Apa yang memanggil remaja untuk menyelisihi pendapat kedua orang tua dan guru-gurunya? Dan sebab-sebab apakah yang menjadikannya mendiskusikan persoalan-persoalan bersamanya serta berdebat padanya setelah dia tunduk dan patuh pada umur kanak-kanak? Kenapa remaja mau berbincang, berdiskusi dan bertukar fikiran? Kenapa remaja condong kepada kebebasan? Dan berusaha untuk mandiri dalam mengambil keputusan? Khususnya pada urusan pribadinya? Bahkan kenapa mereka menganggap salah pendapat-pendapat orang lain, dan menuduhnya sebagai (bentuk) pemaksaan, penekanan dan pembungkaman atau menyebut mereka egois dan ingin menang sendiri? Kenapa dia membangkang, berteriak dan menentangnya? Kenapa remaja pada banyak kesempatan cenderung kepada idola dan gambar-gambar idola bagi kehidupan dan menuntut yang demikian itu? Apa sebab datangnya pertanyan-pertanyan yang urgen pada remaja, seperti: siapa saya? Apa hobiku? Apa tugasku? Apa tujuanku? Apa posisiku dalam keluarga? Apa posisiku dalam masyarakat? Apakah saya laki-laki atau perempuan? Apakah saya anak laki-laki atau perempuan? Bahkan terkadang datang pertanyaan seperti: kenapa saya diciptakan? Apa tujuan hidup? Apa akhir kehidupan? Dan begitu pula pertanyaan-pertanyaan yang lain tentang kehidupan, alam dan manusia yang lebih dalam dan komplit.
Kenapa muncul bentuk penolakan dan kebencian (untuk) patuh dan celaan terhadap musibah dan penderitaan? kenapa terkadang muncul ungkapan mulia dan terkadang pula kasar? Bahkan kenapa sebagian remaja bertolak untuk melakukan usaha untuk memisahkan diri dan menjauh dari kontrol keluarga? Dan bergantung kepada diri sendiri? Ataupun memperlihatkan kemampuan akan hal itu. Bahkan kenapa (ada) pertentangan antara orang tua dan remaja, yang berkaitan dengan cara pemberian belanja dan pembelanjaannya, serta batas kebebasan ataupun batas kontrol didalmnya? Kenapa remaja berfikir tentang dirinya dan bagian dalam dirinya, memperhatikannya dan terkadang mencelanya karena hal itu tidak demikian (sebelumnya)? Bagaimana dia membenci bentuk dan sifat-sifatnya serta memikirkannya?.
Dalam permasalahan ini, muncul banyak pertanyaan, yang belum kami tunjukkan, yang semuanya memperlihatkan peralihan penting dan baru dalam perkembangan dan kehidupan remaja.
Sesungguhnya peralihan, perobahan-perobahan akal dan pengetahuan, adalah alasan dan sebab yang paling penting yang menjadi contoh jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang telah disebutkan.
Remaja laki-laki dan perempuan telah beralih dari pemikiran kebendaan kepada pemikiran spirit, dari pemikiran terhadap diri sendiri kepada pemikiran yang menyerupai kelompok, dari pemikiran yang tertuju pada permukaan semata kepada pemikiran yang mampu mendalami/meneliti benda/objek dan pendalaman terhadap lingkungan luar (benda) secara bersamaan. Begitupula remaja laki-laki dan perempuan beralih dari pemikiran negatif yang (hanya) menerima dan mengikuti, kepada pemikiran positif yang mencari tanggung jawab. Dan dari pemikiran sesaat kepada pemikiran sesaat/sekarang dan masa depan secara bersamaan.
Sesungguhnya kemampuan akal pada phase remaja membuktikan (adanya) peralihan khusus dimana seseorang mulai mengetahui (sesuatu) yang bersifat maknawiyah dan spirit, setelah dia menjadi tawanan (pemikiran) kebendaan, sesuatu tidak menjadi jelas baginya kecuali setelah adanya contoh benda, dan tidak bisa memahami/mendalami persoalan dengan baik kecuali setelah diperjelas dengan perumpamaan dan contoh-contoh. Maka adapun remaja dengan kesiapan akalnya dia mampu untuk mengetahui arti kejujuran dan keihlasan, amanah, nilai ketulusan, kehormatan, kemuliaan, wibawa, sifat merdeka, keadilan dan tanggung-jawab. Remaja (juga) bisa mengetahui banyak segi, bagi satu persoalan dalam satu waktu, Karena sesungguhnya kemampuan untuk menggambarkan dan memikirkan situasi ada (pada dirinya) maka dia itu mampu untuk menggambarkan/menghayalkan sampai/mencapai sesuatu melalui beberapa jalan, tanpa ada pengalaman sebelumnya. Dan mampu untuk memutuskan (alaternatif) pada beberapa alternatif untuk sampai pada penyelesaian masalah. Maka ketika terjadi perselisihan yang tidak disukai oleh bapaknya seumpamanya, (maka) dia itu mampu untuk memikirkan sutuasi yang menunggu dengan beberapa sisinya dan memikirkan beberapa bentuk penyelesaian serta segala akibatnya dan melakukan aktifitas pengseleksian.
Ketika kamu kemukakan padanya satu permasalahan seperti: "pengangguran: sebab-sebab dan kiat-kiat untuk mengisinya" dengan kemampuannya dia memahami persoalan ini, dan menggambarkan sebab-sebab dan kiat-kiatnya, kebalikan dari anak-anak, dia tidak mengetahui arti yang sebenarnya dari kalimat "pengannguran" selama kamu tidak memperjelas dan memperagakan(nya), ditambah dengan sebab-sebab dan kiat-kiat mengisinya.
Sungguh telah banyak penelitian yang memperjelas bahwasanya remaja menjadi istimewa dari selainnya dengan kemampuan berfikir maknawiyah/spirit dan menggambarkan serta menghayalkan dari apa-apa yang membantunya untuk memahami persoalan-persoalan dan meletakkan solusi bagi permasalahan-permasalahan, sampai kepada sebelum terjadinya dan inilah yang menjadikan remaja memahami makna-makna dan nilai-nilai, serta mampu untuk mendalaminya, pertanyan-pertanyaannya melampauhi lingkup kebendaan yang dekat, kepada suasana-suasana kejiwaan dan lingkungan, maka dia itu berfikir tentang arti kehidupan dan tujuannya, penciptaan jagat raya, sebab-sebabnya, dan mampu untuk mengetahui hakikat-hakikat yang berhubungan dengan itu. dia itu mencari identitas dirinya, posisinya dari orang-orang sekelilingnya, tugas sosialnya dan lain-lain yang termasuk aspek-aspek yang dibutuhkan pemikiran jenis non kebendaan/spirit ini.
Walaupun apa yang diterimanya dari keistemewaan berfikir bebas, gambaran khayal dari cakrawala yang luas, kemampuan untuk berinteraksi dengan lingkungan dengan segala dimensinya dan pemahaman terhadap makna-makna dan hal-hal yang non abstrak secara benar, hanya saja terdapat problema-problema pengetahuan dan sosial, diantara yang paling penting: idealis dalam tuntutan dan ragu diatara alternatif-alaternatif (yang ada):
Idealisme: sesungguhnya kehususan kemampuan untuk berimajinasi dan berfikir spirit, memberikan remaja waktu berfikir untuk sampai kepada pemecahan-pemecahan yang ideal bagi problema-problema keperibadian, kekeluargaan dan kemasyarakatan, yang tidak memunkinkan terealisasi, namun tidak ada kemustahilan untuk perakteknya, dengan dasar pemikiran ini maka memunkinkan bagi remaja untuk berimajinasi (tentang) rumah ideal, masyarakat ideal dan ummat yang ideal akan tetapi dia bertabrakan dengan kenyataan yang berat lagi rumit. Kekacauan dalam mengambil mamfaat dari keistimewaan berfikir maknawi dan ideal ini tumbuh dari ketidak-adanya pengalaman, remaja mempunyai kemampuan untuk menggambarkan, akan tetapi dia tidak ada pengalaman dan pertimbangan ilmiah yang aktual, yang (hal-hal) ini terbentuk dari pergulatan seseorang dengan keadaan hidup yang beragam dan dari pembaurannya dengan orang yang mempunyai pengalaman dan praktek, yang membantunya (menghadapi) realita dan memunkinkan bagi kita menggambarkan problema yang dialami remaja ini dengan perbandingan sebagai berikut:
Pemikiran maknawi + ketiadaan pengalaman = idealisme
Karena sesungguhnya remaja terkadang menjadi ideal dalam berfikir dan muncul darinya pandangan-pandangan yang ideal, dan permintaan-permintaan yang memenuhi standar, berhadapan dengan penolakan dan pengabaian dari fihak kedua orang tua atau masyarakat, tumbuh dari yang demikian itu pertentangan antara dia dan keluarga atau antara dia dan masyarakat ataupun tumbuh (padanya) sifat igtirab[1] yang berakibat kepada negatifisme dan fesimisme. dan memungkinkan bagi kita untuk menggambarkan problema ini dengan perbandingan sebagai berikut:
pendapat dan tuntutan yang idealis + penolakan berkelanjutan tanpa penjelasan = perselisihan atau igtirab
KERAGUAN DAN MAWAS-DIRI: sebagaimana yang kita sebutkan, remaja mampu untuk membayangkan situasi-situasi yang beragam sebelum terjadinya. dan ketika menghadapi problema-problema dia mampu untuk mengetahui bentuknya yang berbeda-beda dan alternatif-alternatif yang bermacam-macam bagi pemecahannya, maka ketika dia menghadapi problema yang mempunyai banyak alternatif dalam pemecahannya maka dia harus mengambil keputusan untuk menetapkan dan memilih solusi. dan apabila diperhitungkan ketiadaan pengalaman dan kecenderungan emosional remaja maka adalah hal ini menjadi problema baginya, sementara dia harus memilih dan dia harus pula mengetahui alasan memilih satu solusi, (kenapa) bukan solusi yang lain. dari sini muncul problema keraguan diantara alternatif-alternatif (yang ada), gelombang keraguan, kebimbangan, kecenderungan mawas diri dan kehati-hatian terhadap sekelilingnya, sampai kepada beberapa tradisi masyarakat (sekalipun) dia mencari hikmah dibelakannya, serna berdiskusi dengan kedua orang tuanya, atau guru-gurunya pada posisi mereka, dalam mengambil keputusan dan pada kepuasan mereka terhadap tradisi, walaupun remaja menghadapi keraguan diantara alternatif-alternatif namun dia mempunyai kecenderungan untuk mengambil keputusan sendiri dan memilih solusi yang memuaskannya, akan tetapi pada banyak kesempatan dia dihalangi dan digagalkan selama tidak sempurna penguasaan sarana yang membantunya pada pengambilan keputusan yang tepat, dengan cara langsung yang tidak memaksa ataupun dengan cara tidak langsung.
Remaja mampu untuk memahami simbol-simbol yang tersusun, atau dengan kemampuannnya untuk menggunakan satu rumus dengan rumus yang lain, maka apabila dia membuat symbol bagi simbol ( 1 ) dengan (s) dan membuat simbol untuk simbol (2) dengan (sh)maka sesungguhnya remaja mampu untuk mengetahui bahwanya s + sh = 3. hal ini menunjukkan bahwasanya remaja mampu membentuk pemikiran tentang dirinya, hal itu membuka jalan bagi remaja untuk mencermati dirinya, keadaannya, dan berfikir pada watak dan sifat-sifatnya, (kemampuan tersebut) memanggilnya untuk membuat perhitungan serta mawas diri, sebagaimana dia mampu untuk merangkai pemikiran tentang dirinya, kemampun, kecenderungan dan kebutuhan-kebutuhannya, serta tidak menerima perdapat orang lain dengan mudah, maka dia melihat bahwasanya dia mampu untuk mengenal, mendalami serta mengambil keputusan tentangnya. Dia mengklaim bahwasanyanya dia tidak butuh terhadap pendapat orang lain. Dan terkadang hal itu menyebabkannya menolak pengarahan/bimbingan serta nasehat-nasehat mereka atau merimanya tanpa kerelaan/kepuasan, khususnya ketika dia didikte, atau ketika (hal itu) bersumber dari orang yang berkuasa yang tidak bisa dia tolak perintah-perintahnya. dengan munculnya kemampuan remaja untuk berfikir, mencermati serta mawas diri maka terkadang muncul asumsi, bahwasanya orang dewasa tidak memahaminya [2], tidak memahami masanya, membencinya, mereka adalah orang yang paling sedikit dukungannya terhadap pemikirannya serta perasaanya, orang yang paling tidak mengerti dengannya serta salah dalam menafsirkan arah dan langkah-langkahnya. pemikiran jenis ini dipastikan belum ada pada phase balita dan kanak-kanak, hal itu adalah merupakan keistemewaan phase remaja, yang bersifat perobahan yang sangat pada tingkat pemikiran dan karakternya.
Remaja keluar dari pemikirian negatif (serba) tunduk, kepada pemikiran positif yang mencari tanggung-jawab, serta penyelidikan tentang dirinya, kedudukan dan reputasinya, sesungguhnya dia bertanya-tanya: bagaimana model saya menurut orang-orang? Dengan apa orang lain menilaiku? Apakah saya benar-benar dewasa? Kenapa saya tidak mengurusi urusan laki-laki? apakah saya benar-benar wanita dewasa? Kenapa saya tidak mengurusi urusan wanita? Apakah saya membawa sifat-sifat orang dewasa? Apakah saya diterima lawan jenis? Apakah yang membuat saya diterima? Apakah faktor-faktor penerimaan dan penolakan masyarakat? Dan bagaimana saya mengerjakan pekerjaan yang cocok?
Sesungguhnya diri remaja (berada) pada tingkat kematangan akal, memungkinkan baginya untuk merasa terpinggirkan ketika dia detelantarkan dan disia-siakan, merasa (ber)harga ketika diberi kesempatan bertugas, dia mampu untuk merealisasikan dengan baik batas hubugan keberadaannya pada manusia. Dengan kepentingan, pekerjaan, tanggung-jawab dan profesinya. Hal ini adalah isyarat penting atas positfnya pemikirannya, dan pemikiran ini telah terbuka bagi kehidupan.
Dan diantara yang membuat remaja istimewa adalah pengertiannya yang sempurna untuk memahami waktu, dan kemampuannnya pada pemikiran masa depan sebagai tambahan pemikiran sekarang, maka remaja tidak menjadi tawanan dan terikat oleh keadaan/waktu (sekarang) sebagaimana keadaan anak dibawah sepuluh tahun, sesungguhnya akal remaja telah mampu untuk memahami dimensi-dimensi waktu: yang lampau, sekarang dan akan datang, baik yang dekat maupun yang jauh darinya, yang terbatas maupun yang umum, dia itu tahu makna hari, bulan, tahun dan abad. Dan mengetahui arti dari awal dan akhir kehidupan, dan mengetahui pengertian dunia dan akhirat. Dan memahami janji dan ancaman, cita-cita dan ambisi, sarana dan tujuan, proses dan akhir/hasil dan selainya dari pengertian-pengertian yang berhubungan dengan waktu dengan segala dimensinya.
Dan biasanya kesiapan (akal) ini membawa kepada pemahaman yang benar terhadap setiap makna tanpa ada kesamaran ataupun ketidak jelasan. Dan tidaklah seperti keadaan anak kecil yang memahami makna-makna ini dengan pemahamannya yamg khusus baginya, (yang) berbeda dengan pemahaman orang dewasa, (karena) melihat dari kesiapan dan keterbatasan akalnya (kemampuan berfikir). Sebagaimana kesiapan-kesiapan ini termasuk dari kesediaan-kesedian yang menyebabkan remaja untuk bertanya-tanya (bersifat) mendalam tentang lingkungan dan kehidupan: tujuan dan sebab-sebabnya. tentang manusia: tujuan, tugas dan akhir (kehidupan)nya. begitupula kesedian-kesediaan yang menyebabkan remaja untuk berfikir bagi masa depan, merenungkan dan membuat perencanaan dan menyibukkan diri dengan hal itu. Bahkan kesiapan-kesiapan ini terkadang memunkinkannya menghadapi dan menentang orang lain ketika mereka ingin merencanakan masa depannya yang berbeda dengan pendapat dan pandangan-pandangan mereka sebagaimana yang dilakukan oleh banyak anak dalam mengahadapi bapak mereka. pemikiran kedepan mencakup masa depan hidupnya, sifat atau jenis pekerjaannya, pendamping hidupnya, kedudukannya dalam keluarga dan masyarakat dan pendamping hidupnya yang merupakan hal yang paling penting dari hal-hal ini. pada diri remaja (terdapat) kesiapan-kesiapan yang lebih luas dari itu, memungkinkan pemikiran yang mencakup keadaan dan masa depan masyarakatnya, masa depan bangsannya serta kedudukannya diantara bangsa-bangsa dan beraktifitas untuk bangkit dengannya, untuk meraih masa depan yang cerah/bersinar. Dan remaja tidaklah selamat dari pemikiran (yang membutuhkan) peragaan karena melihat kurangnya skill, dan sempitnya pengalaman , yang terkadang menyebabkan frustasi dan keputusasaan.
[1] Igrtirab adalah apa yang menguasai pemuda dari keputusasaan, frustasi,penolakan terhadap masyarakat tumbuh darinya pengasingan dan ketidak percayaan terhadap oran g-orang. Lihat Muhammad Imaduddin Ismail : Pertumbuhan pada fase remaja, halaman 179-180.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...