Minggu, 16 Juni 2013

Renungan Perceraian

Oleh: Abdurrahman


Rumah tangga itu memang berjuta rasanya, dari mulai manis, asem, hambar, hingga pahit. Semua ada dalam sebuah rumah tangga. Pada awalnya ras manis begitu terasa, apalagi di awal-awal pernikahan karena harapan untuk senantiasa bersama dengan kekasih pujaan bisa terwujudkan. Dengan berjalannya zaman rasa manis itu sudah mulai terasa “asem”, karena ada banyak hal yang selama ini tidak kita ketahui dari pasangan ternyata tidak mengenakan dan membuat kita mulai ada rasa tidak nyaman dengan pasangan. Jika keadaan ini tidak dikomunikasikan dan dibiarkan maka lama-lama “rasa” rumah tangga itu akan semakin hambar. Keadaan ini sebenarnya sudah memberi sinyal bahwa rumah tangga itu sudah memerlukan “bantuan” karena sudah dianggap berada di awal keretakan.
Rumah tangga yang hambar biasanya lebih dikarenakan kurang adanya komunikasi dengan pasangan. Seoang suami sudah tidak nyaman jika berada di rumah, seoang istri juga tidak nyaman ketika suaminya berada di sisinya. Dalam keadaan seperti ini sudah mulai muncul perasaan-perasaan untuk mengakhiri kehidupan bersama, karena merasa sudah mulai tidak ada kecocokan dengan pasangan. Penyebabnya sangat beranea ragam, dari mulai masalah yang berasal dari dalam diri masing-masing, masalah pengasuhan anak, masalah keuangan keluarga, masalah mertua hingga kehadiran orang ketiga dalam rumah tangga.
Jika keadaan ini terus dibiarkan maka rumah tangga itu akan terasa pahit dan memuakan. Pada sisi yang lebih mengkhawatirkan rumah tangga sudah seperti neraka yang tidak ada lagi rasa suka dan kedamaian tinggal di dalamnya. Jika pada awal pernikahan dunia terasa milik berdua maka pada tahap ini dunia terasa mirip neraka. Semua yang ada di dalam rumah tangga terasa menyesakan jiwa. Tingkah laku pasangan yang sebenarnya biasa saja terasa menyakitkan luar biasa. Keinginan pasangan untuk berbuat kebaikan juga dianggap sebagai perbuatan menghinakan. Semuanya bernilai negatif, yang positif hanya dirinya sendiri. Akhirnya perceraian adalah sebuah pilihan…
Sebelum tindakan perceraian dilakukan sudah selayaknya kita berfikir ulang dan dengan sungguh-sungguh mempertimbangkan akibat dari perceraian tersebut. Lebih sederhananya coba kita hitung-hitung dampak negatif dari perceraian. Sebenarnya dampak negatifnya akan sangat banyak, dari mulai mencari pasangan yang harus sesuai keinginan, masalah pengasuhan anak yang menjadi korban perceraian hingga rasa suka yang sebarnya masih ada yang terkorbankan.
Satu masalah yang menurut saya menjadi pertimbangan utama dan menjadi bahan renungan ketika akan melakukan perceraian adalah mengenai pasangan dalam kehidupan. Berikut ini saya sebutkan beberapa pertanyaan sebagai bahan renungan sebelum perceraian:
1.       Jika pasangan kita membosankan maka pertimbangan apa yang menjadikan kita bosan? Apakah perilaku dan tindakannya? Atau kecantikan dan kegantengannya?
2.       Jika pasangan kita tidak mau menuruti kita, apakah kita juga menuruti kemauannya? Karena ia juga manusia yang punya keinginan.
3.       Tidak ada manusia yang sempurna, semua orang punya kekurangan temasuk diri kita. Kalau kita hany amelihat dari sisi kekurangan tersebut maka akan banyak bermunculan kekurangan-kekurangan pasangan tersebut.
4.       Siapa yang bisa menjamin kita akan mendapatkan pasangan yang tidak punya kekurangan? Tidak ada, karena manusia tidak ada yang sempurna dan semua pasti memiliki kekurangan.
5.       Apakah ada jaminan kehidupan dengan pasangan berikutnya tidak akan terjadi perceraian? Tidak ada yang bisa menjamin apalagi jika kita masih bersikap egois dan selalu merasa menang sendiri dan pasangan kita salah.
Masih banyak renungan lainnya yang belum disebutkan, namun inti dari tulisan ini adalah bahwa jika perceraian itu terjadi maka tidak ada yang bisa menjamin bahwa pasangan hidup kita setelahnya juga sesuai yang kita inginkan karena setiap orang pasti punya kekurangan. Lebih baik memahami kekurangan pasangan kita saat ini daripada harus mencari pasangan lain yang belum tahu kekurangannya seperti apa, iya gak?      


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Uktub Your Ro'yi Here...