Rabu, 24 Agustus 2011

Pintu Gerbang Islam





Syahadat la ilaha illallah (termasuk di dalamnya syahadat Muhammad Rasulullah, meskipun terkadang tidak disebutkan) adalah rukun Islam pertama. Hal ini merupakan suatu kepastian dalam agama dan tidak ada seorangpun dari kaum muslimin yang mengingkarinya.

1st. Nama Syahadat.
Syahadat la ilaha illallah mempunyai banyak nama yang menunjukkan makna dan hakikatnya, di anta-ranya:
1.      Kalimah at-tauhid (kata pengesaan).
2.      Kalimah al-ikhlash (kata keikhlashan).
3.      Kalimah asy-syahadah (kata persaksian).
4.      Syahadah al-haqq (persaksian kebenaran).

2nd.          Rukun Syahadat.
Rukun utamanya ada dua, yaitu:
1.      An-Nafy (penolakan); dalam ucapan la ilaha (tidak ada ilah).
2.      Al-Itsbat (penetapan); dalam ucapan illallah (kecuali Allah I).
Artinya, menolak sesembahan yang haq selain Allah I dan menetapkannya (sesembahan yang haq ter-sebut) hanya untuk-Nya semata. Dua rukun ini dijelaskan dalam banyak ayat yang menerangkan tentang makna syahadat, di antaranya:
1.      Allah I berfirman:
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang salah. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan pu-tus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (QS. Al-Baqarah (2): 256)
Yang dimaksud al-‘urwah al-wutsqa’ adalah syahadat la ilaha illallah, sebagaimana penafsiran Ibnu ‘Abbas t, Sa’id bin Jubair t, Adh-Dhahhak t dan Sufyan t.
Dan yang dimaksud ath-thaghut adalah segala sesuatu yang menyebabkan seorang hamba melampaui batas kehambaannya, baik berupa yang disembah, yang diikuti maupun yang ditaati (dan dia meridhainya, jika dari golongan manusia).
Ayat di atas menjelaskan dua rukun, yaitu ingkar kepada thaghut dan iman kepada Allah I. Dan ini adalah makna syahadat la ilaha illallah.
2.      Allah I berfirman:
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut itu, maka di antara ummat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berja-lanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)” (QS. An-Nahl (16): 36)
Ayat ini menjelaskan hal yang sama, seperti ayat sebelumnya.
3.      Allah I berfirman melalui lisan kaum ‘Ad:
“Mereka berkata: Apakah kamu datang kepada kami, agar kami hanya menyembah Allah saja dan meninggalkan apa yang biasa disembah oleh bapak-bapak kami? Maka datangkanlah adzab yang kamu ancamkan kepada kami jika kamu termasuk orang-orang yang benar" (QS. Al-A’raaf (7): 70)
Ucapan ini merupakan jawaban terhadap ucapan Nabi Hud u:
“Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum 'Ad saudara mereka, Hud. Ia berkata: Hai kaumku, sem-bahlah Allah, sekali-kali tidak ada ilah bagimu selain-Nya. Maka mengapa kamu tidak bertaqwa ke-pada-Nya?" (QS. Al-A’raaf (7): 65)
Ucapan Hud u adalah makna la ilaha illallah, sebagaimana firman-Nya:
“Dan Kami tidak mengutus seorang rasul sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya: Bah-wasanya tidak ada ilah (yang haq) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku"
(QS. Al-Anbiyaa’ (21): 25)
Beliau, Nabi Hud u telah mendakwahkan mereka kepada syahadat la ilaha illallah dan mereka me-mahaminya bahwa beliau mendakwahkan mereka kepada dua hal, yaitu:
·      Rukun al-itsbat, yang terangkum dalam ucapan mereka:” agar kami hanya menyembah Allah saja”
·      Rukun an-nafy, yang terangkum dalam ucapan mereka: “dan meninggalkan apa yang biasa disembah oleh bapak-bapak kami”
4.      Rasulullah r bersabda:

من قال لا إله إلا الله و كفر بما يعبد من دون الله حرم ماله و دمه و حسابه على الله

“Barangsiapa yang mengucapkan la ilaha illallah dan mengingkari sesembahan lain selain Allah, maka diharamkan harta dan darahnya serta hisab (perhitungan)nya hanyalah kepada Allah” [1]
Dalam riwayat lain disebutkan:

من وحد الله و كفر بما يعبد من دونه حرم ماله و دمه …..

Barangsiapa yang mentauhidkan Allah dan mengingkari sesembahan selain-Nya, maka diharamkan harta dan darahnya…..” [2]
Hal ini merupakan penguat bagi rukun an-nafy.
3rd.           Hakikat dan Makna Syahadat.
Hakikat dan makna syahadat mencakup beberapa makna yang saling berkaitan, di antaranya:
1.      Mengesakan Allah I dalam ibadah, di antaranya adalah dengan taqarrub (mendekatkan diri) dan berdoa hanya kepada-Nya.
Allah I berfirman:
“Katakanlah: Sesungguhnya aku hanya menyembah Rabbku dan aku tidak mempersekutukan sesuatupun dengan-Nya" (QS. Al-Jin (72): 20)
“Katakanlah: Jikalau ada ilah-ilah di samping-Nya, sebagaimana yang mereka katakan, niscaya ilah-ilah itu mencari jalan kepada (Rabb) Yang mempunyai 'Arsy" (QS. Al-Israa’ (17): 42)
“Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Rabb mereka siapa di an-tara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan adzab-Nya; sesungguhnya adzab Rabbmu adalah suatu yang (harus) ditakuti” (QS. Al-Israa’ (17): 57)
“Dan sebagian dari tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah bersujud kepada matahari dan janganlah (pula) kepada bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah Yang menciptakannya, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah” (QS. Fushshilat (41): 37)
“Katakanlah: Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb se-mesta alam” (QS. Al-An’aam (6): 162)
“Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh. Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan” (QS. Luqman (31): 22)
2.      Melepaskan diri dari syirik dan pelakunya, maka seorang hamba tidak boleh menjadikan selain Allah I sebagai wali atau mengambil wali dari musuh-musuh-Nya.
Allah I berfirman:
“Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya: Sesungguhnya aku tidak ber-tanggung jawab terhadap apa yang kamu sembah, tetapi (aku menyembah Rabb) Yang menjadikanku; karena sesungguhnya Dia akan memberi hidayah kepadaku. Dan (Ibrahim) menjadikan kalimat tau-hid itu kalimat yang kekal pada keturunannya supaya mereka kembali kepada kalimat tauhid itu”
(QS. Az-Zukhruf (43): 26-28)
“Ibrahim berkata: Maka apakah kamu telah memperhatikan apa yang selalu kamu sembah, kamu dan nenek moyang kamu yang dahulu?, karena sesungguhnya apa yang kamu sembah itu adalah mu-suhku, kecuali Rabb Semesta Alam” (QS. Asy-Syu’araa’ (26): 75-77)
“Katakanlah: Hai orang-orang yang kafir! Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Ilah yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Ilah yang aku sembah. Untukmu-lah agamamu, dan untukkulah agamaku” (QS. Al-Kaafiruun (109): 6)
“Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling ber-kasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan dimasukkan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan Allah itulah golongan yang beruntung” (QS. Al-Mujaadilah (58): 22)
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mu'min. Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (un-tuk menyiksamu)” (QS. An-Nisaa’ (4): 144)
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani men-jadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Ba-rangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu ter-masuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zha-lim” (QS. Al-Maaidah (5): 51)
3.      Tidak menjadikan selain Allah I sebagai hakim yang dijadikan sandaran hukum; yaitu dengan menetap-kan hukum halal dan haram berdasarkan keputusannya.
Allah I berfirman:
“Maka patutkah aku mencari hakim selain daripada Allah, padahal Dialah yang telah menurunkan kitab (Al-Qur'an) kepadamu dengan terperinci? Orang-orang yang telah Kami datangkan kitab ke-pada mereka, mereka mengetahui bahwa Al-Qur'an itu diturunkan dari Rabbmu dengan sebenarnya. Maka janganlah kamu sekali-kali termasuk orang yang ragu-ragu” (QS. Al-An’aam (6): 114)
“Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai rabb-rabb selain Allah, dan (juga mereka menjadikan Rabb) Al-Masih putera Maryam; padahal mereka hanya disuruh me-nyembah Ilah Yang Maha Esa; tidak ada Ilah (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan” (QS. At-Taubah (9): 31)
Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyari'atkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah? Sekiranya tak ada ketetapan yang menentukan (dari Allah) tentu-lah mereka telah dibinasakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang zhalim itu akan memperoleh adzab yang amat pedih” (QS. Asy-Syuuraa’ (42): 21)
Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syetan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya. Apabila dikatakan kepada mereka: Marilah kamu (tunduk) kepada hukum yang Allah telah turunkan dan kepada hukum Rasul, niscaya kamu lihat orang-orang munafik menghalangi (manusia) dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) ka-mu. Maka bagaimanakah halnya apabila mereka (orang-orang munafik) ditimpa sesuatu musibah disebabkan perbuatan tangan mereka sendiri, kemudian mereka datang kepadamu sambil bersumpah: Demi Allah, kami sekali-kali tidak menghendaki selain penyelesaian yang baik dan perdamaian yang sempurna. Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang ada di dalam hati mereka. Karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. Dan Kami tidak mengutus seseorang rasul, me-lainkan untuk dita'ati dengan seijin Allah. Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohonkan ampun untuk me-reka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. Maka demi Rabbmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya” (QS. An-Nisaa’ (4): 60-65)
“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang me-nyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barang siapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-oang yang kafir” (QS. Al-Maaidah (5): 44)
4th.            Syarat Syahadat.
Syahadat la ilaha illallah memiliki syarat-syarat yang harus diketahui, dipelajari dan diamalkan oleh se-tiap muslim. Berdasarkan kajian yang mendalam terhadap Al-Kitab dan As-Sunnah, syarat-syarat tersebut adalah:
1.      Al-‘Ilm (mengetahui).
Allah I berfirman:
Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (Yang Haq) melainkan Allah” (QS. Muham-mad (47): 19)
Rasulullah r bersabda:

من مات و هو يعلم أن لا إله إلا الله دخل الجنة

“Barangsiapa meninggal dunia dan dia mengetahui tentang la ilaha illallah, niscaya masuk surga” [3]
Maksudnya mengetahui secara hakiki kandungan dan tuntutan amal dua kalimat syahadat. Kebalikan ilmu adalah bodoh seperti bodohnya orang-orang musyrik dari ummat ini yang mengingkari maknanya. Mereka tidak mengetahui makna al-ilah serta kandungan an-nafy dan al-itsbat. Merekapun bodoh karena tidak mengetahui bahwa maksud dari syahadat adalah maknanya, bukan lafazhnya. Itulah yang menyebab-kan orang-orang musyrik yang mengerti (maknanya) mengingkari kandungannya seraya berkata:
“Mengapa ia menjadikan ilah-ilah itu Ilah Yang Satu saja” (QS. Shaad (38): 5)
“Pergilah kamu dan tetaplah (menyembah) ilah-ilahmu” (QS. Shaad (38): 6)
2.      Al-Yaqin (meyakini).
Kebalikannya adalah syak atau ragu. Maksudnya, siapa yang telah berikrar dengan dua kalimat sya-hadat, maka ia harus meyakini di dalam hatinya tentang kebenaran ucapannya, kebenaran hak-hak ilahiyyah Allah I, kebenaran nubuwwah (kenabian) Nabi Muhammad r, kebatilan ilahiyah selain Allah I dan kebatilan orang yang mengaku memiliki nubuwwah setelah Nabi Muhammad r. Apabila dia ragu terhadap kebenaran maknanya atau ragu terhadap kebatilan ibadah bagi selain Allah I, maka dua kalimat syahadat yang diucapkannya tidak akan memberikan manfaat apa-apa.
Rasulullah r bersabda:

لا يلقى الله بهما عبد غير شاك فيهما إلا دخل الجنة

Tidaklah seorang hamba bertemu Allah dengan membawa dua kalimat syahadat dan tidak ragu-ragu terhadapnya, kecuali dia akan masuk surga” [4]

من لقيت من وراء هذا الحائط يشهد أن لا إله إلا الله مستيقنا بها قلبه فبشره بالجنة

“Barangsiapa yang engkau jumpai dari balik tirai ini yang bersaksi atas la ilaha illallah dengan pe-nuh keyakinan dalam hatinya, maka berilah kabar gembira kepadanya dengan surga” [5]
Allah I memuji orang-orang mukmin dalam firman-Nya:
Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu …..” (QS. Al-Hujuraat (49): 15)
Dan mengecam orang-orang munafik dalam firman-Nya:
Sesungguhnya yang akan meminta ijin kepadamu, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan hati mereka ragu-ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam keragu-raguannya” (QS. At-Taubah (9): 45)
Diriwayatkan dari Ibnu Mas'ud t, bahwa beliau berkata:
“Kesabaran adalah separuh iman dan yakin adalah iman yang sempurna” [6]
Dan tidak diragukan lagi bahwa orang yang meyakini makna dua kalimat syahadat, maka seluruh anggota badannya akan tergerak untuk beribadah hanya kepada Allah I semata dan akan taat kepada Rasul-Nya r.
3.      Al-Qabul (menerima), dengan meniadakan penolakan.
Ada orang yang mengetahui makna dua kalimat syahadat dan meyakini kandungannya, namun dia menolaknya, baik karena sombong ataupun karena dengki. Hal ini sebagaimana yang dialami oleh para ulama Yahudi dan Nashrani yang telah bersaksi dengan ilahiyah Allah I dan mengetahui Nabi Muham-mad r sebagaimana mereka mengetahui anak-anaknya sendiri, namun tetap saja mereka menolaknya.
Allah I berfirman:
“…..karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran”
QS. Al-Baqarah (2): 109)
Demikian pula yang terjadi pada orang-orang musyrik yang mengetahui makna la ilaha illallah dan kebenaran Nabi Muhammad r, tetapi tidak mau menerimanya karena sombong.
Allah I berfirman:
Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: La ilaha illallah"(Tiada Ilah yang berhak disembah melainkan Allah), mereka menyombongkan diri” (QS. Ash-Shaaffaat (37): 35)
“…..karena mereka sebenarnya bukan mendustakan kamu, akan tetapi orang-orang yang zhalim itu mengingkari ayat ayat Allah” (QS. Al-An’aam (6): 33)
4.      Al-Inqiyad (melaksanakan).
Perbedaan antara al-inqiyad dan al-qabul adalah bahwa al-inqiyad artinya mengikuti dengan perbuatan, sedangkan al-qabul adalah menampakkan kebenaran yang dikandung makna syahadat dengan ucapan, meskipun dalam keduanya sama-sama terkandung makna ittiba’ (mengikuti). Inqiyad artinya menyerah-kan diri dan tunduk secara total terhadap hukum-hukum Allah I.
Allah I berfirman:
Dan kembalilah kamu kepada Rabbmu, dan berserah dirilah kepada-Nya …..” (QS. Az-Zumar (39): 54)
Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlash menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan” (QS. An-Nisaa’ (4): 125)
“Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh” (QS. Luqman (31): 22)
Ini adalah bentuk inqiyad kepada Allah I dalam beribadah hanya kepada-Nya, sedangkan bentuk inqiyad kepada Nabi r adalah dengan menerima sunnahnya dan mengikuti syari’atnya serta ridha terhadap hukumnya.
Allah I berfirman:
Maka demi Rabbmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu ha-kim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya” (QS. An-Nisaa’ (4): 65)
Disyaratkan untuk kebenaran iman dengan menerima dan melaksanakan hukumnya secara total yang berasal dari Rabbnya.
5.      Ash-Shidq (benar atau jujur).
Kebalikannya adalah bohong atau dusta.
Rasulullah r bersabda:

من قال لا إله إلا الله صادقا من قلبه دخل الجنة

“Barangsiapa yang mengucapkan la ilaha illallah dan benar-benar keluar dari lubuk hatinya, niscaya masuk surga” [7]
Adapun orang yang mengucapkan syahadat dengan lisannya, namun dia mengingkari kandungannya, maka dia tidak akan masuk surga sebagaimana orang-orang munafik yang Allah I kisahkan ceritanya dalam firman-Nya:
Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: Kami mengakui bahwa sesung-guhnya kamu benar-benar Rasul Allah. Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta” (QS. Al-Munaafiquun (63): 1)
Setelah itu, dalam ayat yang lain Allah I mendustakan mereka:
Di antara manusia ada yang mengatakan: Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian, padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman” (QS. Al-Baqarah (2): 8)
6.      Al-Ikhlash.
Kebalikannya adalah syirik atau tidak ikhlash.
Allah I berfirman:
Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik)”  (QS. Az-Zumar (39): 2-3)
Katakanlah: Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta-atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama” (QS. Az-Zumar (39): 11)
Katakanlah: Hanya Allah saja yang aku sembah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agamaku" (QS. Az-Zumar (39): 14)
Rasulullah r bersabda:
أسعد الناس بشفاعتي من قال لا إله إلا الله خالصا من قلبه
“Orang yang paling berbahagia dengan syafa’atku adalah yang mengucapkan la ilaha illallah dengan ikhlash dari dalam hatinya” [8]
فإن الله حرم على النار من قال لا إله إلا الله يبتغي بذلك وجه الله
“Sesungguhnya Allah mengharamkan neraka bagi siapa saja yang mengucapkan la ilaha illallah yang dengannya ia mengharapkan wajah Allah” [9]
Yang dimaksud ikhlash adalah beribadah hanya kepada Allah I semata, tanpa menyelewengkan sa-lah satu bentuknya kepada selain-Nya, baik kepada malaikat yang dekat dengan-Nya ataupun kepada nabi yang diutus. Ikhlash dalam mengikuti Nabi Muhammad r adalah dengan mencukupkan diri hanya meng-ikuti sunnahnya, mengikuti hukumnya, menjauhi bid’ah dan hal-hal yang menyelisihi sunnahnya serta dengan meninggalkan hukum, undang-undang ataupun adat-istiadat buatan manusia yang bertentangan dengan syari’at. Maka, siapa saja yang ridha dengan hukum (buatan) tersebut atau memutuskan hukum dengannya, berarti dia adalah orang yang tidak ikhlash.
7.      Al-Mahabbah (mencintai).
Kebalikannya adalah benci atau tidak senang. Seorang hamba wajib mencintai Allah I dan Rasul-Nya r serta mencintai semua perkataan dan perbuatan baik. Juga mencintai wali-wali-Nya dan mencintai ahli tha’at. Cinta yang benar mempunyai pengaruh yang kuat bagi anggota badan seorang hamba. Maka kita akan melihat seorang hamba yang benar-benar taat kepada Allah I dan Rasul-Nya, beribadah kepada-Nya dengan sebenar-benarnya, merasa nikmat dalam ketaatan kepada-Nya serta bersegera mengerjakan semua perkataan dan perbuatan yang menimbulkan kecintaan-Nya, maka kita melihatnya sangat berhati-hati dan takut dari berbuat maksiat dengan menjauhinya serta dengan membenci pelakunya, walaupun maksiat tersebut disenangi nafsunya dan menambah “kenikmatan” dalam ibadah. Dia mengetahui betul bahwa jalan ke neraka dipenuhi oleh kesenangan (nafsu) dan jalan ke surga dipenuhi kesukaran. Kalau seperti ini, maka itulah cinta yang benar lagi tulus. Ketika Dzu An-Nun Al-Mishri ditanya: Kapan saya dapat mencintai Rabbku?, beliau menjawab:
“Apabila hal yang dibenci Allah membuatmu sabar!” [10]
Sebagian ulama berkata:
Barangsiapa yang mengaku cinta kepada Allah namun tidak sepakat dengan (perintah)-Nya, maka pengakuan cintanya batil, karena Allah mensyaratkan tanda cinta kepada-Nya dengan mengikuti sun-nah Nabi-Nya, sebagaimana firman-Nya:
Katakanlah: Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu" (QS. Ali ‘Imran (3): 31)
8.      Al-Kufr (mengingkari)
Yaitu mengingkari sesembahan lain selain Allah I.
Rasulullah r bersabda:

من قال لا إله إلا الله و كفر بما يعبد من دون الله حرم ماله و دمه و حسابه على الله


“Barangsiapa yang mengucapkan la ilaha illallah dan mengingkari sesembahan lain selain Allah, maka diharamkan harta dan darahnya serta hisab (perhitungan)nya hanyalah kepada Allah” [11] [12]
5th.            Pembatal Syahadat.
Pembatal la ilaha illallah adalah ingkar kepada Allah I dan syirik kepada-Nya, di antara bentuknya ada-lah:
1.      Pengakuan adanya seorang makhluk selain Allah I yang menciptakan, memberikan rizki, menghidupkan, mematikan dan mengatur segala urusan. Atau dengan istilah lain bahwa Allah I mempunyai sekutu.
Allah I berfirman:
Katakanlah: Serulah mereka yang kamu anggap (sebagai ilah) selain Allah, mereka tidak memiliki (kekuasaan) seberat zarrahpun di langit dan di bumi, dan mereka tidak mempunyai suatu sahampun dalam (penciptaan) langit dan bumi dan sekali-kali tidak ada di antara mereka yang menjadi pembantu bagi-Nya" (QS. Saba’ (34): 22)
Segala puji bagi Allah Yang telah menciptakan langit dan bumi, dan mengadakan gelap dan terang, namun orang-orang yang kafir mempersekutukan (sesuatu) dengan Rabb mereka” (QS. Al-An’aam (6): 1)
Katakanlah: Siapakah Rabb langit dan bumi? Jawabnya: Allah. Katakanlah: Maka patutkah kamu mengambil pelindung-pelindungmu dari selain Allah, padahal mereka tidak menguasai kemanfaatan dan tidak (pula) kemudharatan bagi diri mereka sendiri? Katakanlah: Adakah sama orang buta dan yang dapat melihat, atau samakah gelap-gulita dan terang-benderang; apakah mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah yang dapat menciptakan seperti ciptaan-Nya sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut pandangan mereka? Katakanlah: Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan Dia-lah Rabb Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa" (QS. Ar-Ra’d (13): 16)
Ayat ini menggambarkan ketetapan yang diakui oleh sebagian besar ummat manusia termasuk kaum musyrikin ‘Arab yang Rasulullah r diutus kepadanya.
Allah I berfirman:
“Katakanlah: Siapakah yang memberi rezki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang ku-asa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan yang mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan? Maka mereka menjawab: Allah. Maka katakanlah: Mengapa kamu tidak bertaqwa (kepada-Nya)?" (QS. Yunus (10): 31)
“Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: La ilaha illallah (Tiada Ilah yang berhak disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri. Dan mereka berkata: Apakah sesung-guhnya kami harus meninggalkan sesembahan-sesembahan kami karena seorang penyair gila?"
QS. Ash-Shaaffaat (37): 35-36)
Kemudian mereka menjawab:
“Mengapa ia menjadikan ilah-ilah itu Ilah Yang Satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan” (QS. Shaad (38): 5)
Oleh karena itu, ikrar yang mereka ucapkan tidak memberikan manfaat sedikitpun. Lalu bagaimana dengan orang yang tidak pernah mengikrarkannya sama sekali?
2.      Menyelewengkan salah satu bentuk ibadah kepada selain Allah I.
Ibadah di sini meliputi segala hal yang dicintai dan diridhai Allah I, baik berupa ucapan maupun perbuatan, zhahir maupun batin. Dan dia tidak boleh diberikan kepada selain-Nya. Di antaranya adalah menyembelih, nadzar, sujud, takut, harap, cinta serta meminta pertolongan dan bantuan.
Allah I berfirman:
Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan” (QS. Al-Faatihah (1): 5)
Hai manusia, sembahlah Rabb-mu Yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertaqwa” (QS. Al-Baqarah (2) :21)
Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baik-lah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri” (QS. An-Nisaa’ (4): 36)
“Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyembah sembahan-sembahan selain Allah yang tiada dapat memperkenankan (doanya) sampai hari kiamat dan mereka lalai dari (memperhati-kan) do'a mereka? Dan apabila manusia dikumpulkan (pada hari kiamat) niscaya sembahan-sembahan mereka itu menjadi musuh mereka dan mengingkari pemujaan-pemujaan mereka” (QS. Al-Ahqaaf (46): 5-6)
Dan bahwasannya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan” (QS. Al-Jin (72): 6)
“Maka dirikanlah shalat karena Rabbmu; dan berkorbanlah” (QS. Al-Kautsar (108): 2)
3.      Menyamakan atau menyetarakan Allah I dengan makhluk-Nya, baik dalam kecintaan, penghormatan maupun pengagungan.
Allah I berfirman:
“Katakanlah: Bawalah ke mari saksi-saksi kamu yang dapat mempersaksikan bahwasanya Allah telah mengharamkan (makanan yang kamu) haramkan ini. Jika mereka mempersaksikan, maka janganlah kamu ikut (pula) menjadi saksi bersama mereka; dan janganlah kamu mengikuti hawa hafsu orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, dan orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, sedang mereka mempersekutukan Rabb mereka” (QS. Al-An’aam (6): 150)
“Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapan orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zhalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksa-Nya (niscaya mereka menyesal)” (QS. Al-Baqarah (2): 165)
"Demi Allah: Sungguh kita dahulu (di dunia) dalam kesesatan yang nyata, karena kita mempersama-kan kamu dengan Rabb semesta alam" (QS. Asy-Syu’araa’ (26): 97-98)
Rasulullah r bersabda:
من حلف بغير الله فقد كفر أو أشرك
“Barangsiapa bersumpah dengan selain Allah, maka telah kafir atau syirik” [13]
4.      Mendakwahkan adanya perantara antara Allah I dengan makhluk-Nya yang dapat menghubungkan untuk mendekatkan diri kepada-Nya serta dapat memberikan syafa’at.
Allah I berfirman:
Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang meng-ambil pelindung selain Allah (berkata): Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya. Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar” (QS. Az-Zumar (39): 3)
Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak pula kemanfaatan, dan mereka berkata: Mereka itu adalah pemberi syafa'at kepada kami di sisi Allah. Katakanlah: Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak di-ketahui-Nya di langit dan tidak (pula) di bumi. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka mempersekutukan (itu)” (QS. Yunus (10): 18)
5.      Berhukum kepada selain syari’at Allah I.
Allah I berfirman:
Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu. Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syetan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya” (QS. An-Nisaa’ (4): 60)
Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika me-reka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik. Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” (QS. Al-Maaidah (5): 49-50)
Bentuk-bentuk syirik di atas, terkadang semuanya menimpa sebagian orang dan terkadang pula hanya salah satu atau sebagiannya saja yang menimpa sebagian yang lain. Syahadat la ilaha illallah adalah dak-wah terbesar yang diserukan oleh semua rasul yang tercermin dalam seruan mereka:
“Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Ilah bagimu selain-Nya" (QS. Al-A’raaf (7): 59)
Dan ketika Allah I mengutus Nabi Muhammad r, maka syahadat merupakan dakwah beliau yang ter-besar, yang terlihat dengan jelas dalam perjalanan jihad dan sirah beliau.
Rasulullah r bersabda:
بعثت بالسيف بين يدي الساعة حتى يعبد الله وحده لا شريك له و جعل رزقي تحت ظل رمحي و جعل الذلة و الصغار على من خالف أمري
“Aku diutus dengan dentingan pedang (mengalami banyak peperangan) dan dekat dengan datangnya hari kiamat hingga Allah diesakan dan tidak disekutukan. Dijadikan rizkiku dalam lemparan tombakku dan dijadikan kehinaan dan kerendahan bagi orang yang menyelisihi perintahku” [14]
أمرت أن أقاتل الناس حتى يشهدوا أن لا إله إلا الله و أن محمدا رسول الله و يقيموا الصلاة و يؤتوا الزكاة، فإذا فعلوا ذلك عصموا مني دماءهم و أموالهم إلا بحقها و حسابه على الله
Aku diperintahkan supaya memerangi manusia hingga mereka bersaksi dengan la ilaha illalah dan Muhammad Rasulullah, mendirikan shalat dan menunaikan zakat. Dan jika mereka telah mengerja-kannya, niscaya darah dan harta mereka terjamin kecuali karena haknya. Dan hisab (perhitungan)nya hanyalah kepada Allah” [15]
Nabi Muhammad r seringkali mengirim para utusan (duta)nya untuk berdakwah, sebagaimana kisah Mu’adz t yang diutus ke Yaman, beliau bersabda kepadanya:
إنك تأتي قوما من أهل الكتاب فادعهم إلى شهادة أن لا إله إلا الله و أني رسول الله. فإن هم أطاعوك لذلك فأعلمهم أن الله افترض عليهم خمس صلوات فى كل يوم و ليلة، فإن هم أطاعوك لذلك فأعلمهم أن الله افترض عليهم صدقة تؤخذ من أغنيائهم فترد فى فقرائهم، فإن هم أطاعوك لذلك فإيك و كرائم أموالهم، و اتق دعوة المظلوم فإنه ليس بينها و بين الله حجاب
“Sesungguhnya engkau akan mendatangi kaum ahli kitab, maka serulah mereka untuk bersaksi dengan la ilaha illallah dan aku adalah Rasulullah. Apabila mereka mentaatimu, beritahukan kepada mereka bahwa Allah telah mewajibkan shalat lima waktu kepada mereka. Dan apabila mereka tetap mentaatimu, maka beritahukan kepada mereka bahwa Allah mewajibkan kepada mereka zakat yang diambil dari orang-orang kaya kemudian dikembalikan kepada orang-orang miskin mereka. Dan apabila mereka masih tetap mentaatimu, maka berhati-hatilah engkau terhadap harta mereka. Dan berhati-hatilah terhadap doa orang yang teraniaya, karena antaranya dengan Allah tidak ada hijab yang mengha-langinya sedikitpun” [16]
Syahadat la ilaha illallah merupakan kewajiban yang pertama sekaligus yang terakhir bagi seorang hamba. Rasulullah r bersabda:
لقنوا موتاكم شهادة أن لا إله إلا الله
Tuntunlah orang yang sedang menghadapi sakaratul maut untuk mengucapkan syahadat la ilaha illallah” [17]
من كان آخر كلامه لا إله إلا الله دخل الجنة
“Barangsiapa yang ucapan terakhirnya adalah la ilaha illallah, niscaya masuk surga” [18]
Karena syahadat tersebut, maka Allah I mensyari’atkan jihad, dakwah dan amr ma’ruf serta nahi munkar. Dan karenanya pula, manusia terbagi menjadi dua golongan besar, yaitu:
·        Ahl al-iman sebagai ahli surga, dan
·        Ahl al-kufr sebagai ahli neraka.
Siapa yang merealisasikan syahadat dengan sebenar-benarnya, baik lahir maupun batin, maka dia akan memperoleh jaminan keamanan dan hidayah, baik di dunia maupun di akhirat.
Allah I berfirman:
Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur-adukkan iman mereka dengan kezhaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang men-dapat petunjuk” (QS. Al-An’aam (6): 82)
Dan Rasulullah r bersabda:
إن الله حرم على النار من قال لا إله إلا الله يبتغي بذلك وجه الله
“Sesungguhnya Allah mengharamkan neraka bagi siapa saja yang mengucapkan la ilaha illallah yang dengannya ia mengharapkan wajah Allah” [19]
Syahadat merupakan sumber kebahagiaan di dunia dan di akhirat, dzikir yang paling agung dan wasilah (perantara) yang paling ampuh. Kita memohon kepada Allah I agar menjadikan diri kita dan saudara-saudara kita, kaum muslimin menjadi orang-orang yang mengetahui hakikat syahadat, mengamalkan tuntutan dan kon-sekuensinya serta ikhlash menerimanya. Sesungguhnya Dia I Maha Mendengar lagi Maha Mengabulkan.


TAMBAHAN PENTING TENTANG

SYAHADAT MUHAMMAD RASULULLAH


Syahadat Muhammad Rasulullah termasuk dalam cakupan syahadat la ilaha illallah, baik hakikat maupun pemahamannya. Namun dalam penggabungan antara syahadat Muhammad Rasulullah setelah syahadat la ilaha illallah mempunyai kandungan hikmah dan makna yang sangat banyak, yaitu:
1.      Mencintainya.
Ini merupakan pokok keimanan yang paling utama, karena seseorang tidak akan menjadi mukmin atau tidak akan sempurna imannya kecuali dengan mencintainya.
Rasulullah r bersabda:
و الذي نفسي بيده لا يؤمن أحدكم حتى أكون أحب إليه من ولده و والده و الناس أجمعين
Demi jiwaku yang berada dalam genggaman tangan-Nya, tidaklah salah seorang di antara kamu beriman hingga dia lebih mencintaiku dari pada cintanya kepada anaknya, orang tuanya dan kepada seluruh manusia sekalipun” [20]
2.      Mengikuti dan mentaatinya.
Ini merupakan konsekuensi dari kecintaan dan iman kepadanya.
Allah I berfirman:
Katakanlah: Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Katakanlah: Taatilah Allah dan Rasul-Nya; Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir"
(QS. Ali ‘Imran (3): 32)
Siapa yang berkeyakinan bahwa ada seseorang yang diperbolehkan untuk tidak mentaatinya atau bahwa jalan menuju Allah I tidak harus dengan mengikuti jalannya, maka dia telah kafir.
Allah I berfirman:
Dan Kami tidak mengutus seseorang rasul, melainkan untuk ditaati dengan seijin Allah” (QS. An-Nisaa’ (4): 64)
3.      Membenarkan khabar-beritanya.
Barangsiapa menolak atau mendustakan khabarnya berarti telah kafir, baik disebabkan karena hawa nafsunya, syari’at yang tidak berlaku, (ajaran) filsafat maupun karena ilmu (pengetahuan) yang dimilikinya.
Allah I berfirman:
“Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertaqwa” (QS. Az-Zumar (39): 33)
Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada cahaya (Al-Qur'an) yang telah Kami turunkan” (QS. At-Taghaabun (64): 8)
Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Qur'an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)” (QS. An-Najm (53): 3-4)
Rasulullah r bersabda:
و الذي نفسي بيده لا يسمع بي يهودي و لا نصراني ثم لا يؤمن بي إلا كان من أهل النار
“Demi jiwaku yang berada dalam genggaman tangan-Nya, tidak ada seorang Yahudi atau Nashrani-pun yang telah mendengar kenabianku, kemudian dia tidak beriman kepadaku, kecuali dia akan men-jadi ahli neraka” [21]
Ini adalah hak bagi ahli kitab, maka yang selain mereka tentunya lebih layak dan lebih berhak lagi!
4.      Berhukum kepada hukumnya, tidak mendahulukan ucapan, hukum dan pendapat selainnya.
Allah I berfirman:
Maka demi Rabbmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu ha-kim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya” (QS. An-Nisaa’ (4): 65)
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya” (QS. Al-Huju-raat (49): 1)
Dan tidakkah patut bagi laki-laki yang mu'min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu'min, apa-bila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka” (QS. Al-Ahzaab (33): 36)
Oleh sebab itu, orang yang berhukum kepada undang-undang buatan atau pendapat-pendapat jahiliyah, berarti dia telah membatalkan syahadat Muhammad Rasulullah yang telah diucapkannya.
5.      Tidak beribadah kepada Allah I kecuali dengan syari’atnya.
Yaitu dengan berpegang teguh kepada sunnah dan petunjuknya serta dengan meninggalkan larangannya seperti perbuatan bid’ah dalam agama yang dianggap sebagai sarana yang dapat mendekatkan diri kepada Allah I. Dan juga dengan mengikuti beliau secara total dalam segala urusan.
Allah I berfirman:
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”
(QS. Al-Ahzaab (33): 21)
Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mu'min, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruknya tempat kembali(QS. An-Nisaa’ (4): 115)
Rasulullah r bersabda:
من عمل عملا ليس عليه أمرنا فهو رد
Barangsiapa yang mengerjakan suatu amalan yang tidak ada perintah (syari'at) kami, maka ia ter-tolak” [22]
من أحدث فى أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد
Barangsiapa yang mengada-adakan perkara agama yang tidak ada perintah (syari'at) kami, maka ia tertolak” [23]
لقد تركتكم على مثل البيضاء ليلها كنهارها لا يزيغ عنها إلا هالك
Sesungguhnya telah aku tinggalkan kalian di atas jalan yang terang-benderang, hingga malam ha-rinya seperti siang hari dan tidak akan sesat darinya kecuali orang-orang yang binasa” [24]
Semoga shalawat dan salam sejahtera senantiasa terlimpah kepada Rasulullah r, keluarga, para shahabat dan orang-orang yang mengikuti petunjuk dan sunnahnya hingga hari kiamat kelak…..Amin.


[1] HR. Muslim.
[2] HR. Ahmad.
[3] HR. Muslim dari ‘Utsman t.
[4] HR. Muslim dari Abu Hurairah t.
[5] HR. Muslim dari Abu Hurairah t.
[6] HR. Al-Bukhari secara mu'allaq dalam al-Fath 1/45 dan Al-Hafizh berkata: Ath-Thabrani menyambungkannya dengan sanad shahih dan diriwayatkan juga oleh Abu Nu’aim dalam al-Hilyah.
[7] HR. Ahmad dalam al-Musnad 4/16 dari Rifa’ah Al-Juhni t dan juga dalam 4/402 dari Abu Musa Al-Asy’ari t.
[8] HR. Al-Bukhari dan lainnya dari Abu Hurairah t.
[9] HR. Al-Bukhari dan Muslim dari ‘Itban t.
[10] Disebutkan oleh Abu Nu’aim dalam al-Hilyah 9/363.
[11] HR. Muslim.
[12] Pembahasan tentang syarat-syarat la ilaha illallah diambil dari kitab asy-Syahadatan – Ma’nahuma wa Ma Tastalzimuhu Kullun Min-huma oleh Syaikh Abdullah bin Abdurrahman bin Jibrin dengan sedikit perubahan.
[13] HR. Al-Hakim dan lainnya dengan sanad shahih.
[14] HR. Ahmad dan lainnya dengan sanad shahih.
[15] HR. Al-Bukhari dan Muslim.
[16] HR. Al-Bukhari dan Muslim.
[17] HR. Muslim.
[18] HR. Abu Dawud dan Al-Hakim dalam al-Mustadrak serta dishahihkan oleh Adz-Dzahabi.
[19] HR. Al-Bukhari dan Muslim.
[20] HR. Al-Bukhari dan Muslim.
[21] HR. Muslim.
[22] HR. Al-Bukhari dan Muslim.
[23] HR. Muslim.
[24] HR. Ibnu Abi ‘Ashim dalam as-Sunnah dan dikatakan oleh Al-Mundziri bahwa sanadnya hasan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Uktub Your Ro'yi Here...