Minggu, 24 Juli 2011

Jihad Melawan Syetan







Jihad melawan syetan ini ada dua macam,
1-Berjihad dengan menolak segala syubhat (hal-hal meragukan) yang dilancarkan syetan kepada hamba. Yaitu menolaknya dengan sesuatu yang yakin.
2-Berjihad dengan menolak segala nafsu syahwat yang dilancarkan syetan kepada hamba. Caranya adalah dengan bersabar.[1]
Allah Subhanahu wa Ta’ala Berfirman,
وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُونَ (السجدة: 24)
“Kami jadikan di antara mereka, pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka bersabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami.” (QS. As-Sajdah: 24)
Asy-Syaikh Abdurrahman As-Sa`di rahimahullah berkata dalam tafsiran ayat ini; maksud dari “Pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah kami”, adalah orang-orang yang mendapat petunjuk dalam diri mereka, kemudian menunjukkan orang lain dengan petunjuk tersebut. Merekalah orang-orang yang paling tinggi derajatnya setelah para nabi dan rasul. Inilah derajat ash-shiddiqin itu.
Mereka mendapat derajat tinggi ini, ketika selalu bersabar
(
لَمـَّا صَـبَـرُوْا) dalam menuntut ilmu. Bersabar dalam mengajarkan ilmu. Bersabar dalam berdakwah di jalan Allah, dan bersabar atas segala gangguan yang menimpa mereka pada jalan tersebut. Juga selalu mengendalikan jiwanya, sehingga tidak masuk ke jurang maksiat dan tidak terperosok dalam lembah syahwat.
(وَكَانُوْا بِآياَتِناَ يُـوْقِنُوْنَ) “Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat kami”. Maksudnya; dalam beriman kepada ayat-ayat Allah Subhanahu wa Ta’ala, mereka sudah mencapai derajat al-yaqin. Mereka mendapat derajat al-yaqin ini, karena mereka belajar ilmu tersebut dengan cara yang benar, mereka langsung mengambil masalah-masalah dari dalil-dalilnya yang mufid, kemudian senantiasa mempelajari masalah-masalah tersebut, dan menggunakannya sebagai dalil dalam segala aspek kehidupan. Akhirnya merekapun sampai pada derajat al-yaqin itu.[2]
Perlu diketahui, bahwa kedua macam jihad ini, yaitu jihad melawan hawa nafsu dan jihad melawan syetan, hukumnya adalah fardhu ain. Allah Subhanahu wa Ta’ala Berfirman,
إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ (يوسف: 53)
“Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan.” (QS. Yusuf: 53)
Juga berfirman,
إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا (فاطر: 6)
“Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah sebagai musuh.” (QS. Fathir: 6)

 

[1] Zaadul Ma`ad, Ibnul Qayyim, 3/10
[2] Lihat, taisir al-karim ar-Rahman fi tafsir kalam al-mannan, Abdur Rahman As-Sa`di, hlm. 604



Compiled file CHM :  Abu 'Abdirrahman Muhammad Taufiq
Komentar, saran & kritik Mailto :  redaksi.kita@gmail.com
E-Book ini boleh di sebarkan dalam bentuk apa saja selama menyebutkan sumber,
tidak merubah isi & maknanya serta tidak untuk komersial.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Uktub Your Ro'yi Here...