Selasa, 19 Maret 2013

Rasa Suka Itu Ada…

Oleh: Abu Aisyah

Manusia memang memiliki rasa suka, ia tumbuh dan berkembang bersama dengan perkembangan fisik dan mentalnya. Jika pada masa anak-anak rasa suka itu hanya pada hal-hal yang menyenangkan, semisal gula-gula dan berbagai makanan lezat, maka pada perkembangan berikutnya muncul rasa suka dengan sesuatu yang muncul dari dalam jiwa. Sebenarnya rasa suka semacam ini ada juga, misalnya kita suka jika berdekatan dengan orang tua kita atau orang-orang yang sejak kecil dekat dengan kita. Hanya, rasa itu sepertinya rasa suka karena seseorang itu akan memberikan sesuatu kepada kita. Bagaimana dengan rasa suka yang tumbuh bersama dengan tumbuhnya raga dan sukma?
Suka dengan orang lain yang tumbuh dari jiwa memang sesuatu yang menjadi fitrah manusia. Ia akan muncul seiring dengan bertambahnya usia. Saat kita menginjak remaja kita sudah mulai suka dengan seseorang menurut kita istimewa, entah itu karena mukanya, tingkah lakunya, sikapnya atau sekadar menyenangkan kita. Penyebab rasa suka ini biasanya karena seseorang itu memberikan satu pengalaman yang begitu berkesan dalam jiwa, inilah kenapa terkadang rasa suka pada awal pertama itu sangat sulit untuk dilupakan. Dengan bertambahnya usia kita makin menyadari bahwa rasa suka itu bukan rasa yang biasa, ia muncul dan menyeruak dalam jiwa berkembang bersama dengan perkembangan jiwa dan raga kita. Rasa suka itu ada… semakin ada dan membentuk satu rasa yang pada akhirnya tertuju pada seseorang yang memiliki kriteria  yang sedari kecil telah terbentuk dalam jiwa.
Bilakah rasa suka itu ada? Lagi-lagi dengan bertambahnya usia rasa suka itu semakin konkrit mengkristal dalam jiwa, pondasi dasar yang telah terbangun semakin menysa susun dan meninggi menjadi sebuah rasa suka pada seseorang. Rasa suka pada benda-benda lainnya mungkin masih ada namun ia kalah dan mengalah dibanding dengan rasa suka pada manusia lainnya. Apakah kita akan mengikuti rasa suka itu atau menahan dan menguburnya hingga raga kita tersiksa?
Rasa suka itu ada… hanya saja dengan bertambahnya usia rasa itu dihiasi dengan pesona dunia, keinginan hawa dan sejuta perhiasannya. Rasa suka itu menjelma dalam bentuk pemuasan hawa manusia, entah apa orang menyebutnya, Suka atau Hawa? Hingga saat ini sangat sulit untuk membedakan antara keduanya. Para pemuja rasa suka akan menganggap bahwa rasa suka itu adalah karunia Sang Pencipta hingga tidak boleh untuk diperdaya. Sebaliknya para pencari citra menggap rasa suka hanya akan menyebabkan manusia terlena dengan dunia hingga lupa akan nirwana. Bagaimana seharusnya kita menyikapinya?
Rasa suka itu memang ada… ia adalah anugerah Yang Kuasa, namun rasa itu tidak boleh ada pada hal-hal yang diharamkannya. Rasa suka itu harus disalurkan dalam ikatan suci mahligai surgawi yang disebut pernikahan. Bagaimana cara membedakan antara rasa suka dan hawa? Rasa suka adalah fitrah yang telah ada pada diri manusia, maka rasa sukanya sudah selayaknya didasarkan pada kehendakNya bukan pada hal-hal yang mendatangkan murkaNya. Sedangkan hawa adalah setiap rasa suka yang hanya menginginkan kenikmatan raga di dunia tak pernah memikirkan kenikmatan di akhirat sana. Hawa akan sengaja memberikan iming-iming bagi raga bahwa itu adalah karunia Rabbnya maka nikmatilah ia padahal kemurkaan Allah ada di belakangnya. Hawa selalu mengajak manusia kepada hal-hal yang mempesona mata padahal ia adalah hal yang menjadikan buta mata hati kita.
Rasa suka itu ada… pada setiap diri manusia. Suka dengan dunia tidak tercela asal sewajarnya saja, suka dengan wanita juga adalah fitrahNya tapi bukan sembarang wanita. Suka dengan sesame juga karuniaNya namun jangan pada hal-hal yang diharamkanNya. Jika rasa suka itu masih ada… setirlah ia… arahkan ia pada hal-hal yang dirihaiNya… semoga rasa suka itu akan mendatangkan pahala di sisiNya dan membalaskan balasan sesuai dengan perjuangan kita untuk membawanya pada hal-hal yang diridhaiNya. Semoga kita bisa…….. wallahua’lam. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Uktub Your Ro'yi Here...