Jumat, 20 Desember 2013

Tafsir Al-Qur'an Al-A’raf: 199

Oleh: Abdurrahman Misno Bambang Prawiro

Tafsir QS. Al-A’raf ayat 199:
Allah ta’ala berfirman:
خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ
Artinya: Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah daripada orang-orang yang bodoh.  

1.    Al-I’rab/ الإعراب :     
Kosa kata yang terdapat dalam ayat ini adalah kata خذ (khudz) merupakan  bentuk fi’il (kata kerja) amar mabni sukun fa’ilnya anta (kamu; Muhammad), artinya ambilah / jadilah. Kata  العفو (al-‘afwa) adalah bentuk maf’ul dari lafadz khudz, dibaca nashab, tandanya fathah yang tampak diakhirnya dan merupakan isim mufrod, artinya maaf / pemaaf. Selanjutnya kata وأمر (wa’mur) yang terdiri dari huruf wawu athof (penghubung) dengan “khudz”, fi’il amar (kata kerja bentuk perintah) mabni sukun, fa’il-nya anta, artinya perintahlah.
Kalimat بالعرف (bil ‘urfi) merupakan kalimat Jar majrur, ba’ huruf jar, lafadz ma’ruf dijarkan oleh ba’, alamatnya kasroh di akhir kalimat dan merupakan isim mufrod. Kata  وأعرض (wa a’ridh) terdiri dari wawu athof (penghubung) dengan khudz, fi’il amar mabni sukun, fa’ilnya anta, artinya “berpalinglah”. Terakhir adalah kata عن الجاهلين (‘an jahilin) merupakan kalimat Jar majrur, yaitu huruf ‘an yang merupakan huruf  jar, lafadz al jaahiliina dijarkan oleh ‘an, alamatnya ya’ dan merupakan jama’ mudzakar salim, artinya dari orang-orang yang bodoh.


2.    Al-Balaghah / البلاغة :  
Kalimat dalam ayat ini menggunakan kata-kata yang sedikit namun memiliki makna yang sangat luas. Ayat dalam QS. Al-A’raf : 199 menggunakan kata-kata yang pendek namun isinya telah menghimpun keseluruhan akhlaq-akhlaq mulia secara keseluruhan.
Kalimat dan kata dalam ayat ini menggunakan ijaz qishar yaitu bentuk susunan kalimat yang makna-maknanya melebihi lafadznya. Sebagai contoh lafadz العفو (al-‘afwa) yang bermakna “permaafan” telah menghimpun akhlaq-akhlaq yang mulia mencakup padanya budi pekerti yang halus dan agung. Sebab di dalam pemaaf, juga memasukkan budi memberikan maaf kepada orang yang berbuat jahat.
Kalimat al-‘urf adalah bentukan dari kata al-ma’ruf yang berarti segala bentuk kebaikan yang telah diketahui secara umum oleh masyarakat. Perbuatan ma’ruf diantaranya adalah menyuruh berbuat yang ma’ruf, melakukan hal-hal yang baik, menyambung silaturrahmi dan perbuatan lainnya. Selain itu juga bermakna mencegah lisan dari dusta, memejamkan mata dari segala yang diharamkan, dan sebagainya.

3.    Mufaradat Lughawiyah/ المفردات اللغوية :  
Ayat ini menggunakan beberapa kata, yaitu:  kata Al-Afw (العفو) secara etimologi (bahasa) berarti “memaafkan dan mengampuni”. Sedang secara terminology (istilah) yaitu memberi kemudahan dalam bermuamalah dengan sesama manusia tanpa melakukan sesuatu yang memberatkannya. Kata Al-Urf (العرف) berarti “kebajikan”. Kata ini juga identik dengan istilah al-ma’ruf yang berarti sesuatu yang diperintahkan oleh syara. Kata “Jahilin” (الجاهلين) adalah orang-orang yang sangat bodoh dengan perbuatan mereka yang sangat jelek dan berusaha berbuat jahat pada orang lain.
Secara lebih rinci kalimat dalam ayat ini adalah: Pertama, خذ العفو (Jadilah engkau pemaaf) yaitu mudah memaafkan di dalam menghadapi perlakuan orang-orang dan jangan membalas. Kedua, وأمر بالعرف (dan suruhlah orang mengerjakan ma’ruf) yaitu setiap perkara kebajikan yang diterima oleh syara’ dan akal sehat. Ketiga, واعرض عن الجاهلين (serta berpalinglah daripada orang-orang yang bodoh) artinya adalah “Hendaklah engkau menjauhi orang-orang yang bodoh”.
 Imam Jalalain dalam kitab tafsirnya menyebutkan:
{ خُذِ العفو } اليسر من أخلاق الناس ولا تبحث عنها { وَأْمُرْ بالعرف } المعروف { وَأَعْرِض عَنِ الجاهلين } فلا تقابلهم بسفههم .
Jadilah engkau pemaaf maksudnya adalah bersifat memudahkan orang lain dalam hal akhlak kepada manusia dan tidak boleh melakukan hal-hal yang memberatkannya. Adapun kalimat “dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf” yaitu memerintahkan dan mengajak manusia untuk berbuat baik (al-ma’ruf). Makna “serta berpalinglah daripada orang-orang yang bodoh” adalah menjauhkan dan tidak melakukan pergaulan yang berlebihan dengan orang-orang jahiliyah.

4.    Al-Munasabah/ المناسبة :  
Ayat ini memiliki hubungan dengan ayat sesudahnya yaitu QS. Al-A’raf:  200. Allah ta’ala telah menjelaskan dalam ayat-ayat sebelumnya bahwa Allah menjaga dan memberikan kekuatan pada Nabinya dan orang-orang mukmin, menjelaskan bahwa berhala-berhala dan sesembahan yang dibuat oleh orang musyrik tidak mampu berbuat kemanfaatan maupun kemadharatan. Kemudian Allah menjelaskan dalam ayat ini yang mengandung konsep bermua’amalah dengan sesama manusia dan merupakan jalan yang lurus yang apabila diterapkan dalam kehidupan keseharian akan terbentuk suatu tatanan masyarakat yang diidamkan. Hal ini tiada lain karena ayat ini mengandung pokok-pokok keutamaan dan merupakan azaz pembentukan hukum yang mengiringi prinsip ketauhidan yang telah dijelaskan sebelumnya. Kemudian Allah memberikan peringatan agar berhati-hati terhadap godaan syaitan dan memerintahkan kita agar bersikap acuh terhadap orang-orang jahilin.
Ayat ini juga memiliki hubungan dengan QS An-Nisaa ayat 19 mengenai kalimat “al-ma’ruf” yang berarti perlakuan baik terhadap istri. Al-Ma’ruf sendiri banyak disebutkan dalam ayat Al-Qur’an yang bermakna kebaikan yang selaras dengan kebaikan yang diterima oleh manusia secara umum. Dalam hal ini al-ma’ruf juga bermakna adat kebiasaan yang berlaku di masyarakat. Sehingga ayat ini memiliki banyak hubungan (munasabah) dengan ayat-ayat yang membicarakan tentang adat/’urf yang ada di masyarakat. Misalnya dalam QS. Al-Maidah, di mana Allah ta’ala menyebutkan sifat dari umat Islam yaitu mengajak kepada yang ma’ruf.

5.    At-Tafsir Wal Bayan/ التفسير والبيان :  
Ayat ini mengandung pokok-pokok akhlak yang mulia, diantaranya adalah memberikan maaf dan ampunan kepada orang lain. Hal ini adalah bagian dari akhlak kepada sesama manusia tanpa membebani mereka dan menjadikan sulit dan terbebani. Inilah salah satu dari ciri akhlak seorang muslim yaitu memaaf, memudahkan dan lembut lembut dengan orang lain. Sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah hadits di mana rasulullah bersabda:  
يسّروا ولا تعسّروا ، وبشّروا ولا تنفّروا
Mudahkanlah oleh kalian janganlah dipersulit, mudahkanlah jangan membebani.
Termasuk dalam pengertian dari العفو adalah menyambung tali silaturahmi, memberikan maaf kepada orang-orang yang berbuat dosa, berlemah lembut dengan sesame muslim dan berbagai akhlak mulia lainnya. Inilah tujuan utama dari agama ini yaitu memberikan kemudahan dan toleransi dan memenuhi hak-hak manusia. Sebaliknya akhlak yang mulia adalah tidak membebani manusia khususnya hal-hal yang berkaitan dengan hak-hak kebendaan. Meninggalkan segala bentuk iri dengki, dan segala hal yang mendatangkan pada permusuhan dan pembebanan kepada manusia. Sebagaimana firman Allah ta’ala:
وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. QS Ali Imran: 159. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Uktub Your Ro'yi Here...