisyah
Manusia dan dunia adalah dua hal yang saling berkaitan erat, manusia hidup tentu membutuhkan dunia dalam hal ini adalah harta. Harta menjadi sesuatu yang sangat penting bagi manusia karena itu manusia tidak akan bisa hidup tanpa harta. Islam sebagai agama yang memahami kebutuhan manusia maka memberikan porsi sesuai dengan posisinya. Islam memposisikan harta sebagai wasilah dan sarana dalam menghadapi kehidupan. Dalam arti luas Ia adalah alat untuk memenuhi semua kebutuahn hidupnya. Sebagai sebuah sarana ia bukanlah sebuah tujuan, sehingga sangat disayangkan ketika umat Islam menjadikan harta sebagai tujuan utama dalam hidupnya.
Menghindar dari harta juga sesuatu yang tidak mungkin, karena setiap manusia tentu memerlukan semua fasilitas hidup apalagi di zaman sekarang ini. Sehingga tidak mencari harta dengan alasan hidup hanya untuk beribadah saja adalah sebuah kekeliruan. Hal ini seperti orang-orang yang tidak mau menikah dengan alasan hidupnya hanya untuk melayani Tuhan.
Permasalahannya adalah bukan pada orang-orang yang menghindari dunia, justru permasalahan utama adalah mereka yang menghamba dengan dunia sehingga menjadikan harta dan dunia sebagai tujuan utama. Mereka mengorbankan apa saja untukmendapatkan dunia, bahkan mengorbankan akhirat untuk mendapatkan secuil kenikmatan dunia.
Ketika dunia menjadi tujuan utama maka jiwa dan raganya, jasad dan hatinya telah bergantung kepada dunia, sehingga dalam hatinya selalu yang menjadi pikirannya adalah bagaimana cara mendapatkan dunia.
Maka sebagai seorang muslim kita harus mengetahui bagaimana kedudukan dunia di hadapan Allah ta'ala?. Sebagai seorang muslim tentu kita memahami bahwa Allah ta'ala menciptakan dunia dan isinya untuk manusia. Hanya saja peruntukan ini harus diperhatikan apa tujuan dari Allah ta'ala memberikan semua dunia dan isinya kepada manusia. Allah ta'ala berfirman :
هُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ ذَلُولًا فَامْشُوا فِي مَنَاكِبِهَا وَكُلُوا مِنْ رِزْقِهِ ۖ وَإِلَيْهِ النُّشُورُ [٦٧:١٥
Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan. QS Al-Mulk : 15.
Jelas sekali dalam ayat ini bahwa Allah ta'ala menciptakan dunia adalah untuk manusia dengan syarata manusia dapat menggunakannya sebagai bekal untukmebali kepadaNya. Karena mencari harta dunia sendiri tidaklah tercela, sebagaimana firmanNya :
وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ ۖ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ [٢٨:٧٧]
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. QS Al-Qashas : 77.
Maka penguasan dan pemilikan terhadap harta di dunia tidaklah tercela, dalam makna lain bahwa memiliki harta yang banyak dibolehkan dengan syarat melaksanakan hak-hak dari harta tersebut seperti zakat, infak, shadaqah dan yang lainnya.
Selain itu kepemilikan harta juga tidak memalingkan hatinya dari kehidupan akhirat, dalam artinya walaupun ia memilik harta banyak namun hatinya tidak terikat dengannya. Maka tepatlah jika ada perkataan “Dunia di tanganku bukan di hatiku” artinya adalah walaupun kita memiliki harta yang banyak dan berusah untuk mengumpulkannya namun ia tidak menjadi tujuan utama dan pula tidak menjadi hati ini lupa dari Sang pemberi Rizki yaitu Allah ta'ala. Wallahu a'lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...