Oleh : Abdurrahman MBP
Sudah menjadi image di masyarakat bahwa seseorang yang sering membaca akan mengakibatkan fungsi dari indra penglihatannya berkurang. Dengan kata lain seseorang yang rajin membaca akan terlihat dari tebalnya kaca mata yang digunakan. Benarkah demikian? Saya tidak benar, karena bisa jadi seseorang berkaca mata tebal karena sejak awal memang terkena sakit mata, atau ia memang suka membaca hanya caranya tidak tepat. Misalnya membaca dengan pencahayaan yang minim, ini tentu akan mengurangi secara perlahan fungsi matanya.
Bagaimana jika kita memang suka membaca kemudian khawatir dengan penyakit yang akan menimpa orang-orang yang suka membaca, misalnya katarak atau minus?
Kekhawatiran yang tidak berdasar. Sebagai seorang muslimkita harus meyakini bahwa segala penyakit adalah datang dari Allah ta’ala sebagaimana firmanNya :
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ إِلا بِإِذْنِ اللَّهِ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ (١١)
Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah. QS Ath-Thaghabun : 11
Maka berkurangnya fungsi penglihatan seseorang hakikatnya adalah kehendak Allah ta’ala. Adapun membaca apalagi membaca ilmu yang bermanfaat adalah hanya wasilahnya saja.
Jika demikian, kenapa kita harus takut dengan rusaknya penglihatan kita karena membaca? Membacalah…. Tentunya dengan aturan yang baik untuk kesehatan, misalnya di tempat yang pencahayaannya cukup, posisi tubuh yang benar dan format buku yang baik.
Kalaupun karena membaca kita mendapatkan semacam ujian dengan berkurangnya penglihatan maka sejatinya itu adalah cobaan bagi kita. Jangan pernah menyerah karena walaupun penglihatan ini berkurang fungsinya namun ia digunakan untuk mendapatkan ilmunya agar dapat memahami syariatNya. Sehingga tidak ada rasa cemas dan khawatir dengan ini semua.
Bahkan salah satu dari pendahulu kita yang sholeh, seorang Syaikhul Islam beliau berprinsip bahwa lebih baik buta dari pada meninggalkan kebiasaan menulis dan membaca. Walaupun sudah diperingati oleh seorang tabib (dokter) tapi hausnya beliau dengan ilmu menjadikan beliau mengindahkan pesan dari tabibnya tersebut. Beliau lebih mementingkan penyebaran ilmu dan kepentigan umat dari pada mengutamakan diri mereka sendiri. Tabibny apernah mengatakan kepada beliau “Engkau membaca dan menelaah itu akan menambah sakitmu”. Maka dengan tegas bliau menjawab “Aku tidak bisa”. Padahal sang tabib hanya menyarankan agar beliau beristirahat barang beberapa hari saja, namun beliau tetap menolaknya dengan mengatakan “Aku tidak bisa”. Artinya beliau tidak bisa meninggalkan kebasaannya untuk membaca dan menelaah buku-buku yang menjadi sumber ilmunya. Beliau lebih memilih buta daripada harus meninggalkan kebiasaan membacanya.
Sudahkah kita seperti mereka? Lebih baik buta dari baca berhenti membaca, karena membaca adalah sarana untuk mendapatkan ilmu yang akan menjadikan kehidupan kita lebih bermakna. Semoga kita menjadi generasi yang cinta baca….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...