Selasa, 04 Juni 2013

Al-Wala Wa Al-Baro dalam Islam




Di antara tanda keimanan seseorang kepada Allah SWT dan rasul-Nya dan kepatuhannya kepada agama ini ialah realisasi arti dari al-wala wal barra', dan yang dituntut oleh keduanya dari rasa cinta karena Allah dan benci karena Allah. Banyak ayat-ayat al-Qur'an dan sunnah yang berisi ajaran tentang salah satu dari dasar agama yang hanif ini, diantaranya ialah:
يأَيُّهَا لذِيْنَ آمَنُوْا لاَتَتَّخِذُوا الكَافِرِيْنَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُوْنِ المُؤْمِنِيْنَ
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mu'min.
يأَيُّهَا لذِيْنَ آمَنُوْا لاَتَتَّخِذُوا اليَهُوْدَ وَالنَصرَى أَوْلِيَاءَ، بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ، وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasarani menjadi pemimpin-pemimpinmu. Sebagian mereka adalah pemimpin bagi sebagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka.
Dua ayat diatas dan banyak ayat lainnya mengharuskan orang beriman untuk memusuhi orang-orang kafir dari ahli kitab yaitu Yahudi – Nasrani dan selain mereka, dan mengharuskan juga untuk benci mereka, serta melarang menjadikan mereka sebagai wali dan sekutu, karena sesungguhnya agama ini berputar sekitar nilai-nilai kecintaan dan kebencian, sebagaimana diisyaratkan oleh Rasulullah SAW: "Dan bukankah agama itu hanya kecintaan dan kebencian?"
Pewalian adalah kebalikan dari permusuhan, dasarnya ialah kecintaan dan kedekatan, sedangkan permusuhan dasarnya ialah kebencian dan kejauhan, Maka dari itu realisasi tauhid yaitu: "Berlepas diri dari syirik dan ahli syirik serta menjauhi mereka, tidak mempercayai mereka, dan memusuhi serta membenci mereka". Dari sisi yang lain tentunya cinta sesama mukmin, menjadikan mereka wali dan penolong. Maka barangsiapa yang mengaku iman, cinta Allah SWT, dan cinta Rasulullah SAW, dituntut benci orang kafir, cinta muslim, karena mencintai karena suatu sebab mengharuskan benci kebalikannya. Dalam hal ini Imam al-Ghazali mengatakan: "Sesungguhnya setiap orang yang cinta karena Allah maka harus benci karena Allah juga . . . dan siapa yang mencintai sesuatu karena suatu sebab maka seharunya membenci kebalikannya, dua hal ini adalah satu seperti dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan.
Jika landasan ini diajarkan, nilai-nilainya dikenalkan dan ditanamkan, maka akan melekat nilai-nilainya pada generasi yang akan datang, maka disini peranan orang tua yang mengetahui pentingnya unsur ini, dan bahaya yang akan menimpa jika melalaikan tuntutan yang dikandungnya.
Musuh-musuh Islam, seperti misionaris dan selain mereka, mengetahui dengan persis bahwa landasan ini membahayakan mereka, maka mereka berjuang sekuat tenaga untuk menyebarkan image bahwa Kristen bukanlah musuh, dan mereka memungkinkan untuk dijadikan sahabat. Dengan kelicikan dan kelihaian mereka, orang-orang Yahudi – Kristen tersebut meyakinkan umumnya ummat Islam yang tidak mengetahui musuh Islam, dan tidak mengetahui agama Islam sendiri secara mendalam. Hal ini tidak terlepas dari penyimpangan metode dan materi pendidikan anak kecil yang mereka dapatkan sejak kanak-kanak dan tumbuh dengan ajaran yang ada.
Maka dari satu-satunya cara untuk menanamkan nilai-nilai ini pada anak ialah menanamkan pada anak tentang siapa yang harus mereka cintai dan siapa yang harus mereka benci, dari pemahaman ayat al-Quran dan sunnah Rasulullah SAW, serta kenyataan kehidupan orang-orang kafir.
Disamping nilai-nilai yang ditanamkan mereka dikenalkan dengan keadaan mereka yang sebenarnya, syirik mereka, karena mereka memang menyembah hal lain selain Allah SWT, menyembah tuhan ibu dan tuhan anak, dan mengatakan atas Allah perkataan dusta. Dalam menerangkan ini orang tua menguatkan dengan ayat-ayat dan hadits-hadits yang berkenaan dengan ini, dengan keterangan secukupnya agar lebih melekat pada diri anak.
Selain syirik yang mereka lakukan, orang tua menunjukkan kepada anak penyimpangan-penyimpangan yang mereka lakukan, baik dalam perilaku, akhlak, dan moral, termasuk perselisihan kelurga, bagaimana orang tua kafir tidak menyukai anaknya sendiri, bahkan membenci mereka dan mengusir mereka, bagaimana mereka mengusir orang tua mereka sendiri yang sudah manula kemudian dimasukkan ke panti jompo. Dan bagaimana keluarga muslim yang mencintai anaknya, memelihara, mementingkan anaknya daripada kepentingan sendiri, dan selalu menjaga mereka. Ditunjukkan pula penyimpangan perilaku mereka, seperti meluasnya dekadensi moral, minum-minuman keras, narkotik, banyaknya pencurian dan perampokan, dan penyimpangan yang lain, sampai anak bisa membenci segala perbuatan mereka.
Berikutnya setelah nilai-nilai ditanamkan dalam bentuk kisah-kisah, lalu orang tua menggiring anaknya memasuki kenyataan dalam kisah tersebut, bagaimana mereka memusuhi orang Islam, dan kisah ini banyak didapat seputar kehidupan Rasulullah SAW bersama orang Yahudi, bagaimana mereka menghianati Rasulullah SAW menyakitinya, bersekutu untuk membunuhnya, padahal antara Rasulullah SAW dan orang-orang Yahudi masih terikan oleh perjanjian damai, begitulah tabiat orang Yahudi.
Jangan lupa bahwa Allah murka atas mereka, dan Allah sendiri yang menetapkan bahwa mereka adalah musuh-mushn-Nya, dan wali-wali Allah ialah orang-orang yang bertakwa, yang berjalan pada garis yang diajarkan, mengerjakan yang diperintahkan dan menjauhi yang dilarang.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menggambarkan wali-wali Allah dan musuh-musuh-Nya sebagai berikut: "Wali-wali Allah ialah yang bertakwa, yang mengerjakan perintah, menjauhi larangan, sabar dengan apa yang diberikan, maka Allah mencintai mereka dan mereka mencintai-Nya, Allah merelakan terhadap mereka dan mereka merelakan terhadap-Nya, dan musuh-musuh-Nya adalah wali-wali syetan, dam Allah menguasai mereka semuanya, Allah Membenci mereka, Melaknat serta Memusuhi mereka. Dengan keterangan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah ini, jelas perbedaan antara wali-wali Allah dan musuh-musuh-Nya, maka barangsiapa yang berjalan pada jalan Allah, mengerjakan perintah dan menjauhi larangan, mereka adalah wali-wali Allah, dan barangsiapa yang terjebak dalam syirik, larangan, dan meninggalkan perintah, mereka adalah musuh-musuh Allah yang dilaknat dan dimusuhi.
Kecintaan kepada ketaatan dan orang-orang yang taat, dan kebencian terhadap kemungkaran dan orang-orang mungkar harus tertanam dalam diri seorang muslim, karena lemahnya rasa cinta dan benci tersebut menunjukkan kelemahan imannya. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan: "Barangsiapa yang dalam hatinya tidak terdetik kebencian sedikitpun dari yang dibenci Allah dari kufur, fasik dan maksiat, berarti tidak ada iman dalam hatinya, maka orang yang tidak membenci sesuatu yang haram sama sekali, berarti belum ada iman di hatinya sama sekali.
Dan jika orang tua tahu besarnya perkara ini, dan pentingnya cinta dan benci, yang merupakan ukuran keimanan, maka wajib bagi orang tua sadar akan perkara ini dan menanamkan dalam dirinya dan anaknya cinta kebaikan dan benci keburukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Uktub Your Ro'yi Here...