Di antara tanda keimanan
seseorang kepada Allah SWT dan rasul-Nya dan kepatuhannya kepada agama ini
ialah realisasi arti dari al-wala wal barra', dan yang dituntut oleh keduanya
dari rasa cinta karena Allah dan benci karena Allah. Banyak ayat-ayat al-Qur'an
dan sunnah yang berisi ajaran tentang salah satu dari dasar agama yang hanif
ini, diantaranya ialah:
يأَيُّهَا
لذِيْنَ آمَنُوْا لاَتَتَّخِذُوا الكَافِرِيْنَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُوْنِ
المُؤْمِنِيْنَ
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang
mu'min.
يأَيُّهَا
لذِيْنَ آمَنُوْا لاَتَتَّخِذُوا اليَهُوْدَ وَالنَصرَى أَوْلِيَاءَ، بَعْضُهُمْ
أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ، وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
mengambil orang-orang Yahudi dan Nasarani menjadi pemimpin-pemimpinmu. Sebagian
mereka adalah pemimpin bagi sebagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu
mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk
golongan mereka.
Dua ayat diatas dan
banyak ayat lainnya mengharuskan orang beriman untuk memusuhi orang-orang kafir
dari ahli kitab yaitu Yahudi – Nasrani dan selain mereka, dan mengharuskan juga
untuk benci mereka, serta melarang menjadikan mereka sebagai wali dan sekutu,
karena sesungguhnya agama ini berputar sekitar nilai-nilai kecintaan dan
kebencian, sebagaimana diisyaratkan oleh Rasulullah SAW: "Dan bukankah
agama itu hanya kecintaan dan kebencian?"
Pewalian adalah kebalikan
dari permusuhan, dasarnya ialah kecintaan dan kedekatan, sedangkan permusuhan
dasarnya ialah kebencian dan kejauhan, Maka dari itu realisasi tauhid yaitu:
"Berlepas diri dari syirik dan ahli syirik serta menjauhi mereka, tidak
mempercayai mereka, dan memusuhi serta membenci mereka". Dari sisi yang
lain tentunya cinta sesama mukmin, menjadikan mereka wali dan penolong. Maka
barangsiapa yang mengaku iman, cinta Allah SWT, dan cinta Rasulullah SAW,
dituntut benci orang kafir, cinta muslim, karena mencintai karena suatu sebab
mengharuskan benci kebalikannya. Dalam hal ini Imam al-Ghazali mengatakan:
"Sesungguhnya setiap orang yang cinta karena Allah maka harus benci karena
Allah juga . . . dan siapa yang mencintai sesuatu karena suatu sebab maka
seharunya membenci kebalikannya, dua hal ini adalah satu seperti dua sisi mata
uang yang tidak bisa dipisahkan.
Jika landasan ini
diajarkan, nilai-nilainya dikenalkan dan ditanamkan, maka akan melekat
nilai-nilainya pada generasi yang akan datang, maka disini peranan orang tua
yang mengetahui pentingnya unsur ini, dan bahaya yang akan menimpa jika
melalaikan tuntutan yang dikandungnya.
Musuh-musuh Islam,
seperti misionaris dan selain mereka, mengetahui dengan persis bahwa landasan
ini membahayakan mereka, maka mereka berjuang sekuat tenaga untuk menyebarkan
image bahwa Kristen bukanlah musuh, dan mereka memungkinkan untuk dijadikan sahabat.
Dengan kelicikan dan kelihaian mereka, orang-orang Yahudi – Kristen tersebut
meyakinkan umumnya ummat Islam yang tidak mengetahui musuh Islam, dan tidak
mengetahui agama Islam sendiri secara mendalam. Hal ini tidak terlepas dari
penyimpangan metode dan materi pendidikan anak kecil yang mereka dapatkan sejak
kanak-kanak dan tumbuh dengan ajaran yang ada.
Maka dari satu-satunya
cara untuk menanamkan nilai-nilai ini pada anak ialah menanamkan pada anak
tentang siapa yang harus mereka cintai dan siapa yang harus mereka benci, dari
pemahaman ayat al-Quran dan sunnah Rasulullah SAW, serta kenyataan kehidupan
orang-orang kafir.
Disamping nilai-nilai
yang ditanamkan mereka dikenalkan dengan keadaan mereka yang sebenarnya, syirik
mereka, karena mereka memang menyembah hal lain selain Allah SWT, menyembah
tuhan ibu dan tuhan anak, dan mengatakan atas Allah perkataan dusta. Dalam menerangkan
ini orang tua menguatkan dengan ayat-ayat dan hadits-hadits yang berkenaan
dengan ini, dengan keterangan secukupnya agar lebih melekat pada diri anak.
Selain syirik yang mereka
lakukan, orang tua menunjukkan kepada anak penyimpangan-penyimpangan yang
mereka lakukan, baik dalam perilaku, akhlak, dan moral, termasuk perselisihan
kelurga, bagaimana orang tua kafir tidak menyukai anaknya sendiri, bahkan
membenci mereka dan mengusir mereka, bagaimana mereka mengusir orang tua mereka
sendiri yang sudah manula kemudian dimasukkan ke panti jompo. Dan bagaimana
keluarga muslim yang mencintai anaknya, memelihara, mementingkan anaknya
daripada kepentingan sendiri, dan selalu menjaga mereka. Ditunjukkan pula
penyimpangan perilaku mereka, seperti meluasnya dekadensi moral, minum-minuman
keras, narkotik, banyaknya pencurian dan perampokan, dan penyimpangan yang
lain, sampai anak bisa membenci segala perbuatan mereka.
Berikutnya setelah
nilai-nilai ditanamkan dalam bentuk kisah-kisah, lalu orang tua menggiring
anaknya memasuki kenyataan dalam kisah tersebut, bagaimana mereka memusuhi
orang Islam, dan kisah ini banyak didapat seputar kehidupan Rasulullah SAW
bersama orang Yahudi, bagaimana mereka menghianati Rasulullah SAW menyakitinya,
bersekutu untuk membunuhnya, padahal antara Rasulullah SAW dan orang-orang
Yahudi masih terikan oleh perjanjian damai, begitulah tabiat orang Yahudi.
Jangan lupa bahwa Allah
murka atas mereka, dan Allah sendiri yang menetapkan bahwa mereka adalah
musuh-mushn-Nya, dan wali-wali Allah ialah orang-orang yang bertakwa, yang
berjalan pada garis yang diajarkan, mengerjakan yang diperintahkan dan menjauhi
yang dilarang.
Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah menggambarkan wali-wali Allah dan musuh-musuh-Nya sebagai berikut:
"Wali-wali Allah ialah yang bertakwa, yang mengerjakan perintah, menjauhi
larangan, sabar dengan apa yang diberikan, maka Allah mencintai mereka dan
mereka mencintai-Nya, Allah merelakan terhadap mereka dan mereka merelakan
terhadap-Nya, dan musuh-musuh-Nya adalah wali-wali syetan, dam Allah menguasai
mereka semuanya, Allah Membenci mereka, Melaknat serta Memusuhi mereka. Dengan
keterangan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah ini, jelas perbedaan antara wali-wali
Allah dan musuh-musuh-Nya, maka barangsiapa yang berjalan pada jalan Allah,
mengerjakan perintah dan menjauhi larangan, mereka adalah wali-wali Allah, dan
barangsiapa yang terjebak dalam syirik, larangan, dan meninggalkan perintah,
mereka adalah musuh-musuh Allah yang dilaknat dan dimusuhi.
Kecintaan kepada ketaatan
dan orang-orang yang taat, dan kebencian terhadap kemungkaran dan orang-orang
mungkar harus tertanam dalam diri seorang muslim, karena lemahnya rasa cinta
dan benci tersebut menunjukkan kelemahan imannya. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
mengatakan: "Barangsiapa yang dalam hatinya tidak terdetik kebencian
sedikitpun dari yang dibenci Allah dari kufur, fasik dan maksiat, berarti tidak
ada iman dalam hatinya, maka orang yang tidak membenci sesuatu yang haram sama
sekali, berarti belum ada iman di hatinya sama sekali.
Dan jika orang tua tahu
besarnya perkara ini, dan pentingnya cinta dan benci, yang merupakan ukuran
keimanan, maka wajib bagi orang tua sadar akan perkara ini dan menanamkan dalam
dirinya dan anaknya cinta kebaikan dan benci keburukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...