Minggu, 08 Desember 2013

Belajar Untuk Sombong

Oleh: Abdurrahman

Manusia diciptakan begitu sempurna, ia adalah makhluk paling cerdas di antara makhluk lainnya. Bahkan di awal penciptaannya jin dan malaikat diperintahkan untuk bersujud kepada manusia. Begitu sempurnanya manusia sehingga ia diberikan tugas sebagai “khalifah” di muka bumi. Namun, kesempurnaan ini justru yang menjadikan manusia kehilangan kemanusiaannya. Ia tidak bisa lagi dikatakan manusia karena telah menyamakan dirinya dengan sifat-sifat makhluk lainnya, rakus, pendedam, pembantai, pembunuh dan perusak alam semesta ini. Kejahatan manusia yang paling besar adalah ketika ia merasa sempurna sehingga kedudukannya menandingi Sang Pencipta Allah ta’ala. Fir’aun adalah salah satu dari manusia yang mencoba menyejajarkan diri dengan Yang Maha Pencipta. Kesombongannya menjadikan ia merasa berkuasa di muka bumi, bisa mengatur manusia dan memutuskan hukum sesuai dengan kehendaknya.
Kesombongan adalah sebab dari manusia justru kehilangan kemanusiaannya. Ia merasa memiliki kelebihan sehingga merasa tinggi di atas makhluk lainnya. Bahkan tidak hanya dengan makhluk lain, dengan sesama manusia-pun mereka seringkali berlaku sombong. Merasa diri lebih dari yang lainnya sehingga memunculkan sikap menyepelekan orang lain. Inilah penyakit manusia yang paling berbahaya sehingga setiap manusia harus selalu memperhatikan dan berhati-hati dengannya. Bagaimana dengan diri kita sendiri?
Saya pribadi merasa makhluk yang jauh dari kesempurnaan, sehingga terkadang saya merasa menjadi makhluk yang paling berdosa di muka bumi. Pada kesempatan lainnya saya harus bisa tampil prima di depan siswa, mahasiswa dan audience sehingga terkadang muncul dalam diri bahwa saya adalah orang yang pintar, cerdas dan bisa diandalkan. Tentu saja perasaan tersebut segera terhapus dengan ingatan saya akan segala kekurangan, masa lalu dan hal-hal negative yang ada dalam diri saya. Saya terlalu hina jika harus menyandang gelar “pintar” atau “cerdas”, walaupun banyak orang yang memuji saya namun semua itu segera hilang ditelan oleh segala sikap “tidak baik” saya yang hanya dan Allah ta’ala yang mengetahuinya.
Belajar untuk sombong sejatinya adalah godaan dari syaithan dan hawa nafsu manusia yang menginginkan adanya pujian dari orang lain. Ketika saya berusaha untuk sombong ternyata iman dan hati kecil ini menyatakan bahwa kesombongan itu tidak ada manfaatnya sama sekali, jangankan untuk belajar untuk merasa diri lebih dari orang lain saya merasa jauh sekali. Saya selalu teringat dengan perkataan Imam Malik “Seandainya kalian tahu dosa-dosa saya niscaya kalian akan berlari menjauhi saya”
Sehingga belajar untuk sombong itu tidak akan pernah saya lakukan, karena saya merasa terlalu banyak kesalahan dan kekuarangan. Kalaupun manusia meganggap saya memiliki kelebihan dari orang lain sejatinya itu adalah karunia yang diberikan oleh Allah ta’aal kepada para hambaNya, mungkin saya salah satunya. Namun untuk merasa lebih dari yang lain sepertinya saya harus terus belajar untuk memperbaiki diri. Kesombongan adalah milik Allah ta’ala dan manusia tidak berhak untuk memilikinya apalagi sampai merasa lebih dari yang lainnya.
Mari bersama kita belajar untuk mengintrospeksi diri agar kesombongan itu tidak lagi ada dalam diri, walaupun hanya sebesar biji sawi. Seseorang tidak akan pernah berhasil belajar untuk sombong karena terlalu banyak kekurangan pada dirinya yang seharusnya menjadikannya malu kalau berlaku sombong. Apalagi sampai merendahkan orang lain…. Masih mau belajar untuk sombng?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Uktub Your Ro'yi Here...