Selasa, 12 November 2013

Tafsir Surat Al-Ma'un

Tafsir Surat al-Ma’un
KRITERIA PARA PENDUSTA AGAMA

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْم
أَرَأَيْتَ الَّذِي يُكَذِّبُ بِالدِّينِ (1) فَذَلِكَ الَّذِي يَدُعُّ الْيَتِيمَ (2) وَلاَ يَحُضُّ عَلَى طَعَامِ الْمِسْكِينِ (3) فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ (4) الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلاتِهِمْ سَاهُونَ (5) الَّذِينَ هُمْ يُرَاءُونَ (6) وَيَمْنَعُونَ الْمَاعُونَ (7)

Artinya: “(1) Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?” (2) Itulah orang yang menghardik anak yatim. (3) Dan tidak menganjurkan memberi makan bagi orang-orang miskin. (4) Maka celakalah bagi orang-orang yang shalat, (5) (yaitu) orang-orang yang lalai dalam shalatnya. (6) orang-orang yang berbuat riya, (7) dan enggan (menolong dengan) barang berguna.”
         
          Surat ini terdiri dari tujuh ayat dan termasuk dalam kategori surat Makiyyah yang diturunkan setelah Surat al-Takatsur. Nama al-Ma’un untuk penamaan surat ini diambil dari kata yang terdapat dalam ayat ketujuh. Al-Ma’un sendiri artinya “barang-barang berguna”.

Uraian dan Tafsir

[1] Dalam ayat pertama, Allah swt menjelaskan tentang kriteria para pendusta agama. Penjelasan itu diawali dengan kalimat tanya, “Tahukan kamu orang-orang yang mendustakan agama itu?” bertujuan agar para pendengar lebih memperhatikan dan menyimaknya dengan seksama jawabannya yang disebutkan pada ayat-ayat berikutnya.

[2] Orang yang mendustakan agama, diantara ciri-cirinya berdasarkan ayat kedua ini, adalah mereka yang menolak dan menghardik anak yatim dengan keras. Apabila anak yatim datang meminta bantuan padanya, ia bersikap sombong dan takabur.

[3] Dalam ayat ketiga, disebutkan kriteria berikutnya bagi para pendusta agama, yaitu mereka yang tidak memberikan bantuan kepada orang-orang miskin, baik berupa makanan atau kebutuhan lainnya. Mereka juga tidak menganjurkan kepada orang-orang yang mampu untuk ikut andil dalam memberikan makanan atau bantuan bagi para fakir miskin dan mereka yang amat membutuhkannya.
          Ayat tersebut mengandung suatu pelajaran, seandainya kita tidak mampu memberikan bantuan kepada orang-orang miskin, maka sebaiknya kita mengusahakan agar orang-orang yang mampu dapat memberikan bantuan materi yang cukup kepada mereka. Para pendusta agama biasanya sangat gemar menghina orang-orang miskin dan angkuh terhadap mereka daripada membantunya.
          Mereka yang tidak memberikan bantuan bagi orang-orang miskin dan tidak mau berusaha untuk membantunya, bahkan mereka bersikap angkuh dan takabur, mereka dikategorikan sebagai orang-orang yang mendustakan agama, meskipun mereka mengerjakan shalat dan puasa. Sebab apabila mereka tidak berani mendustakan agama, tentu mereka akan berusaha semaksimal mungkin untuk menghindari perbuatan yang terkutuk itu.

[4-5]. Dalam ayat empat dan lima dijelaskan bahwa celakalah bagi orang-orang yang shalat, yaitu mereka yang lalai dalam shalatnya. Ada beberapa pemahaman tentang apa yang dimaksud dengan lalai dalam shalat, antara lain:
a.    Melalaikan shalat itu sendiri.
b.    Melalaikan waktu shalat, sehingga ketika waktu shalat tiba, ia sering melupakan atau mengabaikannya.
c.    Shalat yang dikerjakannya kosong, tidak disertai dengan jiwanya. Shalatnya tidak mempengaruhi perilakunya sehari-hari. Ia shalat, akan tetapi masih tetap meliputi dirinya dengan perbuatan-perbuatan tercela.
d.   Shalatnya dikerjakan karena riya.
e.    Shalat yang sebenarnya adalah shalat yang dilakukan dengan secara ikhlas sesuai dengan tuntunan al-Qur’an dan al-Sunnah. Shalat seperti ini akan dapat mencegah pelakunya dari perbuatan keji dan mungkar.

[6] Dalam ayat keenam disebutkan bahwa yang termasuk celaka juga yaitu mereka yang melakukan shalat dan ibadah lain yang dikerjakan dengan riya, ingin memperoleh pujian orang lain atau demi jabatan tertentu.

[7] Ayat ketujuh menjelaskan bahwa di antara ciri orang-orang yang shalat tetapi celaka adalah mereka yang enggan memberikan bantuan dengan barang yang berguna. Yang dimaksud di sini adalah menolak memberikan bantuan kepada orang lain yang sangat membutuhkan, padahal ia bisa membantunya.

Perbuatan riya dapat diidentifikasi dengan adanya perbuatan berikut ini:
a.    Memamerkan budi pekerti yang baik dalam rangka mencari kedudukan dan pujian orang lain.
b.    memamerkan kesederhanaannya di muka umum agar dianggap sebagai seorang yang zahid, sufi, dan tidak menyukai kehidupan dunia.
c.    Berpura-pura membenci masalah-maslaah duniawi, padahal ia sangat tama’ (rakus) kepadanya.
d.   Memamerkan ibadah, sedekah, dan perbuatan baik lainnya agar dapat dilihat dan diekspos orang banyak.

          Perbuatan riya sangat berbahaya bagi amal ibadah seseorang, karena ia dapat merusaknya. Riya sangat halus dan samar, sehingga banyak orang yang terjerumus ke dalamnya. Nabi Muhammad saw bersabda, “Riya itu lebih halus dan samar dari derap semut hitam yang merayap pada kegelapan malam, pada pakaian yang kasar.” (al-Maraghi; X, hal. 416)
          Sebagai umat muslim, kita hendaknya dapat menghindari ciri-ciri pendusta agama yang disebutkan di atas, sehingga tetap menjadi seorang muslim yang terpuji.

Kesimpulan:
1.   Para pendusta agama adalah mereka yang bersikap kasar terhadap anak yatim dan tidak menganjurkan kepada orang lain untuk membantu orang-orang miskin.
2.   kecelakaan bagi mereka yang shalat dalam keadaan lengah tidak mempraktekkan ajaran shalat dalam kehidupan sehari-hari.
3.   Termasuk orang-orang yang celaka adalah mereka yang riya dalam mengerjakan amal ibadah dan enggan memberikan bantuan dengan sesuatu yang berguna kepada orang lain yang membutuhkannya. []

                                                                            
                                                                             KH. Zakky Mubarak, M.A.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Uktub Your Ro'yi Here...