Selasa, 18 Juni 2013

Beasiswa bukan Segalanya

Oleh: Bambang Sahaja


Biaya pendidikan saat ini memang semakin mahal, hal ini terbukti dengan biaya sekolah dari mulai TK sampai perguruan tinggi berangsur-angsur naik. Akses pendidikan yang seharusnya bisa dirasakan oleh seluruh warga negara ternyata saat ini hanya angan-angan. Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) ternyata tidak mengurangi biaya pendidikan yang dirasa semakin memberatkan bagi orang tua siswa. Terutama mereka yang memiliki tingkat ekonomi menengah ke bawah.
Jika biaya pendidikan pada tingkat dasar dan menengah terbilang “mahal” maka demikianlah yang terjadi pada biaya pendidikan pada perguruan tinggi. Biaya kuliah dengan rata-rata persemester 1,5 – 10 Juta rupiah akan sangat memberatkan bagi mereka yang memiliki pendapatan pas-pasan. Apalagi jika harus kuliah di tingkat akhir pada strata 3, biayanya paling murah 5 juta hingga 15 juta.
Melihat biaya pendidikan yang tinggi tersebut maka beasiswa menjadi incaran para mahasiswa yang memiliki keterbatasan financial. Lembaga-lembaga yang menyediakan beasiswa diserbu oleh para pencari beasiswa. Mereka sangat berharap agar mereka bisa mendapatkan beasiswa untuk membayar biaya studi mereka.  mereka bersungguh-sungguh untuk bisa mendapatkannya walaupun harus bersusah payah dan pada beberapa kasus harus melalui “jalan belakang” alias menyuap atau ia akan mendapatkan beasiswa dengan potongan antara 20-30 % dari total beasiswa yang didapatkannya.
Tentu saja ini bukan dusta tapi sesuatu fakta yang pernah saya rasakan, sehingga kalau berbicara tentang beasiswa sepertinya tidak bisa lepas dari budaya bangsa Indonesia yang sepertinya masih harus diluruskan kejujurannya. Walaupun tidak semua lembaga demikian, karena masih banyak lembaga yang jujur dan credible dalam memberikan beasiswa.
Membahas tentang beasiswa sepertinya ia memang menjadi harapan utama bagi mahasiswa yang memiliki kekurangan keuangan (penulis juga gak ya…?. Karena biaya kuliah yang mahal terkadang memang mengganggu keuangan rumah tangga. Walaupun saya juga pernah berbincang dengan seorang teman yang “tidak mau” menerima beasiswa dengan alasana ingin mandiri dan tidak terikat dengan suatu lembaga sedikitpun. Tentu saja sikap ini sah-sah saja, tapi bagis saya sendiri cukup menguatkan karena saya terus terang belum pernah mendapatkan beasiswa. Bahkan belum lama ini juga gagal dalam wawancara setelah lulus administrasi.
Sepertinya memang beasiswa bukan segalanya, dalam arti teologi bahwa beasiswa adalah bagian dari rizqi yang Allah ta’ala berikan kepada kita sehingga kalau memang rizqinya ya pasti akan mendapatkannya. Manusia itu hanya berusaha, setelah itu Allah yang menentukannya. Motivasi ini memang sangat luar biasa bagi mereka yang gagal dalam mendapatkan beasiswa, bagaimana tidak sebagai sebuah rizqi ia telah diatur oleh yang Maha Pemberi Rizqi. Sehingga sangat naïf sekali ketika kecewa karena tidak mendapatkan beasiswa tersebut. Para pendahulu kita yang Sholeh diantaranya Hasan Al-Bashri pernah berkata “Aku tidak pernah takut kalau rizqi-ku akan diambil oleh orang lain” artinya bahwa ia sangat yakin sekali bahwa seluruh rizqi yang telah Allah tetapkan pasti akan ia dapatkan. Tidak ada orang lain yang akan mengambil atau menyerobot rizqi tersebut, sehingga kalau kita tidak mendapatkan beasiswa maka itu adalah sudah takdirNya. Kita hanya berusaha, setelah itu tawakal padaNya….
Oleh karena itu untuk teman-teman yang tidak mendapatkan beasiswa jangan khawatir pasti ada rizqi lain yang tidak terduga-duga akan menggantikannya, jadi beasiswa bukan segalanya khan? 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Uktub Your Ro'yi Here...