Oleh: Abdurrahman
Manusia itu memang
sangat lemah, buktinya ia mudah sekali tergoda dengan sesuatu yang seolah-olah
menyenangkan padahal ujungnya adalah kesedihan berkepanjangan. Jika kesedihan
tersebut tampak dengan mata kepala tentu manusia tidak akan mau melakukannya,
sering sekali kesedihan itu dalam bentuk rasa dan iman di dada. Maksud saya
adalah kesenangan yang berujung kesedihan itu tidak tampak oleh pandangan mata
biasa, ia hanya bisa dilihat dengan mata hati dan fitrah insani.
Saya tidak mau
menyalahkan Iblis, setan dan seluruh pengikutnya yang selalu menggoda manusia,
karena mereka sudah salah kenapa harus kita salahkan. Bukankah tugas manusia
memang mengajak manusia menuju kesedihan berkepanjangan? Manusia-lah yang
seharusnya disalahkan karena tidak kuat menahan godaannya, padahal setan dan
balatentaranya itu lemah jika saja manusia kembali ke fitrahnya yaitu Islam
(tunduk patuh kepada syariatnya).
Manusia dalam melakukan
hal-hal yang “menyenangkan” dalam pandangan manusia padahal membawa sengsara, selalu
diawali dengan membuka pintu atau jalan menuju kesenangan itu. Bisa jadi
seseorang sudah menutup rapat-rapat pintu kemurkaan itu, namun sering sekali ia
lupa menguncinya. Sehingga yang terjadi adalah keinginan kembali untuk membuka
pintu fitnah itu, pintu fitnah yang mengantarkannya kepada kesenangan
sementara, padahal akibatnya kesengsaraan selamanya baik dunia maupun di alam
sana.
Pintu fitnah itu memang
selalu menyenangkan bagi siapa saja yang melihatnya, ia seperti sebuah pintu
gerbang istana yang memesona setiap yang memandangnya. Hiasan pada pintu yang
dibuat oleh Iblis dan balatentaranya menjadikannya kemilau dan menkjubkan bagi
setiap manusia. Pintu itu akan terbuka bagi siapa saja yang tergoda memandang,
mendekati dan dengan perlahan memegang anak kuncinya. Setellah itu ia
membukanya, sadar ataupun tidak ketika ia telah memegang anak kunci dan
perlahan membukanya maka ia telah masuk ke dalam fitnah yang akan sangat sulit
baginya untuk kembali menutupnya.
Pintu fitnah itu kini
ada di mana-mana baik di dunia nyata ataupun di dunia maya, semuanya menawarkan
kesenangan yang “luar biasa”, padahal kesenangan itu hanyalah sementara
akhirnya adalah penyesalan kekecewaan dan kesengsaraan berkepanjangan. Bisa jadi
manusia akan berkilah “Ini bukan kesengsaraan, ini adalah relaksasi, eksplorasi
dan menikmati dunia ini” namun setiap hal yang membawa kemurkaan Ar-Rahman akan
ditentang oleh semua fitrh Insan. Tidak ada satu manusia-pun yang menyetujui
setiap perbuatan yang tidak sesuai dengan tabiat fitrah yang telah diciptakan
oleh Allah ta’ala. Tabiat fitrah itu adalah menjaga kesucian (‘Iffah) dan hidup
selaras dengan ketentuan Yang Maha Menciptakan.
Mungkin tulisan ini
terlalu naïf atau terlalu sok suci atau terlalu menggurui, sebaliknya tulisan
ini adalah motivasi bahwa ternyata ketika kita tergoda untuk membuka sebuah
pintu fitnah, maka segera berhamburan fitnah itu menimpa kita. Bukan hanya
kesengsaraan di dunia, namun adab di akhirat akan kita terima. Jika membuka
pintu fitnah saja sudah mendatangkan bencana, apalagi masuk dan bergelut dengan
fitnah? Akibatnya adalah hati yang semakin sakit dan akan mati jika tidak
segera diobati. Karena itu “Jangan Buka Pintu Fitnah Itu” agar hati ini
senantiasa kemilau dalam cahaya SyariahNya dan fitrahNya, dengan ini
mudah-mudahan kebahagiaan akan kita dapatkan baik di dunia ataupun setelah kita
meninggal dunia. Semoga…… Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...