Oleh Ummu Afif
Sebenarnya saya agak bingung harus dari mana memulai menulis kisah ini. Ini kisah tentang seorang ummahat yang berjuang mengenal ajaran-ajaran Islam pada keluarganya. Jatuh bangun seperti juga keimanan kita yang kadang naik, kadang turun. Manakala keimanan itu naik, pastinya seseorang akan berusaha ikhlas menerima apa yang terjadi sebagai bentuk dari tantangan dia untuk berda'wah. Namun manakala keimanan itu turun, kesedihan, kebimbingan, rasa jenuh menghadapi realita yang ada. Di sinilah kita butuh nasihat dari teman atau orang-orang yang shalih untuk memberikan semangat lagi.
Namun banyak dari para ummahat yang merasa malu dengan keadaan rumah tangganya yang sedikit ada ketimpangan dalam masalah agama antara dia dan suami. Sebenarnya dalam hati ingin berbagi, namun takut kalau-kalau itu adalah ghibah atau sedikitnya dia telah membeberkan aib keluarganya. Apa lagi jika sampai cerita ke ustadz, paling tidak untuk mencari solusi itu dia harus mencerita gambaran apa yang terjadi di rumah tangganya.
Sebenarnya sih boleh-boleh saja mencari solusi pada seorang ustadz dengan menceritakan keadaan rumah tangga yang sebenarnya, dengan catatan sang ustadz ini bisa memegang amanah (menyimpan aib) itu sendiri. Lebih baiknya sih bicara langsung, karena bahasa sms terkadang dapat menimbulkan miss understanding...salah pengertian gitu deh.
Ada beberapa kasus yang penulis ingin paparkan, tapi karena keterbatasan waktu sepertinya satu dulu aja kali ya.. Begini seorang ummahat, sebut aja deh "fulana" sedang bersedih, karena hampir setiap hari dia shalat shubuh sendiri, terlebih lagi kalau hari libur. Dia sudah berusaha membangunkan anak dan suaminya, tapi entahlah mungkin syeithan lebih kuat mengikat suami dan anak-anaknya atau mungkin sudah dikencingin syeithan kali ya...makanya susah bangunnya..he he.. Siapa sih yang ngga sedih, kalau dirinya sudah berhijab sempurna, tapi untuk menegakan yang wajib di keluarganya susahnya minta ampun. Kadang fulana bisa menerima semua yang terjadi sebagai ujian dan tantangan dalam da'wahnya. Tapi kadang air mata juga mengalir begitu aja menghadapi realita ini. Emang sih kalau dilihat dari materi, keluarga fulana ini cukuplah. Dengan tiga anak tapi fulana masih bisa kuliah..hari gini gitu...Eh..tapi ternyata harta ga selamanya bisa bikin orang bahagia lho...buktinya fulana yang sudah hidup cukup, punya suami pejabat, belum lagi usaha samping kanan-samping kiri suaminya (teras kaleee...) masih aja sering menangis karena belum bisa mengajak keluarganya ke ta'lim, ke jalan shirathal mustaqim gitu deh.
Eh...ternyata fulana yang sudah memakai cadar ini dulu saat minta izin pakai cadar penuh perjuangan lho..soalnya dulu suaminya ga setuju kalau dia pakai baju ala ninja gitu. Ngga modis and kelihatan tua katanya. Lha...emang pakai jilbbab hanya buat bisa tampil modis ya...bukan karena kewajiban sebagai muslimah,eh... ini terlepas dari masalah cadar yang masih menjadi perbedaan pendapat di kalangan ulama ya...emang banyak sih wanita-wanita di luar sana yang pakai jilbab modis pakai dililit ke leher kaya orang patah tulang gitu alias di gip..sedang lekuk-lekuk tubuhnya yang hmmm...dibiarkan dinikmati mata para lelaki...ihhh ga janji deh. kata lelaki berkilah..."pandangan pertama rizkiy, kedua, ketiga dan seterusnya haram..tapi kalau ga sengaja rizki lagi..." halah...lebay.com deh...
Bersambung ah...kapan-kapan... Insya Alloh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...