Senin, 21 Agustus 2017

LGBT Bag. 12 LGBT dalam Kristen

a.    LGBT dalam Agama Kristen[1]
Dalam agama Katolik Roma, aktivitas homoseksual adalah sesuatu yang bertentangan dengan hukum alam dan penuh dosa, sementara keinginan dan nafsu homoseksual adalah suatu kelainan (namun hal ini sendiri belum sepenuhnya dosa). Gereja Katolik Roma menganggap perilaku seksual manusia sebagai sesuatu yang suci, hampir penuh keilahian di dalam intisarinya, ketika dilakukan secara benar. Kegiatan-kegiatan hubungan seksual anal dan homogenital dianggap penuh dosa karena perilaku seksual pada dasarnya ditujukan untuk suatu kesatuan dan penerusan keturunan (meniru kehidupan Trinitas pribadi Tuhan). Gereja juga memahami kebutuhan saling melengkapi antara jenis kelamin yang berbeda untuk menjadi bagian dalam rencana Allah. Tindakan-tindakan seksual sama-jenis tidak sejalan dengan pola rancangan ini:
"Tindak-tanduk homoseksual bertentangan dengan hukum alam. Tindakan-tindakan ini menutup unsur pemberian kehidupan dalam perilaku seksual. Mereka tidak berasal dari sebuah tindakan saling mengisi secara seksual dan secara penuh kesih sayang yang tulus. Di dalam situasi apapun tindakan-tindakan ini tidak bisa disahkan."
Ajaran-ajaran ini tentu saja tidak terbatas pada pembahasan masalah homoseksualitas, namun juga membeentuk dasar filosofi bagi pelarangan Katolik terhadap, contohnya, seks bebas, semua bentuk perilaku seks yang tidak alami, kontrasepsi, pornografi, hubungan seksual anal dan masturbasi. Sebagian kecil imam Gereja Katolik Roma, termasuk beberapa pejabat gereja seperti Uskup Jacques Gaillot dari Perancis, telah mengritik sikap Gereja ini. Ketidak-puasan atas sikap Gereja ini disalurkan ke dalam sikap penentangan langsung pada ajaran Katolik yang tak berubah mengenai seksualitas manusia. Pada tanggal 15 Mei 2008, para uskup Katolik Roma di California mengeluarkan sebuah pernyataan menjelaskan penentangan mereka terhadap Mahkamah Agung Negara Bagian California di hari yang sama pada saat pengadilan tersebut memperbolehkan secara resmi pernikahan antar sesama jenis.
Walaupun demikian, Kuria Romawi[2] bersikukuh untuk tidak berkeinginan memikirkan kemungkinan perubahan terhadap ajaran Gereja saat ini, dan menganggap bahwa pandangan-pandangan lainnya merupakan sebuah penolakan terhadap pengertian gerejawi yang dapat diterima. Sebaliknya, dalam sebuah surat resmi berjudul Rescriptum ex audientia bertanggal 19 Mei 2008 yang dibuat oleh Kardinal Tarcisio Bertone, Kardinal Menteri Luar Negeri, menegaskan ulang sekali lagi bahwa norma-norma yang telah diletakkan oleh dokumen Kongregasi Pendidikan Katolik pada tahun 2005 adalah bernilai universal dan tanpa pengecualian.
Seperti yang telah terjadi di dalam kebanyakan denominasi Kristen, ajaran resmi Gereja mengenai homoseksualitas telah ditentang oleh umat awam Katolik, para teolog penting dan imam terkemuka. Seringkali siapa saja yang mempromosikan suatu bentuk penentangan atau ketidaksetujuan terhadap pendirian Gereja yang telah terbentuk disingkirkan dari posisi pentingnya jika seseorang itu telah ditahbiskan, dan bahkan, dalam beberapa situasi, diekskomunikasikan. Secara umum terdapat cukup banyak perdebatan di dalam Gereja Katolik Roma mengenai relevansi posisi Gereja saat ini tentang homoseksualitas: beberapa pihak berusaha untuk merubahnya, beberapa pihak yang lain berusaha untuk mempertahankannya.
Beberapa tokoh telah menentang posisi Gereja ini atau telah memasyarakatkan pengertian yang berbeda mengenai keselarasan iman Katolik Roma dengan gaya hidup atau identitas homoseksual. Tokoh-tokoh teolog yang telah secara tajam mengkritisi pernyataan gereja mengenai homoseksualitas antara lain Profesor Charles Curran, seorang mantan imam Katolik Roma, yang sebagai akibatnya dicabut jabatan pengajarnya di Universitas Katolik Amerika. Curran beranggapan bahwa adalah sesuatu hal yang tidak tepat untuk menganalisa moralitas suatu tindakan dari sebuah cara pandang fisik. Ia menulis:“ Saya telah menerima pengesahan moral atas persatuan antara dua laki-laki gay atau dua perempuan lesbian ... Saya menolak pengertian gerejawi atas sesuatu yang salah secara obyektif namun tidak berdosa secara subyektif”.
Di dalam tulisan A Question of Truth, seorang imam Dominikan bernama Gareth Moore mengkritik Gereja atas obsesinya terhadap hal-hal seksual dan 'arti' moralitas sebenarnya dari hal-hal tersebut. Ia berargumen bahwa semua hal seksual tersebut sebenarnya bermakna apa saja yang kita inginkan. Moore menyimpulkan bahwa: "... tidak ada argumen yang bagus, baik dari Kitab Suci maupun dari hukum alam, yang menentang apa yang telah dikenal sebagai hubungan homoseksual. Argumen-argumen yang diajukan untuk menunjukkan bahwa hubungan semacam itu adalah tidak bermoral semuanya merupakan argumen yang jelek".
Terdapat juga beberapa cendekiawan yang telah menerbitkan tulisan yang menentang sikap bagaimana homoseksualitas diperlakukan oleh agama Katolik Roma. Salah satu yang mungkin paling terkemuka adalah Profesor John Boswell yang melalui bukunya Christianity, Social; Tolerance and Homosexuality melancarkan argumen filosofis dan penelitian sejarah dalam usahanya untuk membuktikan bahwa ajaran gereja mengenai homoseksualitas saat ini adalah salah. Dalam lanjutan bukunya, Same Sex Unions in Pre-Modern Europe, Boswell bahkan berargumen bahwa Yesus sendiri menghadiri sebuah perayaan pernikahan pasangan sesama jenis.
Mayoritas luas para uskup belum mengutarakan ketidaksetujuan apapun dengan ajaran Gereja mengenai homoseksualitas, dan beberapa diantaranya telah memililki reputasi sebagai pihak yang membela mati-matian ajaran Gereja tersebut. Dua tokoh utamanya adalah George Cardinal Pell dan Francis Cardinal Arinze yang telah menekankan bahwa keluarga adalah sebuah unit yang sedang "ditertawai oleh homoseksualitas" dan "disabotase oleh persekutuan-persekutuan yang tidak lumrah".
Agama Kristen sejatinya menolak secara tegas keberadaan LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender), hal ini terlihat jelas dalam kitab suci mereka khususnya Alkitab Perjanjian Baru. Nabi Isa yang mereka sebut Yesus sangat membenci dosa homoseksualitas, sama seperti dia membenci dosa-dosa yang lain.
Alkitab jelas menyebutkan bahwa homoseksualitas adalah dosa dan kekejian di mata Allah. Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada keinginan hati mereka akan kecemaran, sehingga mereka saling mencemarkan tubuh mereka … kepada hawa nafsu yang memalukan, sebab isteri-isteri mereka menggantikan persetubuhan yang wajar dengan yang tak wajar. Demikian juga suami-suami meninggalkan persetubuhan yang wajar dengan isteri mereka dan menyala-nyala dalam berahi mereka seorang terhadap yang lain, sehingga mereka melakukan kemesuman, laki-laki dengan laki-laki … (Roma 1:24-27).
Ayat lainnya menyebutkan “Janganlah engkau tidur dengan laki-laki secara orang bersetubuh dengan perempuan, karena itu suatu kekejian” (Imamat 18:22)
Bila seorang laki-laki tidur dengan laki-laki secara orang bersetubuh dengan perempuan, jadi keduanya melakukan suatu kekejian … (Imamat 20:13)
… sama seperti Sodom dan Gomora dan kota-kota sekitarnya, yang dengan cara yang sama melakukan percabulan dan mengejar kepuasan-kepuasan yang tak wajar, telah menanggung siksaan api kekal sebagai peringatan kepada semua orang. Namun demikian orang-orang yang bermimpi-mimpian ini juga mencemarkan tubuh mereka dan menghina kekuasaan Allah serta menghujat semua yang mulia di sorga (Yudas 1:7-8)
Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah? Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit, pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. (1 Korintus 6:9-10)
Kata “pemburit” berasal dari teks asli Alkitab bahasa Yunani “arsenokoites” yang artinya adalah “One who lies with a male as with a female, sodomite, homosexual.”
Tuhan tidak pernah menciptakan seseorang dengan keinginan homoseks. homoseksualitas bukan merupakan dalih untuk hidup dalam dosa dengan mengikuti keinginan dosa mereka. Tetapi Alkitab tidak menggambarkan homoseksualitas sebagai dosa yang “lebih besar” dibanding dosa-dosa lainnya. Semua dosa adalah kekejian dan tidak menyenangkan Tuhan. Homoseksualitas hanyalah salah satu dari sekian banyak hal yang dicantumkan dalam 1 Korintus 6:9-10 yang menghalangi seseorang dari Kerajaan Allah.
Merujuk pada beberapa ayat dalam Al-Kitab, maka dapat disimpulkan bahwa LGBT dalam agama kristen juga merupakan perbuatan dosa dan pelakunya diancam dengan hukuman yang berat.


[2]Kuria Roma adalah sebuah perangkat administratif Tahta Suci dan pusat badan pemerintahan seluruh Gereja Katolik Roma, bersama-sama dengan Sri Paus, yang mengkoordinasikan dan menyediakan perangkat yang diperlukan untuk keberlangsungan fungsi Gereja Katolik Roma dan pencapaian tujuan-tujuannya. (https://id.wikipedia.org/wiki/Kuria_Roma )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Uktub Your Ro'yi Here...