Senin, 21 November 2011

Nikmat Bertutur Dan Berbicara


Oleh : Sholeh AF


Nikmat Allah terhadap hambaNya tidak terhitung dan tidak ada hingganya, diantara yang terbesar dari nikmat-nikmat tersebut adalah nikmat berbicara yang mana dengannya seorang insan mampu mengutarakan tentang keinginannya, dan mengucapkan perkataan yang baik, dan menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, barang siapa yang kehilangan nikmat ini (nikmat bicara) ia tidak bisa melakukan berbagai urusan tersebut, dan ia tidak akan bisa berbicara sesama orang lainya kecuali dengan isyarat atau tulisan jika ia seorang yang bisa menulis.
Allah ‘Azza wa Jalla telah berfirman:
{وَضَرَبَ اللّهُ مَثَلاً رَّجُلَيْنِ أَحَدُهُمَا أَبْكَمُ لاَ يَقْدِرُ عَلَىَ شَيْءٍ وَهُوَ كَلٌّ عَلَى مَوْلاهُ أَيْنَمَا يُوَجِّههُّ لاَ يَأْتِ بِخَيْرٍ هَلْ يَسْتَوِي هُوَ وَمَن يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَهُوَ عَلَى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ {76}  [سورة النحل ].
“Allah mejadikan perumpamaan dua orang laki-laki; salah satunya bisu dan tidak mampu melakukan apapun, dan ia menjadi beban diatas majikannya, kemanapun ia disuruh majikannnya tidak bisa mendatangkan kebaikan sedikitpun, apakah ia sama dengan orang yang menyuruh dengan keadilan, dan ia berada diatas jalan yang lurus”.
Dan disebutkan dalam tafsiran ayat tersebut: Bahwasanya ini adalah perumpamaan dijadikan Allah antara diriNya dan berhala, ada lagi yang berpendapat: Bahwasanya ini adalah perumpamaan antara orang kafir dan orang yang beriman.
Imam Al Qurtuby berkata dalam kitab tafsirnya (9/149): “(tafsiran ini) diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas, dan tafsiran tersebut sangat bagus karena mencakup secara umum”.
Perumpamaan tersebut sangat jelas menerangkan tentang kelemahan seorang budak yang bisu yang tidak memberikan faedah untuk orang lain, begitu juga majikannya tidak dapat mengambil faedah darinya kemanapun disuruhnya.
Dan firman Allah ‘azza wa jalla:
{فَوَرَبِّ السَّمَاء وَالْأَرْضِ إِنَّهُ لَحَقٌّ مِّثْلَ مَا أَنَّكُمْ تَنطِقُونَ {23}  [سورة الذاريات].
“Maka demi tuhan langit dan bumi, sesungguhnya yang dijanjikan itu adalah benar-benar (akan terjadi) seperti perkataan yang kamu ucapakan”.
Maka sesungguhnya Allah telah bersumpah dengan diriNya atas kebenaran kejadian berbangkit dan balasan terhadap segala amalan, sebagaimana terjadinya ucapan dari yang orang berbicara, dan dalam hal itu terdapat pula pujian terhadap nikmat berbicara.
Dan fiman Allah:             [سورة الرحمن]. {خَلَقَ الْإِنسَانَ {3} عَلَّمَهُ الْبَيَانَ {4}  
“Dia (Allah) yang telah menciptakan manusia, yang telah mengajarnya pandai berbicara”.
Hasan al Bashri menafsirkan Al Bayaan dengan berbicara, dalam hal itu terdapat pula pujian terhadap nikmat bicara yang dengannya seorang insan dapat mengutarakan tentang apa yang diinginkannya.
Firman Allah lagi:       [سورة البلد]. {أَلَمْ نَجْعَل لَّهُ عَيْنَيْنِ {8} وَلِسَانًا وَشَفَتَيْنِ {9}
“Bukankah kami telah menjadikan untuknya (manusia) dua buah mata, lidah dua bibir”.
Berkata Ibnu Katsir dalam Tafsirnya: “Firman Allah: ((Bukankah kami telah menjadikan untuknya (manusia) dua buah mata))  artinya: dengan kedua mata tersebut mereka bisa melihat, ((dan lidah)) artinya: ia berbicara dengannya, maka ia mengutarakan tentang apa yang terdapat dalam hatinya, ((dan dua bibir))  ia menjadikan kedua belah bibir tersebut sebagai pembatu dalam berbicara dan untuk melahab makanan, serta sebagai penghias wajah dan mulutnya”.
Dan satu hal yang sudah dimaklumi bahwa sesungguhnya nikmat ini akan benar-benar bernilai sebagai nikmat apabila dipergunakan untuk berbicara tentang apa yang baik, namun apabila dipergunakan untuk hal yang jelek maka ia akan berakibat buruk terhadap pemiliknya, boleh jadi orang yang kehilangan nikmat ini lebih baik halnya dari orang yang memilikinya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Uktub Your Ro'yi Here...