Oleh: Bambang Sahaja
Biaya pendidikan saat ini memang semakin mahal, hal
ini terbukti dengan biaya sekolah dari mulai TK sampai perguruan tinggi
berangsur-angsur naik. Akses pendidikan yang seharusnya bisa dirasakan oleh
seluruh warga negara ternyata saat ini hanya angan-angan. Program Bantuan
Operasional Sekolah (BOS) ternyata tidak mengurangi biaya pendidikan yang
dirasa semakin memberatkan bagi orang tua siswa. Terutama mereka yang memiliki
tingkat ekonomi menengah ke bawah.
Jika biaya pendidikan pada tingkat dasar dan menengah
terbilang “mahal” maka demikianlah yang terjadi pada biaya pendidikan pada
perguruan tinggi. Biaya kuliah dengan rata-rata persemester 1,5 – 10 Juta
rupiah akan sangat memberatkan bagi mereka yang memiliki pendapatan pas-pasan. Apalagi
jika harus kuliah di tingkat akhir pada strata 3, biayanya paling murah 5 juta
hingga 15 juta.
Melihat biaya pendidikan yang tinggi tersebut maka
beasiswa menjadi incaran para mahasiswa yang memiliki keterbatasan financial.
Lembaga-lembaga yang menyediakan beasiswa diserbu oleh para pencari beasiswa.
Mereka sangat berharap agar mereka bisa mendapatkan beasiswa untuk membayar
biaya studi mereka. mereka
bersungguh-sungguh untuk bisa mendapatkannya walaupun harus bersusah payah dan
pada beberapa kasus harus melalui “jalan belakang” alias menyuap atau ia akan
mendapatkan beasiswa dengan potongan antara 20-30 % dari total beasiswa yang
didapatkannya.
Tentu saja ini bukan dusta tapi sesuatu fakta yang
pernah saya rasakan, sehingga kalau berbicara tentang beasiswa sepertinya tidak
bisa lepas dari budaya bangsa Indonesia yang sepertinya masih harus diluruskan
kejujurannya. Walaupun tidak semua lembaga demikian, karena masih banyak
lembaga yang jujur dan credible dalam memberikan beasiswa.
Membahas tentang beasiswa sepertinya ia memang
menjadi harapan utama bagi mahasiswa yang memiliki kekurangan keuangan (penulis
juga gak ya…?. Karena biaya kuliah yang mahal terkadang memang mengganggu
keuangan rumah tangga. Walaupun saya juga pernah berbincang dengan seorang
teman yang “tidak mau” menerima beasiswa dengan alasana ingin mandiri dan tidak
terikat dengan suatu lembaga sedikitpun. Tentu saja sikap ini sah-sah saja,
tapi bagis saya sendiri cukup menguatkan karena saya terus terang belum pernah
mendapatkan beasiswa. Bahkan belum lama ini juga gagal dalam wawancara setelah
lulus administrasi.
Sepertinya memang beasiswa bukan segalanya, dalam
arti teologi bahwa beasiswa adalah bagian dari rizqi yang Allah ta’ala berikan
kepada kita sehingga kalau memang rizqinya ya pasti akan mendapatkannya.
Manusia itu hanya berusaha, setelah itu Allah yang menentukannya. Motivasi ini
memang sangat luar biasa bagi mereka yang gagal dalam mendapatkan beasiswa,
bagaimana tidak sebagai sebuah rizqi ia telah diatur oleh yang Maha Pemberi
Rizqi. Sehingga sangat naïf sekali ketika kecewa karena tidak mendapatkan
beasiswa tersebut. Para pendahulu kita yang Sholeh diantaranya Hasan Al-Bashri
pernah berkata “Aku tidak pernah takut kalau rizqi-ku akan diambil oleh orang
lain” artinya bahwa ia sangat yakin sekali bahwa seluruh rizqi yang telah Allah
tetapkan pasti akan ia dapatkan. Tidak ada orang lain yang akan mengambil atau
menyerobot rizqi tersebut, sehingga kalau kita tidak mendapatkan beasiswa maka
itu adalah sudah takdirNya. Kita hanya berusaha, setelah itu tawakal padaNya….
Oleh karena itu untuk teman-teman yang tidak
mendapatkan beasiswa jangan khawatir pasti ada rizqi lain yang tidak
terduga-duga akan menggantikannya, jadi beasiswa bukan segalanya khan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...