Oleh : Abu Aisyah
Sebuah anekdot yang pernah saya dengar adalah bahwa jika kita berada di jepang cara untuk mengetahui bahwa seseorang adalah orang Indonesia cukup mudah yaitu ia biasanya tidak membawa buku. Berbeda dengan orang-orang Jepang yang selalu membawa buku dan membacanya ketika berada di tempat umum.
Terlepas dari benar tidaknya cerita tersebut namun seara kasat mata kita melihat bahwa orang-orang di luar Islam seringkali memiliki minat baca yang cukup tinggi. Sehingga mereka akan membaca ketika mereka sedang berada di tempat umum, menunggu kereta, bisa atau ketka berada di dalam kendaraan. Bahkan di antara mereka ada yang dalam keadaan berjalan tetap membaca sebuah buku. Hebat khan?
Tapi kebiasaan membaca sambil berjalan telah dilakukan oleh para pendahulu kita yang shaleh,
Adalah Al-Khathib Al-Baghdady rahimahullah yang tidaklah beliau berjalan di suatu jalan kecuali di tangannya ada permsalahan yang sedang dia bahas. Artinya beliau senantiasa membaca dan menelaah buku walaupun beliau sedang berjalan.
Demikian juga Imam An-Nawawy rahimahullah, beliau selalu menggunakan waktu sebaik-baiknya untuk membaca buku hingga ketika beliau sedang berjalan.
Demikian juga Imam An-Nawawy rahimahullah, beliau selalu menggunakan waktu sebaik-baiknya untuk membaca buku hingga ketika beliau sedang berjalan.
Di antara mereka juga ada Al-Imam Tsa’lab seorang imam ahli nahwu dan adab. Jika beliau diundang seseorang ke suatu walimah (pesta pernikahan) maka beliau mensyaratkan bagi tuan rumah agar beliau diberi tempat yang lapang untuk kitabnya yang dia akan baca. Beliau berkata“Saya akan hadir tapi beri aku tempat yang lapang”. Inilah salah satu kebiasaan beliau, membaca buku di mana saja selama ada tempat untuk membacanya, bahkan tidak segan-segan untuk memohon tuan rumah agar menyediakan tempat untuk buku-bukunya.
Membaca sambil berjalan? Hal itu beliau lakukan karena hausnya beliau dengan ilmu. Beliau telah terbiasa berjalan sambil membaca buku. Begitu khusyunya hingga aktifitas inilah yang mengantarkan beliau kepada kematiannya.
Waktu itu hari jum’at seperti biasa beliau berada di masjid hingga waktu ashar tiba. Setelah melaksanakan shalat ‘Ashr berjama’ah beliau keluar dari dari masjid. Kebiasaan beliau adalah membaca walaupun dalam keadaan berjalan. Pada saat membaca sambil berjalan itulah tiba-tiba datanglah seekor kuda menabraknya hingga beliau terjatuh ke dalam jurang. Hingga akhirnya beliau meninggal dunia karenanya.
Inilah sosok pendahulu kita yang sholeh, mereka begitu haus dengan ilmu sampai-sampai waktu berjalanpun mereka gunakan untuk membaca ilmu dan mendulang ilmu. Maka jangan heran jika ada orang-orang di luar Islam yang selalu membaca buku di segala kesempatan. Heranlah dengan umat Islam yang semakin jauh dengan buku, semakin jauh dengan ilmu. Padahal para pendahulu umat ini telah mencontohkan dan mempraktekan bagaimana ilmu itu harus didapatkan, diantaranya adalah dengan membaca buku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...