Rabu, 23 November 2011

Ahlu Sunnah Itu Berakhlak Mulia


Ahlu Sunnah Itu Berakhlak Mulia 

Di antara pokok-pokok aqidah Ahlus Sunnah : memerintahkan yang ma’ruf, mencegah kemungkaran dan beriman bahwa kebaikan umat  akan terealisasi ketika mereka berada padanya. Amar ma’ruf nahi munkar termasuk diantara syiar-syiar islam yang paling agung dan penyebab terpeliharanya jama’ah kaum muslimin. Amar ma’ruf nahi munkar hukumnya wajib sesuai dengan kemampuan dan dijalankan dengan  memperhatikan  maslahah  nyata yang dihasilkannya.
Firman Alloh:
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنْ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ مِنْهُمْ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمْ الْفَاسِقُونَ(110)
Kalian adalah sebaik-baik umat yang dikeluarkan untuk manusia memerintahkan yang ma’ruf dan mencegah yang mungkar dan beriman kepada Alloh
 (S. Ali Imron 110).
Dan sabda nabi sholallohu alaihi wasalam :
Barangsiapa diantara kalian yang melihat kemungkaran hendaknya mengubah dengan tangannya, maka apabila tidak mampu maka dengan lidahnya, apabila tidak mampu maka dengan hatinya. Dan yang demikian itu adalah selemah-lemahnya iman (HR. Muslim)
Ahlus Sunnah mendahulukan kelembutan di dalam memerintah dan melarang. Berdakwah dengan hikmah serta nasehat yang baik. Firman Alloh :
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ(125)
Serulah kepada jalan Rabb kalian dengan hikmah dan mauidhoh hasanah dan debatilah mereka dengan yang lebih baik. (S. An-Nahl 125).
Dan mereka memandang wajibnya bersabar terhadap gangguan makhluk di dalam menegakkan yang ma’ruf dan mencegah yang mungkar. Mengamalkan firman Alloh :
يَابُنَيَّ أَقِمْ الصَّلَاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنْ الْمُنكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ(17)
 perintahkanlah yang ma’ruf dan cegahlah yang mungkar dan bersabarlah atas musibah yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu merupakan perkara yang diwajibkan (QS. Lukman 17).
Ahlus Sunnah wal Jamaah ketika menegakkan amar ma’ruf dan nahi mungkar memperhatikan waktu sebagai salah satu pokok menjaga keutuhan jama’ah, menyatukan hati-hati, mempersatukan kalimat, menghindarkan perpecahan dan perselisihan. Ahlus Sunnah wal Jama’ah menegakkan nasehat kepada setiap muslim dan saling tolong menolong di atas kebaikan dan takwa.
Sabda rasululloh sholallohu alaihi wasalam agama itu adalah nasehat. Kami berkata untuk siapa? Beliau berkata untuk Alloh, kitabNya, rasulNya, pemimpin kaum muslimin dan orang awamnya. (HR. Muslim).
Ahlus Sunnah menjaga tegaknya syiar-syiar islam seperti menunaikan sholat Jumat dan jamaah; haji, jihad, I’ed bersama para pemimpin yang baik atau yang jelek sebagai hal yang menyelisihi ahlul bid’ah. Bersegera menunaikan sholat yang wajib dan menunaikannya di awal waktu bersama jamaah. Mengerjakan sholat di awal waktu lebih utama daripada di akhirnya. Mereka menganjurkan untuk khusyu dan tuma’ninah di dalam sholat, dalam rangka mengamalkan firman Alloh :
قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ(1)الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ(2)
Sungguh beruntung orang-orang yang beriman yaitu mereka yang khusyu di dalam sholat mereka. (S. Al-Mukminun 1-2).
Ahlul Sunnah wal Jamaah mewasiatkan untuk menegakkan sholat malam  sebagai petunjuk nabi sholallohu alaihi wasalam. Allah  pun memerintahkan nabinya untuk sholat malam dan bersungguh-sungguh di dalam ketaatan kepadaNya.Aisyah berkata bahwa nabi sholallohu alaihi wasalam melakukan sholat malam sampai kaki beliau bengkak,
maka berkata Aisyah mengapa engkau lakukan yang demikian ya Rasululloh? sungguh Alloh telah mengampunkan dosamu  yang terdahulu dan yang akan datang. Beliau bersabda apakah aku tidak suka menjadi seorang hamba yang bersyukur? (HR. Bukhori).
Ahlus Sunnah wal Jama’ah  tegar di dalam menghadapi ujian, dengan cara bersabar di atas bencana, bersyukur pada kelapangan, dan  ridha dengan takdir. Firman Alloh Ta’ala :
قُلْ يَاعِبَادِ الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا رَبَّكُمْ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ وَأَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةٌ إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ(10)
 Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas. (QS. Az-Zumar 10)
Sabda rasululloh sesungguhnya besarnya ganjaran bersama besarnya cobaan, dan sesungguhnya Alloh apabila mencintai suatu kaum maka Alloh akan memberikan cobaan kepada mereka. Maka barangsiapa yang ridho maka baginya keridhoan dan barangsiapa yang marah maka baginya kemarahan.
 (HR. Tirmidzi dishohehkan oleh Albani).
Ahlus Sunnah tidaklah mengharap dan meminta kepada Alloh ditimpakan cobaan, karena  tidak mengetahui apakah mereka ditetapkan padanya atau tidak. Akan tetapi, apabila mereka mendapatkan cobaan maka bersabar. Sabda nabi sholallohu alaihi wasalam
janganlah kalian berangan-angan untuk bertemu musuh dan mintalah kepada Allah keselamatan maka apabila kalian bertemu musuh maka bersabarlah.
(HR. Bukhori Muslim).
Ahlus Sunnah tidak berputus asa terhadap rahmat Alloh di dalam ujian, karena sesungguhnya Allah mengharamkan hal tersebut. Mereka menghadapi hari-hari cobaan dengan memandang akan datangnya kelapangan dan pertolongan yang dekat. Hal ini  disebabkan mereka percaya dengan janji Alloh dan mengetahui bahwa bersama kesulitan ada kemudahan. Mereka pun mencari penyebab terjadinya ujian itu pada diri mereka sendiri dan mereka memandang bahwa ujian dan musibah tidaklah menimpa kecuali karena perbuatan mereka sendiri. Pertolongan terkadang diakhirkan dengan sebab  seseorang terjerumus di dalam dosa atau lemah di dalam berittiba’ sebagaimana firman Alloh :
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ(30)
Dan apa-apa musibah yang menimpa kalian maka disebabkan oleh tangan kalian sendiri. (Asy-Syura 30).
Ahlus sunnah tidak menyandarkan diri dalam menghadapi ujian dan menolong agama dengan sebab-sebab duniawiyah, walaupun tidak lalai terhadap sunnah kauniyah. Dan mereka memandang bahwa taqwa kepada Alloh, istighfar dari dosa-dosa, bersandar kepada Alloh dan bersyukur di dalam kebahagian merupakan sebab yang terpenting di dalam menyegerakan kelapangan setelah kesempitan.
Ahlus Sunnah takut terhadap balasan kufur nikmat, sehingga terlihatlah mereka sebagai orang yang paling bersemangat untuk bersyukur,memuji Alloh dan kontinu di atas hal yang demikian  pada setiap kenikmatan, yang kecil maupun yang besar. Sabda rasululloh sholallohu alaihi wasalam
lihatlah kepada orang yang di bawah kalian dan jangan melihat kepada orang yang di atas kalian. (HR. Tirmidzi dishohihkan oleh Albani).
Ahlus Sunnah wal Jama’ah menghiasi diri mereka dengan akhlak yang mulia dan kebaikan amalan. Sabda nabi sholallohu alaihi wasalam
orang mukmin yang paling sempurna adalah yang paling beriman dan yang terbaik diantara mereka adalah yang terbaik akhlaknya.
 (HR. Tirmidzi dishohihkan oleh Albani).
 Dan sabda beliau
tidak ada sesuatu yang diletakkan di dalam mizan lebih berat daripada kebaikan akhlak dan sesungguhnya pemilik akhlak yang baik akan meraih dengannya derajat orang-orang yang berpuasa dan sholat. (HR. Tirmidzi dishohihkan oleh Albani).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Uktub Your Ro'yi Here...