Minggu, 17 November 2013

Disertasi: Asal-usul Istilah Baduy Kanekes

Oleh: 
Abdurrahman Misno Bambang Prawiro
Kandidat Doktor Hukum Islam Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung

Istilah “Baduy” sebagai sebutan bagi komunitas adat yang saat ini mendiami kampung-kampung di Desa Kanekes memiliki beberapa sumber pendapat. Pertama, istilah Baduy berasal dari bahasa Arab yaitu kata بدء bada’a yang berarti memulai dan membuka.[1] Kata البدو (al-badwu) berarti orang baduy yang tinggal di padang sahara Arabia. Kedua, istilah Baduy berawal dari sebutan para peneliti Belanda yang menyebut mereka dengan agaknya mempersamakan mereka dengan kelompok Arab Badawi yang merupakan masyarakat berpindah-pindah (nomaden). Ketiga, istilah Baduy berasal dari adanya Sungai Baduy (Cibaduy) dan Gunung Baduy yang ada di bagian utara dari wilayah tersebut sehingga penamaan Baduy dinisbatkan kepada keduanya.
Mereka sendiri lebih suka menyebut dirinya sebagai Urang Kanekes atau "orang Kanekes" sesuai dengan nama wilayah mereka. Sebagaimana setiap mereka menisbatkan diri kepada nama kampung masing-masing, misalnya orang dari Cikeusik akan menyebut dirinya urang Cikeusik, orang dari Cikertawana menyebut dirinya urang Cikertawana demikian pula orang dari Cibeo akan menyebut Urang Cibeo.[2] Penisbatan semacam ini sudah umum terjadi pada kebudayaan mereka hingga saat ini.
Pleyte seperti dikutip oleh Garna menyebutkan bahwa istilah Baduy itu berkaitan dengan budaya mereka sendiri yaitu berasal dari kata Cibaduy yang merupakan nama sungai di sebelah utara Desa Kanekes. Sehingga istilah Baduy bukanlah sebuah hinaan bagi mereka. Memberikan nama dengan asal daerah sudah menjadi tradisi pada masyarakat Sunda, bahkan menjadi sebuah kebanggaan tersendiri.[3] Oleh karena itu tidak heran mereka juga menyebut diri mereka dengan urang Kanekes.  
Informasi yang penulis dapatkan, saat ini mereka lebih senang menyebut dirinya suku Baduy daripada Kanekes, hal ini sebagaimana disebutkan oleh Jaro Dainah selaku Jaro Pamarintah Baduy: "Kanekes ngaran Desa, Baduy ngaran masyarakatna. Lian ti eta ber-arti sebutan nu diciptakeun ku urang luar Baduy" Artinya: "Kanekes nama Desa, Baduy nama masyarakatnya. Selain dari itu berarti sebutan yang diciptakan oleh orang luar Baduy.[4]
Penjelasan dari Ayah Mursyid memberikan gambaran asal-usul istilah Baduy yang diterima oleh mereka:
"Sabenerna istilah kanekes keur masyarakat kami hiji sebutan anu kaitung anyar, nyaeta keur nyambut atawa mere ngaran Jaro Pamarentahan anu ditugaskeun pikeun panyambung urusan atawa acara-acara ti Baduy ka luar Baduy/ka nagara, anu waktu harita mah masih dipusatkeun di Cibeo kabeneran harita aya tokoh adat terkenal ngarana Ki Kanekes. Kusabab aya kajadian nu kurang merenah pas keur acara Kawalu, maka Jaro Pamarentahan dibentuk ku Ki Kanekes ka Baduy Luar, tah tidinya Pamarentahan Desa dibere ngaran Kanekes. Mun aya nu nyebutkeun istilah kanekes asalna tina hiji ngaran walungan, memang bener di kami aya ngaran walungan leutik Cikanekes anu aya di kampung Kaduketer perbatasan Baduy Dalam. Tah keur ngalu-ruskeun nu benerna mah kitu."

Sebenarnya istilah Kanekes buat masyarakat kami adalah satu sebutan yang terhitung baru, yaitu untuk menyambut atau memberi nama Jaro Pemerintahan yang ditugaskan sebagai penyam-bung urusan atau acara, atau kegiatan-kegiatan dari Baduy ke luar Baduy atau ke pemerintahan negara, yang pada saat itu masih dipu-satkan di Cibeo, kebetulan waktu itu ada salah seorang tokoh adat terkenal namanya Ki Kanekes. Karena ada kejadian yang tidak sesuai atau mengganggu saat acara adat kawalu, maka Jaro Pemerintahan dibentuk ke Baduy Luar, nah dari situ Pemerintahan Desa diberi nama Kanekes. Kalau ada yang menyebutkan istilah Kanekes berasal dari satu nama sungai, memang benar di kami (wilayah mereka) ada nama sungai kecil Cikanekes yang berada di kampung Kaduketer perbatasan Baduy Dalam. Nah untuk meluruskan yang benarnya begitu.[5]



[1] Ahmad Warson Munawir, Kamus Al-Munawir, Surabaya: Pustaka Progresif, tahun cet: XIV tahun 1997, hlm.63.
[2]  Garna, 1993.
[3] Judistira K Garna, Orang Baduy, (Bangi: Penerbit University Kebangsaan Malaysia), tahun 1987,  hlm. 37.
[4] Wawancara dengan Jaro Dainah pada Februari  2013
[5] Wawancara dengan Ayah Mursyid sebagai wakil dari Jaro Cibeo Baduy Dalam. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Uktub Your Ro'yi Here...