Oleh:
RIDVIA LISA, MASCHANDRA, dan RUSMAN ISKANDAR
I.
PENDAHULUAN
A. Masalah Umum
Data
kualititif, yang Iebih merupakan wujud kata-kata daripada deretan angka-angka,
senantiasa menjadi bahan utama bagi ilmu-ilmu sosial tertentu, terutama dalam
bidang antropologi, sejarah, dan ilmu politik. Meskipun demikian, pada
dasawarsa terakhir, telah semakin banyak peneliti dalam bidang-bidang ilmu yang
secara tradisional mendasarkan diri pada pendekatan kuantitatif (psikologi,
sosiologi, ilmu bahasa, adaministrasi umum, kajian organisasi, perencanaan kota , penelitian
pendidikan, evaluasi program, dan analisis kebijakan), telah beralih pada
paradigma baru yang lebih kualitatif. Data kualitatif sangat menarik dan
merupakan sumber dan deskripsi yang luas dan berlandasan kokoh, serta memuat
penjelasan tentang proses-proses yang terjadi dalam lingkup setempat.
Dengan
data kualitatif kita dapat mengikuti dan memahami alur peristiwa secara
kronologis, menilai sebab-akibat dalam lingkup pikiran orang-orang setempat,
dan memperoleh penjelasan yang banyak dan bermanfaat. Dan lagi, data kualitatif
Iebih condong dapat membimbing kita untuk memperoleh penemuan-penemuan yang tak
diduga sebelumnya dan untuk membentuk kerangka teoretis baru; data tersebut
membantu para peneliti untuk melangkah lebihh jauh dan praduga dan kerangka
kerja awal. Akhirnya, seperti yang telah dikemukakan oleh Smith (1978),
penemuan-penemuan dan penelitian kualitatif mempunyai mutu “yang tak dapat
disangkal.” Kata-kata, khususnya bilamana disusun ke dalam bentuk cerita atau
peristiwa, mempunyai kesan yang Iebih nyata, hidup, dan penuh makna,seringkali
jauh lebih meyakinkan pembacanya, peneliti lainnya, pembuat kebijakan,
praktisi, daripada halaman-halaman yang penuh dengan angka-angka.
Kesulitan yang paling utama dan serius dalam penggunaan data kualitatif adalah metode-metode analisisnya yang tidak dirumuskan dengan memadai. Bagi data kualitatif, memang terdapat kaidah-kaidah jelas yang digunakan oleh peneliti. Namun bagi penganalisis yang berhadapan dengan suatu bank data kualitatif, dan yang memiliki pedoman amat sedikit sebagai pelindung terhadap khayalan pribadi, membiarkan begitu saja munculnya data yang tidak valid dan tak dapat dipercaya untuk sidang pembaca ilmiah dan para pembuat kebijakan. Bagaimana kita dapat yakin bahwa suatu penemuan “berakar pada kenyataan,” “tak da pat disangkal,” ‘”memperoleh data yang tak diduga sebelumnya.”atau tidak, jika dalam kenyataannya terjadi hal yang salah? (Miles, 1979).
Beberapa
peneliti ragu-rágu untuk memusatkan perhatian pada persoalan analisis, dengan
alasan bahwa ketentuan yang validitasnya terjamin tidak mungkin sepenuhnya
(Becker, 1958; Bruyn, 1966; Loflaud, 1971). Lebih jauh lagi, bagi para peneliti
yang berorientasi pada rancãngan fenomenologis tidak memperhitungkan adánya
realitas sosial “di luar sana,” oleh karena itu tidak diperlukan lagi untuk
menyusün suatu perangkat patokan metodologis yang kokoh guna membantu
menegaskan hukum-hukumnya (lihat Dreitzel, 1970). Dari sudut pandangan ini
proses-proses sosial merupakan kejadian sesaat, gejala yang cair, dan bagi
pelaku sosial tiada kebebasan cara untuk menafsirkan dan menjelaskan
gejala-gejala itu.
Kondisi yang tidak pasti mengenai analisis kualitatif seperti ini menimbulkan dampak lain, yaitu: Metode analisisnya jarang dilaporkan secara rinci dalam publikasi-publikasi studi kasus atau dalam laporan-laporan sintetis silang-objek. Orang biasanya tidak dapat rnengikuti cara seorang peneliti memperoleh kesirnpulan akhir dan sebanyak 3.600 halaman catatan lapangan yang muncul, betapapun gamblang kutipan-kutipan yang disertakan dengan catatan itu. Bahkan, kalaupun para perieliti berusaha menjelaskan metode-metodenya secara eksplisit tanpa adanya kesatuan bahasa dalam penyajian analisis dan usaha intensif dalam proses analisis, bisa menimbulkan kerancuan pengertian. Dapatkah seorang peneliti yang menggunakan catatan lapangan dengan dasar yang sama dengan peneliti lainnya menghasilkan tulisan studi kasus yang serupa nalarnya dengan penelitian yang asli? Dalàm kondisi seperti ini, sebagaimana dikemukakan oleh Dawson (1979, 1982), LeCompte dan Goetz (1982) dan yang lainnya, validitas hasil penemuan yang diperoleh secara kualitatif bisa sangat meragukan.
Singkatnya, lapangan penelitian kualitatif sangat membutuhkan metode-metode yang jelas dan sistematis guna menarik kesimpulan-kesimpulan dan mengujinya secara seksama, yakni metode yang dapat digunakan sebagai replika oleh penehiti lainnya, seperti halnya dengan pengujian-pengujian signifikansi dan korelasi yang dilakukan oleh para peneliti kuantitatif.
B. Pengertian Penelitian Kualitatif
Miles
telah menaruh minat dengan pengalaman kerja yang luas dalam hal penilaian
lingkungan-lingkungan sosial (kelompok atau organisasi), dan lebih khusus lagi,
mengenai pengarnh-pengaruh upaya nengubah perilaku, iklim, dan
struktur-strukturnya. Sementara
Ia senantiasa menaruh perhatian
pada penelitian nonkualitatif, usaha pertamanya yang tuntas di dalam penelitian
kualitatif adalah selama empat tahun penelitian mengenai proses-proses yang
terlibat dalam usaha kreasi yang baru dan inovatif (Miles dkk., 1978; Miles,
1980). Kegiatan ini melibatkan enam sekolah umum selama pembuatan rancangannya,
penciptaan, dan stabilisasinya. Dalam penelitian itu observasi langsung dan
wawancara informal disertai dengan pengumpulan dokumen, wawancara terstruktur,
dan dua tahapan survel. Di situlah Miles berusaha mengatasi masalahmasalah
analisis kualitatif.
Sementara
Minat Huberman selama ini adalah dalam bidang epistemologi ilmiah, bagaimana
teori-teori ilmiah dikembangkan dan diuji validitasnya, dan dalam kognisi
dewasa dalam perspektif Piaget, seorang ahli psikologi berkebangsaan Swis,
serta ahli epistemologi dari Perancis, Bachelard. Seperti Miles, Huberman
bekerja secara empiris, dengan metodologi yang lebih lunak dan bersifat klinis,
dipadukan dengan teknik-teknik psikometrik yang ketat. Namun proyek pertamãnya
yang ekstensif dengan penekanan kualitatif merupakan penelitian selama empat tahun
pada satu sekolah dasar percobaan, dalam rangka mengimplementasikan teori-teori
Piaget dalam latar ruang dan kelas (Huberman, 1978, 1980). Selain dari
penggunaan gabungan data yang lazim (wawancara formal dan informal, observasi
dan observasi berpartisipasi, dokumen, kuesioner, dan pengujian), Huberman
mencoha dua pendekatai analitis data yang sering dianjurkan oleh para ahli
metodologi penelitian lapangan, tetapi jarang sêkali dilaksanakan. Yang
pertama, melibatkan pengujian pola-pola temuan (finding) yang muncul dari sekolah percobaan terhádap sekolah
kedua yang merniliki karakteristik serupa, dalam suatu rancangan replikasi yang
goyah lihat (Cronbach, 1975; Yin, 1981). Percobaan kedua adalah
mengkuantifikasi data bukan angka (numerik), dan melakukan analisis komparatif
dan sejajar dengan menggunakan prosedur-prosedur psikometrik yang baku di samping
teknik-teknik yang lebih deskriptif, tematik, dan konfigural. Jelaslah bahwa Huberman
juga mempertentangkan beberapa masalah pelaksanaan dan verifikasi penelitian
kualitatif, dan pertautan perangkat data kualitatif dan kuantitatif.
Pandangan
Miles dan Huberman terhadap penelitian kualitatif adalah : Data yang muncul
berwujud kata-kata dan bukan rang kaian angka. Data itu mungkin telah
dikumpulkan dalam aneka macam cara (observasi, wawancara, intisari dokurnen,
pita rekaman), dan yang biasanya “diproses” kira-kira sebelum siap digunakan
(melalui pencatatan, pengetikan, penyuntingan, atau alih-tulis), tetapi
analisis kualitatif tetap menggunakan kata-kata, yang biasanya disusun ke dalam
teks yang diperluas.
C.
Analisis Data Penelitian Kualitatif
Secara
umum Miles dan Huberrman membuatan gambaran seperti pada gambar berikut. Dan
beranggapan bahwa analisis terdiri dan tiga alur kegiatan yang terjadi secara
bersamaan yaitu: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/
verifikasi.
Komponen-
komponen Analisis Data; Model Alir
Reduksi
Data, Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan
perhatian pada pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data
“kasar” yang muncul dari càtatan-catatan tertulis di lapangan. Sebagaimana kita
ketahui, reduksa data, berlangsung terus-menerus selama proyek yang
berorientasi kualitatif berlangsung. Sebenarnya bahkan sebelum data benar-benar
terkimpul, antisipasi ákan adanya reduksi data sudah tampak waktu penelitinya memutuskan
(acapkali tanpa disadari sepenuhnya) kerangka konseptual wilayah penelitian,
permasalahan penelitian, dan pendekátan pengumpulan data yang mana yang
dipilihnya. Selama pengumpulan data berlangsung, terjadilah tahapan reduksi
selanjutnya (membuat ringkasan, mengkode, menelusur tema, rnembuat gugus-gugus,
membuat partisi, menulis memo). Reduksi data/proses-transformasi ini berlanjut
terus sesudah penelitian lapangan, sampai laporan akhir lengkap tersusun.
Penyajian
Data, Alur penting yang kedua dan kegiatan analisis adalah
penyajian data. Miles dan Huberman membatasi suatu “penyajian” sebagai
sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan
kesimpulan dan pengambilan tindakan. Béraneka penyajian yang dapat ditemukan
dalam kehidupan sehari-hari mulai dati alat pengukur bensin, surat kabar, sampai layar
komputer. Dengan melihat penyajian-penyajian kita akan dapat memahami apa yang
sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan lebih jauh mengailalisis ataukah
mengambil tindakan berdasarkan atas pemahaman yang didapat dan
penyajian-penyajian tersebut.
Dalam
pelaksanaan penelitian Miles dan Huberman yakin bahwa penyajian-penyajian yang
lebih balk merupakan suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang valid.
Penyajian-penyajian yang diamksud meliputi berbagai jenis matriks, grafik,
jaringan, dan bagan. Semuanya dirancang guna menggabungkan informasi
yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu dan mudah diraih, dengan demikian
seorang penganalisis dapat melihat apa yang sedang terjadi, dan menentukan
apakah menarik kesimpulan yang benar ataukah terus melangkah melakukan analisis
yang menurut saran yang dikiaskan oleh penyajian sebagai sesuatu yang mungkin
berguna.
Menarik Kesimpulan/ Verifikasi,
Kegiatan
analisis ketiga yang penting adalah menarik kesimpulan dan verifikasi. Dari
permulaan pengumpulan data, seorang penganalisis kualitatif mulai mencari arti
benda-benda, mencatat keteraturan. penjelasan, konfigurasi-koritigurasi yang
mungkin, alur sebab- akibat, dan proposisi. Peneliti yang berkompeten akan
menangani kesimpulan-kesimpulan itu dengan longgar, tetap terbuka dan skeptis, tetapi
kesimpulan sudah disediakan, mula-mula belum jelas, namun dengan meminjam
istilah kiasik dan Glaser dan Strauss (1967) kemudian meningkat menjadi lebih
rinci dan mengakar dengan kokoh. Kesimpulan-kesimpulan “final” mungkin tidak
muncul sampai pengumpulan data berakhir, tergantung pada besarnya kumpulan -kumpulan catatan lapangan, pengkodeannya,
penyimpanan, dan metode pencarian ulang yang digunakan, kecakapan peneliti, dan
tuntutan-tuntutan pemberi dana, tetapi seringkali kesimpulan itu telah
dirumuskan sebelumnya sejak awal, sekalipun seorang peneliti menyatakan telah
melanjutkannya “secara induktif”.
Penarikan
kesimpulan, dalam pandangan Miles dan Huberman, hanyalah sebagian dan satu
kegiatan dan konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama
penelitian berlangsung. Verifikasi itu mungkin sesingkat pemikiran kembali yang
melintas dalam pikiran penganalisis selama ia menulis, suatu tinjauan ulang
pada catatan-catatan lapangan, atau mungkin menjadi begitu seksama dan memakan
tenaga dengan peninjauan kembali serta tukar pikiran di antara teman sejawat
untuk mengembangkan “kesepakatan intersubjektif,” atau juga upaya-upaya yang luas
untuk menempatkan salinan suatu temuan dalam seperangkat data yang lain.
Singkatnya, makna-makna yang muncul dan data harus diuji kebenarannya,
kekokohannya, dan kecocokannya, yakni yang merupakañ validitasnya. Jika tidak
demikian, yang dimiliki adalah cita-citá yang menarik mengenai sesuatu yang
terjadi dan yang tidak jelas kebenaran dan kegunaannya.
Komponen – komponen analisis
data; Model Interaktif
Menurut
Diagram hubungan antar komponen model interaktif, analisis data kualitatif
merupakan upaya yang berlanjut, berulang dan terus-menerus. Masalah reduksi
data penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi menjadi gambaran
keberhasilan secara berurutan sebagai rangkaian kegiatan analisis yang saling
susul menyusul.
Proses
seperti tersebut sesungguhnya tidak lebih rumit, berbicara secara konseptual,
daripada jenis-jenis analisis yang digunakan oleh para peneliti kuantitatif.
Peneliti kualitatif pun harus terpaku perhatiannya pada reduksi data
(menghitung mean, standar deviasi, indeks), penyajian data (tabel korelasi,
cetakan angka-angka regresi), dan penarikan kesimpulan/verifikasi (derajat
signifikansi, perbedaan eksperimental/ kontrot). Soalnya ialah bahwa kegiatan
itu dilakukan melalui batasan-batasan yang jelas, metode yang sudah dikenal,
patokan-patokan yang memberi pedoman, dan kegiatannya lebih berupa peristiwa
berturutan jika dibandingkan dengan kegiatan yang berulang atau siklus. Di sisi
lain, para peneliti kualitatif nenempati posisi yang lebih bersifat longgar,
dan juga lebih bersifat perintis.
II.
MENFOKUSKAN
DAN MEMBATASI PENGUMPULAN DATA
Sebelum
sampai pada penelitian lapangan, pertanyaan yang muncul adalah berapa jumlah
bentuk yang seyogianya dimiliki oleh racangan penelitian kualitatif? Haruskah
ada suatu kerangka konseptual sebelumnya? Adakah suatu perangkat pertanyaan
penelitian? Apakah pembatasan-pernbatasan awal dan penelitian seperti ini akan
mengaburkan penelitian terhadap ciri-ciri utama dalam objek yang diteliti, atau menyebabkan salah paham terhadap persepsi-persepsi
informan setempat? Apakah ketidakbebasan pembatasan dan pemfokusan
menyebakan pengumpulan data yang serampangan dan hadirnya data yang
nelimpahruah? Pertanyaan-pertanyaan seperti itu muncul berulang-ulang dalam
analisis kualitatif, dan pertanyáan-pertanyaan itu telah membuat masalah
tersendiri bagi para penelitinya.
Bagaimana
seyogianya suatu penelitian kualitatif dirancang dengan prastruktur? Cukup
untuk bisa rnenjejak tanah, sebagaimana yang
dikemukakan oleh Lincoln
ketika ditanya tentang berapa panjangkah selayaknya ukuran tungkai seseorang.
Hal itu banyak bergantung pada tersedianya waktu, sampai seberapa jauh
pengetahuan
kita terhadap fenomena yang diteliti, instrumen-instrumen yang telah siap, dan analisis yang akan dibuat. Dua alasan berikut dapat dijadikan sebagai landasan bahwa kerangka/ rancangan penelitan seharusnya dibuat.
kita terhadap fenomena yang diteliti, instrumen-instrumen yang telah siap, dan analisis yang akan dibuat. Dua alasan berikut dapat dijadikan sebagai landasan bahwa kerangka/ rancangan penelitan seharusnya dibuat.
Pertama,
makin Ionggar ràncangan awal, makin kurang selèktfr
pengumpulan data; bagi seseorang yang sedang menantikan kemunculan konstruksi kunci dan hal-hal yang biasanya terjadi dari lapangan, segala hal tampak penting pada awalnya dan penelitian itu bisa berlangsun sangat lama. Peneliti yang terombang-ambing dalam data, memerluka waktu berbulan-bulan untuk rnemilih-milih data itu. Banyak penelitian yang didasarkan atas “kontrak” yang diburu waktu agar dapat menghasilkan temuannya, dengan anggapan yang terbatas, dan kelonggaran - kelonggaran itu tidaklah bijaksana.
pengumpulan data; bagi seseorang yang sedang menantikan kemunculan konstruksi kunci dan hal-hal yang biasanya terjadi dari lapangan, segala hal tampak penting pada awalnya dan penelitian itu bisa berlangsun sangat lama. Peneliti yang terombang-ambing dalam data, memerluka waktu berbulan-bulan untuk rnemilih-milih data itu. Banyak penelitian yang didasarkan atas “kontrak” yang diburu waktu agar dapat menghasilkan temuannya, dengan anggapan yang terbatas, dan kelonggaran - kelonggaran itu tidaklah bijaksana.
Kedua,
banyak penelitian yang melibatkan objek berganda (kasus-berganda) dan bukan
kajian-kajian pada objek - tunggal. Jika para pe neliti lapangari yang berbeda
bekerja secara induktif. Tanpa menggunakan kerangka atau instrumentasi yang
seragam, pada akhirnya akan dihadapkan pada dilema ganda (ambiguitas), artinya
data yang berlimpah ruah dan idak adanya sarana pembanding antar kasus (masalah
penelitian).
A.
Membuat
Kerangka Koseptual
Kerangka
konseptual dapat memaparkan dengan jelas tentang hubungan-hubungan dari
kegiatan penelitian. Kerangka ini dapat dipaparkan dalam bentuk grafik maupun
teks naratif yang memuat dimensi-dimensi kajian utama, faktor-faktor kunci atau
variabel-variabel dan hubungan-hubungan antar dimensi yang telah diperkiraka
sebelumnya (sebelum penelitian dilakukan). Kerangka konseptual harus bersifat
sederhana maupun berupa penyederhanaan dari bentuk lain yang lebih rumit, yang
berlandaskan pada teori akal sehat, deskriptif dan hubungan sebab akibat.
Contoh Kerangka Konseptual bagi Suatu Kajian Penyebaran
Inovasi-inovasi Kependidikan
Apa
manfaat kerangka penelitian bagi peneliti?
Pertama,
kerangka menentukan siapa dan apa yang akan atau tidak akan dikaji. Misanya,
akan terlihat seperti pada orang-orang yang mengembangkan inovasi, dikaji atau
tidak perlu dikaji. Juga seolah-olah terlihat bahwa kajian memfokuskan pada inovasi
yang berhasil, dan akan mengumpulkan data khususnya beracam aspek.
Kedua,
kerangka itu menegaskan adanya beberapa hubungan, yang ditunjukkan dengan tanda
panah. Beberapa dari hubungan tersebut benar-benar logis, misalnya gagasan
bahwa penerima program dengan inovasi akan saling mempengaruhi, walaupun
demikian, tanda panah juga mencerminkan temuan-temuan empiris: Dalam kebdupan
sebenarnya, hubungan-hubungan serupa berlangsung dalam bentuk tersebut.
Indikator-indikator keberhasilan juga, dalam beberapa hal, berasal dari
penelitian empiris sebelumnya.
Dalam
merancang kerangka koseptual, Miles dan Huberman memberikan beberapa saran
diantaranya :
1. Kerangka-kerangka
konseptual lebih baik memanfaatkan bentuk grafik, daripada teks.
2. Diharapkan
melakukan sejumlah pengulangan, dimulai sejak awal.
3. Sejak
dini dalam kajian objek-berganda, usahakan agar masingmasing peneliti lapangan
melakukan kajian pengulangan dalam suatu kerangka yang menyeluruh, kemudian bandingkan
beberapa versi hasil penelitiannya.
4. Hindari
kerangka yang tidak punya risiko, yaitu kerangka yang menempatkan
vaniabel-vaniabel pada aras (level) yang sangat global dan mempunyai
tanda-tanda panah dua arah di mana-mana.
5. Teori
sebelumnya dari penelitian empiris merupakan masukan-masukan yang penting.
B.
Merumuskan
Masalah Penelitian
Penjabaran
suatu kerangka konseptual menuju perumusan permasalahan-permasalahan penelitian
merupaan langkah langsung. Kerangka konseptual menata permasalahan-permasalahan
penelitian. Berikut kegunaan permasalahan-permasalahan penelitian Yaitu : Pertama,
pertanyaan-pertanyaan itu merupakan suatu cara untuk membuat asumsi-asumsi
teoretis menjadi lebih tegas dibandingkan dengan yang ada pada kerangka
konseptual. Kedua, menjelaskàn kepada
kita mengenai sesuatu yang paling utama dari yang pertama ingin diketahui.
Dengan demikian pengumpulan data akan menjadi lebih terfokus dan terbatas
daripada jika kita menjajaki suatu inovasi sebagaimana yang dilakukan oleh para
pembuat kebijakan dan perantara program.
Sutu
gambaran singkat dari permasalahan-permasalahan penelitian bisa muncul
mendahului atau mengikuti perkembangan suatu kerangka konseptual, tetapi dalam
masing-masing kasus terwakili segi-segi suatu kawasan empiris yang ingin
diteliti oleh kebanyakan peneliti. Permasalahan- permasalahan penelitian dapat
bersifat umum atau khusus, deskriptif atau eksplanatori.
Permasalahan-permasalahan penelitian itu dapat dirumuskan lebih dulu atau
belakangan, dan dapat diperbaiki atau dIrumuskan kernbali pada waktu
pelaksanaan penelitian lapangan berjalan.
C.
Penarikan
Kesimpulan, Pemilihan Sampel Untuk Membatasi Pengumpulan Data
Penelitian
empiris acapkali merupakan masalah yang sedikit demi sedikit mengikis aspirasi.
Sangat menarik untuk memulai dengan keinginan untuk mengkaji seluruh segi dan suatu
masalah penting atau fenomena sosial. Untuk menjadi jelas, haruslah segera menentukan
pilihan, kecuali jika ingin mencurahkan sebagian besar kegiatan profesional
pada satu kajian, dan harus menerima kenyataan bahwa hal tersebut adalah benar.
Mungkin
pemahaman awal para peneliti kualitatif mengenai masalah tersebut masih serba
sëdikit. Memang, sebagian besar penelitian mereka harus dilaksanakan dengan
suatu “kasus” tunggal, biasanya latar sosial. Ada sejumlah parameter yang ada dalam suatu latar
yaitu, sejumlah orang, proses, dan peristiwa yang tertentu. Setelah diteliti lebih
seksama ternyata bahwa latar-latar mempunyai berbagai sublatar (misalriya
sekolah memiliki kelas-kelas, kebudayaan memiliki berbagai sub-kebudayaan dan
keluarga rnemiliki koalisi-koalisi), oleh karena itu menentukan batas-batas
latar dengan cara yang tidak terbuka akan menyesatkan.
Penelitian
kualitatif pada dasarnya merupakan suatu proses penyidikan, mirip pekerjaan
detektif yang secara meyakinkan dikemukakan oleh Douglas
(1976). Kita dapat membuat pengertian fenomena sosial secara bertahap,
kernudian melaksanakannya, sebagian besar dengan cara mempertentangkan,
membandingkan, mereplikasi, menyusun katalog, dan mengklasifikasi objek suatu
kajian. Pada dasarnya semua itu merupakan kegiatan penarikan sampel, yaitu
usàha menemukan keeseragaman dan sifat umum dunia sosial, dan kegiatan
dilakukan terus dan berulang, oleh peneliti lapangan kualitatif. Beberapa prosedur ini dapat dijadikan replika
dalam penelitián kuantitatif, misalnya penarikan sampel bola salju (snowball),
tetapi hal itu jauh lebih sulit untuk dilaksanakan. Dipandang dan segi
kelincahan gerak penarikan sampelnya, maka survei dapat diibaratkan sebagai
pesawat jumbo jet, sedangkan kajian kasus kualitatif sebagai pesawat ultra ringan.
Sudah
barang tentu, masalah-masalah penarikan sampel juga terkait dengan
masalah-masalah kehandalan menggeneralisasi. Kajian-kajian objek berganda
menarik secara khusus, karena sampelnya dapat ditarik dengan tujuan yang jelas
dan dengan demikian menuntut adanya lingkungan kelompok orang yang Iebih luas.
Peristiwa-peristiwa, latar-latar, atau proses yang lebih luas jika dibandingkan
dengan yang dapat dilakukan oleh kajian objek tunggal.
Penarikan
sampel tidak hanya meliputi keputusan-keputusan tentang orang-orang mana yang
akan diamati atau diwawancarai, tetapi
juga mengenai latar-latar, peristiwa-peristiwa, dan proses-proses sosial. Kajian-kajian terhadap objek berganda juga menuntut pilihan-pilihan yang jelas mengenai objek-objek mana yang akan dilibatkan. Kajian-kajian kualitatif menuntut pemfokusan ulang dan penggambaran ulang parameter-parameter kajian selama penelitian lapangan, tetapi sejumlah seleksi awal masih tetap diperlukan. Kerangka konseptual dan permasa lahan penelitian menentukan fokus dan batas-batas di mana sampel akan dipilih.
juga mengenai latar-latar, peristiwa-peristiwa, dan proses-proses sosial. Kajian-kajian terhadap objek berganda juga menuntut pilihan-pilihan yang jelas mengenai objek-objek mana yang akan dilibatkan. Kajian-kajian kualitatif menuntut pemfokusan ulang dan penggambaran ulang parameter-parameter kajian selama penelitian lapangan, tetapi sejumlah seleksi awal masih tetap diperlukan. Kerangka konseptual dan permasa lahan penelitian menentukan fokus dan batas-batas di mana sampel akan dipilih.
D.
Instrumentasi
Penelitian
kualitatif mempunyai sejumlah peralatan pengumpul data yang dikaitkan, baik
Iangsung maupun tidak Iangsung pada kerangka konseptual dan permasalahannya.
Namun, seberapa jauh instrumentasi tersebut harus dirancang sebelum terjun ke lapangan?
Dan, berapa banyak struktur yang harus dimiliki oleh instrumentasi tersebut?
Terdapat beberapa kemungkinan jawaban, berkisar dari “tidak ada” (keseluruhannya tidak ada instrumentasi sebelumnya) sampai
“banyak” (instrumentasi sebelumnya, yang terstruktur dengan seksama) sampal “tergantung” (pada sifat-sifat penelitiannya). Setiap pandangan memiliki argumen-argumen pendukung.
Terdapat beberapa kemungkinan jawaban, berkisar dari “tidak ada” (keseluruhannya tidak ada instrumentasi sebelumnya) sampai
“banyak” (instrumentasi sebelumnya, yang terstruktur dengan seksama) sampal “tergantung” (pada sifat-sifat penelitiannya). Setiap pandangan memiliki argumen-argumen pendukung.
Argumen-argumen bagi yang “tidak ada instrumentasi sebelumnya”:
1. Instrumen
yang terstruktur dan dipolakan sebelumnya akan membutakan peneliti terhadap objek
penelitian. Jika fenomena yang paling panting atau konstruk-konstruk yang
mendasari pada penelitian di lapangan tidak terdapat dalam instrumen, maka
instrumen-instrumen itu akan diabaikan atau akan dianggap mewakili kenyataan-kenyataan
yang tidak benar.
2. Instrumentasi
sebelumnya biasanya merupakan konteks berlapis; Ia merangsang kesemestaan,
keseragaman, dan komparabilitas. Penelitian kualitatif merupakan satu tempat di
mana konteks-konteks dapat dan harus dikaji; instrumentasi sebelumnya merupakan
yang khusus dan meaghasilkan yang umum, bukan sebaliknya.
3. Sebagian
besar dan kajian kualitatif melibatkankasus tunggal, dengan melibatkan sedikit
orang. Siapakah yang membutuhkan kuisioner-kuisioner, jadwal-jadwal observasi,
atau tes yang fungsi utmanya adalah menghasilkan distribusi-distribusi yang
parametrik, memiliki daya pembandirig, dan ekonomis bagi sampel-sampel yang
luas?
4. Bagian
terbesar dan peneitian lapangan terdiri dan pengambilan catatan-catatan,
perekaman berbagal hal (percakapan, pertemuan), dan pengambilan contoh-contoh
(dokumen, produk-produk, artifak-artifak). “Instrurnentasi” merupakan suatu
istilah yang kurang cocok. Yang dibutuhkan pada Iangkah awal adalah beberapa
pertanyaan yang terarah, beberapa judul untuk observasi, suatu bentuk kasar
analisis dokumen yang siap pakai, rnungkin seluruhnya yang akan senantisa
dibutuhkan oleh peneliti pada pelaksanaàn penelitian.
Argumen-argumen bagi “banyak instrument asi sebelumnya”:
1. Jika
anda tahu apa yang akan anda buru, tidak ada alasan untuk. tidak merencanakan
sebelumnya, bagaimana mengumpulkan informasi itu.
2. Jika
jadwal wawancara dan jadwal observasi tidak difokuskan, akan terkumpul terlalu
banyak informasi yang mubazir. Data yang begitu melimpahruah selanjutnya akan
mengkompromikan efisiensi dan kekuatan analisis.
3. Menggunakan
instrurnen-instrumen yang sama seperti dalam kajian-kajian sebeiumnya sebagai
satu-satunya cara akan memungkinkan kita berbicara mengenai keseluruhan objek.
Kalau tidak demiklan, penelitian tidak akan dapat diperbandingkan, kecuali
dalam bentuk yang sangat global, meta-analitik. Jadi, kita membutuhkan
instrumen yang seragam untuk membangun teori, memperbaiki ramalan-ramalan, dan
membuat rekomendasi tentang kepraktisannya.
4. Seorang
peneliti yang berpraduga atau dangkal sumber informasinya akan condong untuk
menanyakan pertanyaan-pertanyaan parsial, melakukan pencatatan-pencatatan
secara selektif, membuat observasi-obsèrvasi yang tidak andal, dan menyatakan
informasi yang telah direkam secara tidak benar. Data akan menjadi tidak valid
dan tidak andal. Menggunakan instrumen-instrumen yang valid, dan menggunakannya
sesuai dengan rancangan yang telah dibuat, merupakan jaminan yang terbaik untuk
mendapatkan temuan-temuan yang bermakna dan .dapat dipercaya.
Argumen-argumen
bagi yang “tergantung”
1. Jika
sedang melakukan penelitian eksploratori, kajian deskriptif yang luas, anda
tidak akan mengetahui parameter-parameter atau dinamika-dinamika latar sosial dengan
suatu kepastian apa pun. Dengan demikian, instrumentasi yang dibuat dengan
ketat atau instrumen yang tertutup tidak akan memadai. Jika di satu segi rnelakukan
suatu konfirmatori, dengan masalah-masalah penelitian yang relatif terfokus dan
sampel orang-orang, peristiwa, atau proses-proses yang dibatasi dengan baik,
maka rancangari instrumen yang terstruktur dengan baik merupakan pilihan yang
logis. Bahkan di dalam suatu kajian yang tersedia akan terdapat aspek-aspek
konfirmatori dan eksploratori yang memerlukan struktur yang berbeda satu sama
lain, atau akan terdapat saat-saat tindakan eksploratori dan konfirmatori
dengan eksploratori yang sering dibutuhkan pada saat permulaan dan konfirmasi
pada saat menjelang akhir.
2. Kajian
objek tunggal kurang memerlukan persiapan dibandingkan dengan kajian objek
berganda. Kajian objek berganda mengharapkan adanya perbandingan lintas-objek,
yang mempersyaratkan beberapa pembakuan instrumen sehingga temuan-temuan dapat
diletakkan berdampingan selama analisis. Dernikian juga, kajian yang tidak
terikat mempunyai batasan-batasan yang Iebih tonggar daripada suatu kajian
lapangan yang terikat pada suatu survei sebagai tindak lanjutan dan tindakan
sejajar. Suatu penelitian dasar acapkali kurang membuiuhkan penataan lanjutan dibandingkan
dengan kajian terapan, evaluasi, dan kebijakan. Pada kasus-kasus yang
disebutkan kemudian, fokus akan jauh lebih ketat, dan instrumentasi lebih
dikaitkan dengan erat pada variabel-variabel, pokok-pokok persoalan, dan
skala-skala survei.
3. Banyak
yang bergantung pada unit-unit analisis. Seorang peneliti yang sedang mengikaji
“iklim sosial” di sekolah dasar mungkin memilih melihat secara intensif pada 3
bangunan sekolah dan 35 bangunan ruang kelas,. dan mungkin akan cukup baik
untuk memulai dengan satu perangkat instrumen yang Iebih Ionggar dan terarah.
Meskipun demikian, jika ada upaya untuk mengemukakan sesuatu berkenaan dengan
bangunan secara keseluruhan, maka suatu instrumen yang valid, dan Iebih
dibakukan -misalnya suatu kuesioner, suatu jadwal wawancara kelompok- juga akan diperlukan.
Miles
dan Huberman memberikan tiga pendirian instrumentasi yang dapat dijadikan
sebagai acuan awal yaitu : Pendirian pertama (instrumentasi
minimal sebelumnya) menekankan pada konstruk dan vailditas kontekstual, yang
pada penelitian kualitatif dapat merupakan kekuatan khas. Pendirian kedua
(prainstrumentasi yang ketat) menekankan pada validitas internal, keandalan
generalisasi, dan keandalan pengelolaan, yang seluruhnya merupakan
alasan-alasan yang tepat. Pendirian ketiga baik yang tidak
tegas maupun yang. ketat, idenya bertentangan pada pendapat bahwa tidak ada
manfaatnya mencapal jawaban-jawaban yang mutlak dalam banyak hal yang serba
relatif. Pertama-tama tentukan jenis kajian yang sedang dilakukan, dan jenis instrumen
yang mungkin diperlukan pada saat- saat yang berbeda di dalam kajian itu,
kemudian bekerja dengan instrumen yang pertarna-tama diperlukan. Betapapun di
dalam semua kasus, seperti yang telah dikemukakan, jumlah dan tipe instrumen
harus menjadi suatu fungsi dan fokus konseptual seseorang, masalah-masalah
penelitian, dan kritenia penarikan sampel yang kita kehendaki. Jika tidak, pada
akhirnya rnungkin akan membingungkan, dan analisis akhir menjadi rapuh (lemah).
Berikut
beberapa karakter yang harus dimiliki oleh seorang peneliti sebelum menentukan
instrumen-instrumen penelitian:
1.
sudah mengenal
fenomena dan latar yang diliput dalam kajian.
2.
memilikj minat
konseptual yang kuat.
3.
memiliki suatu
pendekatan multidisipliner, kalau dibandingkan dengan pembidangan atau fokus
yang sempit dalam suatu disiplin tunggal.
4.
memiliki keterampilan
“rnenyelidik” yang baik, meliputi penyiasatan, kemampuan untuk menarik orang-orang,
dan kemampuan untuk mengelakkan penutupan penelitian yang sebelum waktunya.
III.
ANALISIS
SELAMA PENGUMPULAN DATA
Analisis
selama pengumpulan data memberikan
kesempatan pada peneliti lapangan untuk pulang balik antara memikirkan
tentang data yang ada dan menyusun strategi guna mengumpulkan data -yang
seringkali kualitasnya lebih baik- ; hal itu dapat menjadi suatu koreksi yang
sehat bagi hal terselubung yang tidak terlihat sebelumnya dan rnembuat analisis
sebagai suatu usaha yang terus berjalan
dan hidup, yang dikaitkan dengan pengaruh kuatdari penelitian lapangan. Lagi
pula, analisis yang terus-menrus memungkinkan adanya hasil laporan sementara
yang merupakan suatu bagian dan sebagian besar kajian kebijakan dan evaluasi.
Dengan
demikian model ideal bagi pengumpulan dan analisis data adalah
sebuah model yang jalin-menjalin di antara keduanya sejak awal. Kunjungan lapangan dilakukan secara berkala dan diselang-seling dengan saat diadakannya pengumpulan data serta penyajian data, untuk penarikan kesimpulan-kesimpulan dan pengujian kesimpulan-kesimpulan itu baik melalui analisis yang lain dalam pengadaan data besar maupun melalui babak baru pengumpulan data.
demikian model ideal bagi pengumpulan dan analisis data adalah
sebuah model yang jalin-menjalin di antara keduanya sejak awal. Kunjungan lapangan dilakukan secara berkala dan diselang-seling dengan saat diadakannya pengumpulan data serta penyajian data, untuk penarikan kesimpulan-kesimpulan dan pengujian kesimpulan-kesimpulan itu baik melalui analisis yang lain dalam pengadaan data besar maupun melalui babak baru pengumpulan data.
A.
Lembar Ringkasan
Kontak
Sesudah
kontak lapangan yang intensif selama (satu sampai beberapa han) secara Iengkap
dilakukan, dan catatan-catatan lapangan ditulis dalam bentuk yang sistematis,
sering diperlukan waktu dan saat untuk menimbang-nimbang. Apa tema pokoknya,
masalah-masalah, dan permasalahan-permasalahan yang tarnpak selama kontak
tersebut? Tanpa mawas (refleksi) seperti itu, peneliti akan sangat mudah
tenggelam pada tumpukan rincian data yang mengacaukan. Selain itu,
mengkomunikasikan segi-segi penting mengenai suatu kontak dengan rekan sejawat
sangat perlu dalam proyek apa pun yang melibatkan lebih dari seorang peneliti
lapangan.
Gambaran
singkat dari ringkasan kontak adalah satu lembar kertas yang berisikan
serangkaian hasil pemfokusan dan peringkasan permasalahan-permasalahan mengenai
suatu kontak lapagan tertentu. Penelili lapangan menelaah catatan-catatan
lapangan yang ditulis, dan menjawab secara singkat setiap pertanyaan guna mengembangkan
ringkasan yang rnenyeluruh tentang segi-segi utama dalam kontak itu.
B.
Kode Dan Pengkodean
Sebuah
masalah yang kronis dalam penelitian kualitatIf ialah bahwa penelitian itu
terutama dilakukan dengan menggunakan kata-kata, bukan dengan angka-angka.
Kata-kata lebih padat dibandingkan angka-angka, dan biasanya memiliki
makna-makna ganda. Hal inilah yang membuat lebih sulit untuk bekerja dengan
menggunakan kata-kata. Yang lebih sulit lagi, ialah kebanyakan kata-kata tidak
mempunyai makna kecuali jika anda melihat ke belakang atau menunggu kata-kata
Iainnya. Ambil contoh, kata ganti “ia” pada kalimat pertama di atas. Atau
misalnya kata benda board (bahasa lnggris) yang berarti dewan, namun mempunyai
arti lain jika diungkapkan dalam kalimat “The board is on the fence” (dalam
ungkapan ini board berarti papan tulis). Kita dihadapkan pada dua arti yaitu
selembar kayu atau sebuah badan yang membuat keputusan.
Sebaliknya, angka-angka biasanya kurang meragukan dan dapat diproses dengan lebih singkat. Tidak mengherankan, bahwa kebanyakan peneliti lebih senang bekerja dengan angka-angka semata-mata, atau kata-kata yang mereka kurnpulkan dialihkan ke dalam bentuk angka-angka sesegera mungkin.
Cara
yang biasa dilakukan untuk memecahkan persoalan itu ialah dengan memberi kode
pada catatan-catatan lapangan, hasil observasi, dan bahan-bahan arsip. Kode
merupakan singkatan atau simbol yang diterapkan pada sekelompok kata-kata -acapkali
yang berupa kalimat atau paragraf dan catatan-catatan lapngan yang ditulis-
agar dapat menghasilkan kata-kata. Kode-kode merupakan kategori-kategori.
Kode-kode biasanya dikembangkan dari permasalahan penelitian, hipotesis,
konsep-konsep kunci, atau tema-tema yang penting. Kode-kode itu adalah
peralatan yang rnengorganisasi dan rnenyusun kembali kata-kata sehingga
memungkinkan penganalisis dapat menemukan dengan cepat, menarik, kemudian
menggolongkan seluruh bagian yang. berhubungan dengan permasalahan khusus,
hipotesis, konsep, atau tema.
C. Pembuatan
Kode Pola
Kode
pola adalah kode eksplanatori atau inferensial, yang mengidentifikasi
kemunculan tema, pola, atau penjelasan yang menegaskan objek kepada
penganalisis. Kode-kode pola berfungsi untuk menarik banyak bahan ke dalam
unit-unit analisis yang lebih irit dan bermakna.
Pengkodean
tingkat pertama adalah cara untuk mengelompokkan ringkasan ke dalam sejumlah
kecil tema dan konstruk yang tajam Bagi peneliti kualitatif, teknik yang digunakannya
ini analog dengan teknik kluster dan teknik analitik faktor yang digunakan
dalam analisis statistik Peneliti kuantitatif melakukan penelitian dengan gugus-gugus
variabel yang meletakkan orang-orang ke dalam keluarga-keluarga yang diwarnai
oleh pelaku atau ucapannya (analisis Q), atau, sebagai alternatif,
mengelompokkan tindakan-tindakan dan persepsi-persepsi seperti itu melalui
informan (analisis R)
Bagi penganalisis kualitatif, pengkodean polA memiliki empat fungsi penting, yaitu:
1.
Mengurangi jumlah
data yang besar menjadi unit-unit analitis yang Iebih kecil
2.
Membawa peneliti ke
dalam kegiatan analisis selama pengurnpu!an data, sehingga pengumpulan data
berikutnya dapat lebih terfokus..
3.
Membantu peneliti
membangun peta kognirif suatu skema yang berkembang guna memahami apa yang
sedang terjadi di tempat penelitian.
4.
Bilamana beberapa
peneliti terhimpun dalam penelitian kajian kasus invidual, pengkodean pola
memberi landasan untuk penganalisisan lintas objek dengan memunculkan tema-tema
umum dan proses sebab-akibat.
D. Membuat
Memo
Mengingat
penelitian lapangan demikian rnenariknya, dan pengkodean biasanya begitu banyak
rnenyerap tenaga yang dapat membuat peneliti keasyikan dan kewalahan dengan membanjirnya
keterangan rinci berupa kutipan yang kokoh, kepribadian yang menonjol dan
informan kunci, gambar-gambar sindiran pada papan buletin gang, dan gosip setelah
pertemuan penting. Anda lalu lupa berpikir untuk membuät pengertian yang lebih
dalam dan lebih umum mengenai apa yang terjadi dan mulai menjelaskánnya dalam
suatu cara yang secara konseptual saling bertautan. Catatan refIekif, catatan
pinggir, dan pengkodean pola. semuanya selangkah lebih jauh dan yang langsung
menuju yang Iebih. umum. Namun, bagaimana hal tersebut dilakukan, secara lebih
khusus?
Apa
yang didefinisikan Glaser (1978): “[Sebuah memo adalah tulisan yang diteorikan
dan gagasan tentang kode-kode dan hubungan-hubungannya saat gagasan itu
diternukan oleh penganalisis selama pengkodean yang dapat berupa sebuah
kalimat, paragraf, atau beberapa halaman. Hal tersebut menguras penggagasan si
penganalisis yang didasarkan atas data yang barangkali sedikit merupakan
elaborasi konsep.”
Memo-memo, sesungguhnya, selalu konseptual. Memo tidak sekedar melaporkan data, tetapi memo mengikat serpihan-serpihan data yang berbeda bersama-sama dalam satu kelompok, ataupun memo menunjukkan suatu serpihan data tertentu merupakan suatu contoh dari konsep umum.
E.
Pertemuan Analisis
Objek
Pada
pertemuan analisis objek, peneliti atau para peneliti yang paling akrab dengn objek
dengan anggota staf lain bertemu untuk meringkas kedudukan arah dan
peristiwa-peristiwa pada objek. Pertemuan itu diarahkan oleh serangkaian
masalah, dan catatan-catatan dibuat atas jawaban-jawaban terhadap masalah
selama pertemuan berjalan.
F.
Ringkasan Objek
Sementara
Ringkasan
objek sementara adalah hasil sementara yang beragam panjangnya (antara 10
sampai 25 halaman) yaitu mensintesiskan apa yang diketahui peneliti tentang
objek, dan menunjukkan apa yang masih harus diselidiki. Ringkasan objek
sementara menelaah temuan-temuan melihat kualitas data pendukung secara
seksama, dan menyebutkan agenda untuk !angkah pengumpulan data berikutnya.
Ringkasan merupakan usaha pertama untuk mnemperoleh catatan yang terpadu dari
objek.
IV.
ANALISIS
DI DALAM OBJEK
Gagasan
tentang suatu penyajian sangat sentral menurut Miles dan Huberman ditujukan
untuk memperoleh suatu format ruang yang mengemukakan informasi secara
sistematis pada penggunaanya. Koran, ukuran bensin, layar komputer, dan bagan
organisasi merupakan contoh penyajian. Semua itu mengemukakan suatu informasi
dalam bentuk yang padat dan teratur sehingga penggunaannya dapat menarik
kesimpulan yang valid dalam mengambil tindakan yang diperlukan.
Bagi
para peneliti kualitatif model penyajian yang khas adalah dalam bentuk teks
naratif. Teks tersebut berbentuk catatan lapangan yang disaring oleh
penganalisis dengan mengutip pengalan-pengalan berkode dan menarik kesimpulan.
Kemudian penganalisis menangani entuk teks naratif yang kedua yaitu suatu
laporan kajian kasus.
A.
Bagan Konteks
Konteks
dapat dipandang sebagai situasi yang langsung relevan (dimana orang secara
fisik berada, siapa lagi yang terlibat, bagamana sejarah kontak mereka belum
lama berselang dan sebagainya), juga segi-segi relevan dari sistem sosial di
mana pribadi berfungsi (ruang kelas,
sekolah, depertemen, perusahaan, keluarga, lembaga masyarakat lokal).
Menfokuskan semata-mata pada perilaku individual tanpa memperhatikan konteks
menjadi pemeretelean konteks dengan resiko salah paham mengenai makna
peristiwa.
Bagam
konteks secara grafik memetakan hubungan antara peranan kelompok dan bilamana perlu
organisasi yang sedang membentuk konteks perilku individu.
B.
Matriks Daftar Cek
Matriks
daftar cek adalah sebuah format untuk menganalisis data lapangan yang dapat
digabungkan ke dalam sebuah indeks atau skala sumatif. Seringkali, tetapi skala
itu tetapi tidak selalu skala itu mempunyai fungsi normatif ; kasus-kasus
dengan lebih banyak butir pada skala cenderung pada suatu segi tertentu menjadi
“lebih baik” yang dipertimbangkan peneliti menjadi suatu hal yang lebih penting.
C. Masalah
Yang Tertata Waktunya
Hidup
adalah kronologi. Suatu kekuatan yang penting dari data kualitatif adalah bahwa
data itu dapat dikumpulkan sepanjang waktu, mengikuti jalannya peristiwa dan
bukan dibatasi oleh potret-potret. Tahapan, proses dan alur dapat ditelusuri.
Tetapi bagaimana menyajikan data mengenai peristiwa yang terkait waktu
sedemikian rupa sehingga dapat segera memahami dan barangkali menjelaskan apa
yang sedang terjadi.
Kolom-kolom
pada sebuah matrik disusun oleh jangka waktu, dalam susunan tahapan, sehingga
kita dapat melihat kapan gejala tertentu terjadi. Prinsip dasanya adalah
kronologi.
D. Matriks
Peranan Tertata
Matrik
peranan tertata menyortir data dari baris-barisnya yang telah dikumpulkan dari
atau tentang gugusan pemeran tertentu, yang merefleksikan pandangan mereka.
E.
Matriks Gerombol
Konseptual
Matrik
yang secara konseptual digerombolkan mempunya kolom-kolom yang tersusun untuk
mengumpulkan soal-soal yang terjadi. Ini dapat terjadi dalam dua cara
:konseptual-penganalisisi mungkin memiliki beberapa gagasan a priori mengenai
soal-soal atau permasalahan yang bersal dari teori yang sama atau berkaitan
dengan lingkup tema yang sama atau empiris – salama pengumpulan data atau
analisis awal, kita mungkin menemukan informan yang mnjawab pertanyaan secara
berbeda mengikat pertanyaan itu menjadi satu, atau memberikan tangggapan yang
sama. Tetapi prinsip dasarnya adalah koherensi konseptual.
F.
Matriks Pengaruh
Matrik
pengaruh menyajikan data pada menyajikan data pada suatu keluaran atau lebih
dalam bentuk kajian sebanyak ragam yang diperlukan. Label ”pengaruh” digunakan
untuk meningatkan kembali pembaca bahwa keluaran senantiasa merupakan keluaran
dari sesuatu : program global, variabel bebas, variabel penyelang.
Sekurang-kurangnya selalu terdapat pendahuuan yang tersirat. Akibatnya,
prisip-prinsip dasarnya merupakan satu dari fokus tentang variabel tergantung.
G. Matrik
Dinamika Objek
Matrik dinamika objek menyajikan sebuah
gugusan kekutan untuk perubahan dan melacak proses dan keluaran sebagai konsek
kuensi perubahan itu. Prinsip dasarnya adalah satu penjelasan permulaan.
H. Memasukkan
Peristiwa dalam Daftar
I.
Jaringan Kausal
Jaringan
kausal adaah ubahan visual dari variabel-variabel bergantung dan bebas yang
paling penting dalam suatu kajian lapangan dan dari hubungan-hubungan
diantaranya. Alur huungan-hubungan ini adalah bersifat menentukan dan bukan
semata-mata kolerasional. Diasumsikan bahwa beberapa faktor menimbulkan adanya
pengaruh langsung pada yang lain : X
menyebabkan terjadinya Y, atau membuat Y lebih besar atau lebih kecil .
jaringan kausal menjadi berguna, juga telah mempertautkan teks yang
menggambarkan makna hubungan-hubungan
antar faktor.
J.
Membuat Dan Menguji
Prediksi
Prediksi
merupakan inferensi yang dibuat peneliti mengenai perubahan yang mungkin ada di
keluran tau peristiwa objek pada bulan-bulan atau tahun-tahun berikutnya.
Prediksi dirancang pada waktu analisis dan diajukan paa informasi objek enam
atau dua belas bulan berikutnya. Para informan merespons pada (a) Ketepatan prediksi dan
(b) ketepatan alasan yang dibreikan untuk membenarkan prediksi.
V.
ANALISIS
LINTAS OBJEK
Cara-cara
mendeskripsikan, memahami, dan menjelaskan hal yang terjadi dalam konteks terikat
tunggal ”kasus” atau objek merupakan tugas peneliti etnografis tradisional,
yang usahanya menelorkan perihal realitas setempat yang dasarnya kuat dalam
latar tertentu -apakah Ia merupakan suku, kaum, organisasi formal, masyarakat-
atau bahkan budaya secara keseluruhan.
Lebih-Iebih,
seperti yang dikemukakan oleh Louis (1932) dan Herriot (1983), peneliti
kualitatif menggunakan rancangan objek ganda, kasus ganda, sering dengan metode
ganda. Sasarannya adalah meningkatkan rampatan, pemberian kepastian bahwa
peristiwa dan proses dalam latar yang dideskripsikan dengan balk tidak
seluruhnya idiosinkratik. Dengan perkataan lain, masalahnya adalah melihat
proses dan keluaran yang terjadi antar banyak kasus atau objek, dan memahami
bagaimana proses tersebut disimpangkan oleh variasi koñtekstual lokal tertentu.
Alasan mengkaji kelompok-kelompok pembanding ganda dikemukakan oleb Glaser dan Strauss dalam Discovery of Grounded Theory (1967), suatu saat ketika tak ada peneliti lapangan yang mengkaji lebih dari satu tempat setiap kali secara konseptual, peneliti tersebut menggunakan kelompok pembanding ganda untuk menemukan jenis-jenis struktur sosial di tempat teori atau subteori dapat diterapkan. Dengan membandingkan objek atau kasus, orang dapat menetapkan rentang rampatan dan temuan atau penjelasan, dan dalam pada itu, menemukan kondisi di tempat temuan tersebut berada. Maka terdapat banyak potensi bagi daya penjelas yang lebih besar dan kemampuan rampat yang lebih luas daripada yang dapat diberikan oleh kajian kasus tunggal.
A.
Matriks Meta Tak Tertata
Algoritma
penguasaan data tersebut dapat diambil alih pada penelitian kualitatif dengan
caranya sendiri. Data lintas objek juga perlu dibakukan melalui kode umurn,
garis besar, dan format laporan untuk masing-masing kasus, dan, di dalam kasus,
sajian umum dan segmen data yang terkode secara umum. Garis besar, format
laporan, dan sajian merupakan piranti penyusut data untuk menyusutkan teks yang
berjumlah ratusan halaman menjadi satuan-satuan yang dapat digarap -terdirl dan
tiga atau empat halarnan teks dan beberapa tabel atau gambar ringkasan.
Matriks meta merupakan bagan utama yang merakit data deskniptif dan masing-masing objek dalam format
Biasanya
analis bergerak memilah-mi!ah.data lebih Ianjut (membaginya dengan cara baru)
dan rnenggerombolkan data yang menjadi
satu kelompok sehingga Iebih jelas perbedaan antara perangkat objek pada
variabel termaksud. Matriks meta yang terpllah dan terkeIompokkan tersebut
secara progresif lebih halus, dan memungkinkan transformasi teks naratif
menjadi kutipan singkat, frasa ringkasan, rata-rata, dan simbol.
Semuanya tampak agak abstrak, maka kita memerlukan suatu ilustrasi. Satu hal yang harus diperhatikan ialah bahwa “Peta-induk” tak tertata yang mengandung seluruh informasi dan semua objek dapat secara berangsur-angsur diperhalus, diringkas, .dan disusutkan melalui pemilahan dan pengklasteran, sehingga menjadi lebih urut. Kemudian, dilakukan cara-cara mengurutkan matriks meta menurut objek (kuat sampai lemah pada variabel tertentu), menurut peran (administrator, pemakai), atau menurut waktu (awal, akhir).
B.
Matriks Deskriptif yang
Tak Tertata Menurut Objek
Sebuah
matriks deskriptif yang tertata menurut objek berisi data deskriptif tingkat
pertama dari semua objek, tetapi objek ditata menurut variabel utama yang
sedang diuji, sehingga orang dapat melihat perbedaan antara objek-objek tinggi,
sedang dan rendah. Jadi matriks tersebut meletakkan data dasar di satu tempat
bagi variabel besar, melintas ke seluruh objek.
C. Matriks
Prediktor Keluaran Objek Tertata
Matriks
prediktor keluaran beranalogi dekat mungkin bahkan terlalu dekat, dengan
prosedur prediksi statistik. Matriks tersebut menyerupai “albatros” statistik:
tidak ada koefisien regresi atau urutan nol, tanpa bentuk parsial, tidak ada
algoritma untuk memasukkan atau menghilangkan prediktor, tidak terdapat istiiah
kesalahan. Tentu saja, rnatriks tersebut dapat saja memerlukan campur tangan
analisis non parametrik sederhana yang menguji kecenderungan dan penyimpangan
yang disebabkan oieh matriks tersebut. Orang dapat pula melihat validitas
empirik dan suatu prediksi dengan membandingkan pola kovariasi matriks yang
diperkirakan “elegan” dan lebih nyata, pola-pola lokal sebenarnya diamati dalam
laporan objek. Jika tidak terdapat objek yang memiliki konfigurasi sebanding
dengan rumpun predlksi yang muncul dan pembacaan matriks, maka rumpun tersebut
kosong dan oleh karenanya secara literal prediksinya tak berdasar.
D. Matriks
Meta Waktu Tertata
Dalam
membandingkan sejumlah objek, orang sering ingin mengetahui peristiwa-peristiwa
yang telah terjadi selama jangka-waktu tertentu, terutama peristiwa yang
merupakan indikator dan proses atau arus dasar.
Matriks
meta waktu tertata mempunyai kolom-kolom yang tersusun secara berurutan menurut
jangka waktu; sedangkan baris biasanya tidak terurut tetapi memiliki objek
dengan urutan semaunya (mungkin alfabetis). Maka, prinsip dasanya adalah
kronologi.
E.
Bagan Pencar
Terkadang,
penganalisis ingin memplot masing-masing objek pada dua atau lebih aksis untuk
melihat dengan tepat seberapa jauh hubungan objek yang satu dengan lainnya. Hal
ini lebih dekat dengan logika bagan pencar, sehingga dalam memberi arti pada
koefisien korelasi, atau pada logika “vektor” yang digunakan dalam analisis
faktor statistik.
Bagan pencar adalah angka-angka yang menyajikan data dan seluruh objek pada dua atau lebih dimensi kajian yang berhubungan satu sama lain. Data dan objek dibuatkan skala secara cermat, dan ditempatkan pada spasi yang dibentuk oleh aksis terkait, sehingga dapat dibuat keputusan tentang persamaan dan perbedaan antar objek. Prinsipnya adalah analisis hubungan spasi koordinat terbatas bivariant (atau multivariat).
F.
Matriks Efek Objek
Tertata
Matriks
efek objek tertata meilih objek menurut tingkat penyebab yang mungkin ada dan
menunjukkan berbagai efek pada masing-masing objek. Efek tersebut dapat
dikelompokkan atau dikategorikan untuk membantu pemahaman. Fokusnya adalah
keluaran variabel terikat.
G. Model-Model
Kausal
Matriks
meta yang tertata dengan cermat, seperti matriks prediktor keluaran, matriks
waktu tertata, atau matriks efek, dapat mulai menjelaskan banyak hal kepada
kita tentang apa yang berhubungan dengan apa. Variabel demi variabel, kita
dapat memahami bahwa X muncul sebelum Y, dan lebih banyak X berhubungan dengan
lebih banyak Y, bahwa lebih sedikit Q berhubungan dengan lebih banyak
Y, dan mungkin bahwa J tampak tidak berhubungan dengan Y kecuali, mungkin jika anda mempertimbangkan berbagai tingkat K. Namun demikian semua ini bersifat “atomistik.” Kini terdapat dua masalah.
Masalah pertama adalah mulai berbuat lebih dan sekedar “asosiasi” (kata usang dan peneliti kuantitatif) sarnpai pada sesuatu Seperti penilaian bahwa vaniabel X tidak saja mendahului Y menurut waktu, tetapi juga tampak berhubungan sedemikian rupa sehingga jika karena suatu hal X meningkat, maka kita berharap bahwa Y meningkat atau menurun. Masalah kedua adalah bagaimàna bekerja lebih daripada sekedar membuat daftar (X, Q dan dengan K terkontrol merupakan prediktor dan Y) pada sesuatu seperti perangkat hubungan antar variabel secara padu: Pendek kata, suatu model. Dalam praktek, masalah ini biasanya harus dipecahkan bersama-sama.
Y, dan mungkin bahwa J tampak tidak berhubungan dengan Y kecuali, mungkin jika anda mempertimbangkan berbagai tingkat K. Namun demikian semua ini bersifat “atomistik.” Kini terdapat dua masalah.
Masalah pertama adalah mulai berbuat lebih dan sekedar “asosiasi” (kata usang dan peneliti kuantitatif) sarnpai pada sesuatu Seperti penilaian bahwa vaniabel X tidak saja mendahului Y menurut waktu, tetapi juga tampak berhubungan sedemikian rupa sehingga jika karena suatu hal X meningkat, maka kita berharap bahwa Y meningkat atau menurun. Masalah kedua adalah bagaimàna bekerja lebih daripada sekedar membuat daftar (X, Q dan dengan K terkontrol merupakan prediktor dan Y) pada sesuatu seperti perangkat hubungan antar variabel secara padu: Pendek kata, suatu model. Dalam praktek, masalah ini biasanya harus dipecahkan bersama-sama.
Model
kausal merupakan jaringan varilabel dengan hubungan kausal antar variabel
tersebut, yang ditarik dari analisis objek ganda. Walaupun didasarkan pada
pengalaman empirik, diperlukan upaya yang pada dasarnya tersusun lebih tinggi
untuk meughasilkan seperangkat proposisi tentang jarIngan variabe! dan hubungan
antar vaniabel yang menyeluruh dan dapat diuji.
H. Jaringan
Kausal Analisis Lintas Objek
Pembuatan jaringan kausal lintas objek
merupakan analisis perbandingan dan semua objek dalam sampel variabel yang
diprakirakan paling berpengaruh dan menentukan pengukur kriteria atau keluaran.
Penganalisis memandang masing-masing pengukur keluaran dan menguji arus
vaniabel untuk masing-masing objek yang menyebabkan atau “ménentukan” keluaran
arus yang serupa atau sama lintas objek, dan yang berbeda satu sama lain secara
konsisten, kemudian disarikan dan ditakslr. Prinsip dasarnya .adalah
pengembangan satu jaringan meta atau lebih yang mengutamakan jaringan objek
perseorangan.
VI.
PENYAJIAN
MATRIKS
Konstruksi
matriks amat menarik, gampang dan memuaskan. Matriks bukanlah barang rahasia,
terlarang, atau khayalan, tetapi merupakan kegiatan pemisahan masalah yang
menyenangkan
A.
Membangun Matriks
Tidak
ada kaidah yang pasti untuk membuat sebuah matriks. Agaknya, konstruksi matriks
merupakan suatu tugas kreatif -namun sistematIs- yang meningkatkan pemahaman
anda mengenai substansi dan makna data yang besar, bahkan sebelum mulai
memasuki informasi. Jadi, persoalannya bukanlah apakah seseorang membangun
matriks yang “benar,” tetapi apakah matriks itu fungsional sehingga bisa
memberi jawaban yang beralasan terhadap pertanyaan yang anda ajukan -atau
mendorong cara-cara baru yang mencari peluang untuk menata (lay out) data agar
memperoleh jawaban. Dalam arti yang lebih dalam, bukanlah “Gunakan
matriks-matriks,” tapi Berpikirlah dari segi matriks, dan temukan suatu format
yang paling báik untuk itu.”
B.
Memasukkan Data
Matriks
Pemilihan
data untuk entri ke dalam sel matriks, dan operasi yang
melibatkan pekerjaan itu, merupakan masalah yang pelik dalam analisis data kualitatif. Kesimpulan yang ditarik dan sebuah matriks tak pernah lebih baik daripada kualitas data yang masuk. Matriks yang sudah rampung mungkin tampak koheren dan masuk akal serta mungkin menyenangkan, namun apabila data dikumpulkan secara serampangan pada awalnya, atau masuk secara tergesa-gesa sebagian-sebagian, atau dengan cara yang samar-samar, maka kesimpulannya tentulah diragukan
melibatkan pekerjaan itu, merupakan masalah yang pelik dalam analisis data kualitatif. Kesimpulan yang ditarik dan sebuah matriks tak pernah lebih baik daripada kualitas data yang masuk. Matriks yang sudah rampung mungkin tampak koheren dan masuk akal serta mungkin menyenangkan, namun apabila data dikumpulkan secara serampangan pada awalnya, atau masuk secara tergesa-gesa sebagian-sebagian, atau dengan cara yang samar-samar, maka kesimpulannya tentulah diragukan
C. Manganalisis
Data Matriks
Pengujian
terhadap suatu matrjks membantu anda memahami matriks dan bagaimana sahihnya
pemahaman itu. Sejumlah Saran umum
bagi analisis Data Matriks adalah :
bagi analisis Data Matriks adalah :
1.
Mulailah dengan
pengamatan cepat suatu “analisis sepintas” baris ke bawah dan kolom ke samping
untuk melibat apa Yang terpapar sekilas. Kemudian uji, revisi, atau tegaskan
kesan itu melalui telaah yang lebih cermat.
2.
Dalam matriks-matriks
objek beraturan kerjakalah liputan pertama lewat data untuk masing-masing objek,
satu persatu, yakinkanlah bahwa pemahaman deskriptjf jelas pada aras objek
sebelum mencoba memahami pola-pola lintas objek (cross-site).
3.
untuk matriks-matrjks
deskriptif awal, yang seringkalj luas dan rumit karena perlunya “sernua harus
masuk” gunakan tabulasi ikhtisar untuk memperjelas pemahaman. Kemu cek kembali
dengan matriks yang luas, untuk meyakinkan bahwa tidak terlalu menyederhanakan
atau mengecohkan kesimpulan-kesimpulan
4.
Sebagai awal pembentukan
kesirnpulan di dalam pikiran kita, tulislah teks yang menjelaskannya. Proses
penulisan biasanya membawa ke arah formulasi ulang, menambah kejelasan, dan
gagasan untuk analisis selanjutnya. Menulis itu sendiri adalah suatu bentuk
kerja analisis.
5.
Kesimpulan-kesimpulan
yang timbul hampir selalu memerlukan pengecekan pada catatan lapangan tertulis.
Apabila kesimpulan tidak mengisyaratkan kebenaran pada “aras dasar” ketika anda
mencobanya di situ, maka perlu direvisi. Prosedur sistematis seperti yang kami
sarankan itu kadang-kadang dapat membawa ke arah perasaan kepastian, yang tidak
benar mengenai kesimpulan. Lihat data mentah guna pemanduan terhadap hal tersebut.
6.
Dalam penulisan teks
setengah akhir (semifinal) yang menerangkan kesimpulan yang ditarik dari
matriks, sertakanlah ilustrasi khusus dari catatan lapangan tertulis. Dalam
melakukannya hindari “pembubuhan” contoh-contoh yang terlalu jelas dan rnenarik
untuk memberi bumbu naratif. Malahan, carilah eksemplar kesimpulan yang murni
yang disajikan. Kalau anda tidak bisa menemukannya, ada sesuatu yang tidak
beres dengan kesimpulan maka revisi mutlak dilakukan.
7.
Ingatlah bahwa
analisis haruslah menembus jauh di belakang sajian terakhir hingga mencapai
penjelasan (lihat Noblit, 1982). Mengecek kesimpulan terhadap data hanya
merupakan setengah bagian tugas pengukuhan makna. Bagian yang lain harus
berkaitan dengan makna konseptual dan kesimpulan itu, bagaimana keterikatan
kesimpulan itu dengan teori atau susunan lain mengenai perilaku sosial.
AnaIisis matniks yang menghasilkan kesimpulan yang dapat diuji namun miskin
makna (tidak ada gunanya bagi siapapun).
8.
Dokumentasikan
prosedur analisis Ianjutannya, dan mintalah pemeriksaan sekali-kali dari teman
sejawat, terutama selama awal pekerjaan.
9.
Dalam mengembangkan
teks laporan akhir, pikirkan masakmasak mengenai data yang akan diperlukan oleh
pembaca. Dalarn banyak hal, matniks lengkap yang anda gunakan juga harus
disajikan kepada pembaca, yang dengan demikian dapat mengikuti dan rnenguji
kesimpulan. Dalam hal lain, tabel ringkasan atau versi matang mungkin sudah
cukup. Dan masih dalam ha! lain lagi, -yang menurut hemat kami paling jarang
terjadi- anda boleh menyimpuikan bahwa teks dengan ilustrasi akan sudah cukup.
Apabila matriks-matriks dasar tidak disajikan, anda perlu menerangkan kepada
pembaca penjelasan yang gamblang mengenai penyajian dan metode-metode analisis
yang digunakan untuk menuju teks.
VII.
MENARIK
KESIMPULAN DAN MENGUJI
Manusia
adalah penemu makna; mereka dapat mengartikan peristiwa-peristiwa yang paling
kacau sekalipun dengan cepat. Keseimbangan kita tergantung kepada
keterampilan-keterampilan semacam itu: Kita menjaga agar dunia tetap ajeg dan
dapat diduga dengan cara mengatur dan menafsirkannya secara kognitif. PersoIan
yang penting ialah apakah makna yang ditemukan dalam data kualitatif melaIui
taktik yang diuraikan valid, dapat diulangi, benar atau tidak.
Berikut
disajikan secara sekilas taktik untuk menemukan arti dalam menguji dan menarik
kesimpulan. Secara kasar taktik tersebut disusun dan yang deskriptif sampai ke
yang bersifat ekplanatori, dan dari yang konkret sampal ke yang lebih
konseptual dan abstrak. Yaitu :
1.
Penghitungan,
merupakan cara yang telah dikenal untuk melihat “apa yang ada di sana .”
2.
Memperhatikan
pola-pola dan tema
3.
Melihat kemasuk-akalannya
4.
Penggugusan untuk
menolong penganalisis melihat “pasangan yang satu dengan yang lainnya.”
5.
Membuat metafora
6.
Pemilahan variabel
7.
Melibatkan penggolongan
hal-hal kecil ke dalam sèsuatu yang lebih umum
8.
Penentuan sebuah faktor
9.
Memperhatikan hubungan
antar varkbe!
10. Menemukan
variabel penyela (intervening variables)
11. Membangun
suatu rangkaian logis dan bukti-bukti yang ada
12. Membuat
peraturan yang teoretis/konseptual
DEMIKIAN
TERIMA KASIH
ANALISIS DATA KUALITATIF
MODEL MILES dan HUBERMAN
(Sebuah rangkuman dari
buku Analisis Data Qualitatif, Mathew B. Miles dan A. Michael Huberman)
Terjemahan Tjetjep Rohindi
Rohidi, UI-Press 1992
Oleh :
RIDVIA LISA
MASCHANDRA
RUSMAN ISKANDAR
PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN KEJURUAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...