Oleh:
Abu Aisyah
Saya
teringat dengan sebuah kata-kata yang saya sendiri lupa sumbernya entah itu status
di Facebook atau di tempat lainnya. Intinya mengenai egosime diri kita dalam
menghadapi pasangan hidup. Memang kalu mau jujur selama ini kita selalu
menuntut agar pasangan kita itu sempurna, setia dan bisa memahami diri kita. Padahal
mereka juga adalah manusia yang memiliki perasaan yang sama dengan kita. Sehingga
jika selama ini kita ingin menuntut agar pasangan kita sempurna maka sudah
selayaknya terlebih dahulu kita “menyempurnakan” diri kita. Demikian juga
ketika mengharapkan agar pasangan kita setia maka terlabih dahulu kita harus
lebih setia.
Selain
itu kita juga sering sekali menuntut banyak agar pasangan kita mengikuti
keinginan kita. Sifat egois ini semestinya sudah mulai berkurang ketika umur
kita semakin bertambah, kenapa? Karena pasangan kita juga manusia yang punya keinginan
dan kemauan. Bisa jadi kemauan dan keinginannya tidak sama dengan kita, maka
sudah selayaknya untuk senantiasa mengompromikan kesenangan kita dan kesenangan
pasangan kita. Jika tidak bisa mengakomodir kedua keinginan tersebut minimal
ada salah satu keinginan tersebut yang ditunda atau kita bisa mengalah untuk
memberikan kesempatan kepada pasangan kita untuk “menang”
Sebenarnya
kesempurnaan pasangan kita sangat dipengaruhi oleh diri kita sendiri, karena
tingkal lakunya sebenarnya cerminan dari diri kita. Sebagai contoh, kita
menginginkan agar pasangan hidup kita tampak cantik atau ganteng ketika di
hadapan kita. Namun kita sendiri sering kali tampil cuek di depan pasangan. Kita
menginginkan dia selalu tersenyum dan tidak mengeluh tentang kehidupan ini,
namun kita sendiri sering sekali berkeluh kesah.
Intinya
adalah bahwa pasangan hidup kita adalah cermin bagi diri kita, kalau pasangan
kita ingin menjadi orang yang “baik” maka sudah selayaknya kita untuk
memperbaiki diri kita terlebih dahulu. Setuju?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...