Oleh Handayani San
Masih ingat dengan pepatah jawa ini? Rasanya sudah tidak terlalu asing lagi di telinga kita. Pepatah ini sering digunakan banyak orang ketika bicara masalah rasa atau cinta. Bicara "cinlok" cinta lokasi, bisa jadi pepatah ini dikaitkan. Bicara rasa, bisa juga pepatah ini dipakai. Yang dimaksud penulis rasa di sini adalah perasaan yang ada di dalam hati seseorang, bukan rasa asin, asem, manis (nano-nano dong).
Witing tresno jalaran soko kulino, ungkapan jawa yang mengibaratkan perasaan seseorang kepada orang lain karena seringnya berinteraksi, baik komunikasi atau pertemuan. Perasaan yang tadinya biasa-biasa saja, jadi semakin luar biasa manakala interaksi itu menjadi sering.
Seiring berkembangannya tekhnologi di bidang komunikasi, banyak media yang menjadi wasilah pepatah ini terjadi. SMS (Short Message Service) misalnya, orang lebih berani berkata dengan bahasa SMS ketimbang melalui telepon atau komunikasi langsung. Sedang media di dunia maya adalah dengan "chat", bisa di FB (Facebook) atau YM (Yahoo Messenger) atau Windows Live dan yang semisalnya. Bila dikatakan semua media di sini mendukung pepatah ini, mungkin ada sebagian orang yang tidak setuju. Namun paling tidak media-media ini ikut mendukung terciptanya pepatah ini....Ngga percaya...terserah anda...he he.
Ada banyak kisah dari pepatah ini, sebut saja adinda dan kakanda. Dari seringnya mereka berkomunikasi lewat SMS, Email dan Chatting akhirnya mereka terjebak ke dalam witing tresno jalaran soko kulino, ada karena biasa, cinta bersemi karena seringnya bertemu, seringnya SMS, sering chatting, dan seringnya "curhat'...upss...ya curhat. Dari curhat biasa, saling memberikan solusi, bisa jadi perasaan lain timbul. Ah...lagi-lagi fitnah. Betapa sulitnya menghindari fitnah. Dan ini menandakan kelemahan kita sebagai manusia.
Ada perasaan nyambung dan nyaman ketika adinda berkomunikasi dengan kakanda. Perasaan yang awalnya hanya biasa, karena seringnya bertemu dan komunikasi, berubah menjadi luar biasa dan "aneh". Aneh karena tanpa mereka sadari, perasaan itu tiba-tiba hadir dan merubah segalanya. Ada perasaan semangat manakala kondisi mengharuskan adinda bertemu dengan kakanda, tapi ada perasaan malu manakala menyadari apa yang terjadi. Jangankan untuk bertemu, memandang wajah dan menatap matanya saja, adinda tidak berani, apa lagi harus berkata langsung. Dan inilah fitnah, sekuat apa pun kita menghindari fitnah, tetapi bila jalan-jalan menuju fitnah itu sendiri kita lalui, suatu saat kita akan tergelincir. Ingatlah hati ini lemah, iman kita terkadang turun, terkadang naik. Dan menghindari adalah lebih baik.
Rasululullah shallallohu 'alaihi wassalam bersabda:
“Tidaklah aku tinggalkan setelahku suatu fitnah yang lebih berbahaya bagi laki laki (melainkan fitnah yang datang dari) wanita.” Dikeluarkan oleh Bukhari (9/5096); Muslim (4/2097), Ibnu Majah (3998) dan At-Tirmidzi (2780) dan dia berkata: “Hadits Hasan Shahih”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...