Oleh: Abdurrahman
Satu di antara
tanda-tanda orang munafik adalah tidak menepati janji, tentu saja janji dalam
hal ini adalah kesepakatan yang dilakukan oleh seseorang dengan orang lain
tentang sesuatu. Namun jika janji tersebut ternyata diucapkan oleh diri sendiri
apakah ia juga harus ditepati? Tentu saja ini adalah janji, karena pada
hakekatnya janji tersebut bukanlah murni hanya dirinya sendiri yang mengetahui,
namuan jelas ada Allah Jalla wa ‘Ala yang menyaksikannya, ada pula para malaikat
yang mencatat setiap tindakan manusia, termasuk janji pada diri sendiri yang
terbersit dalam hati.
Janji terhadap diri
sendiri biasanya berkaitan dengan hal-hal yang bersifat pribadi, misalnya “Aku
janji tidak akan pergi ke tempat itu lagi”, atau “Aku janji tidak akan
melakukan perbuatan itu lagi” atau janji lainnya yang hanya diri sendiri dan
Ilahi yang mengetahuinya. Bisa jadi janji kepada diri sendiri adalah bukti
adanya iman di hati.
Mana Janjiku?
Pertanyaan ini memang harus Aku jawab sendiri. Tidak satu orang lainpun yang
mengetahui janji itu, hanya Aku dan Allah yang mengetahui hal itu. Janji itu
adalah ungkapan hati yang paling dalam, ia muncul dari kesadaran diri bahwa
ternyata sebagai insani Aku begitu tak berarti di hadapan Rabbul Izzati. Lebih
dari itu Aku adalah hamba yang selalu melanggar setiap titah Ilahi, janji itu
telah terpatri dalam hati dan akan selalu kutagih sebagai realisasi diri bukan
seorang yang munafik I’tiqadi.
Hari ini Aku menagih
janji itu lagi, ketika seseorang di seberang sana memberikan secercah pesona
dunia yang sudah lama tak lagi kurasa. Ia menjanjikan surga padahal jalan
menuju neraka Setelah itu ditambah lagi seorang yang “lugu” menyambung uluran
penuh kemurkaan, bisakah diri menahan semua itu?
Mana Janjiku? Aku
menagih janji itu, Astaghfirullah…. Sejenak
Aku memang lupa dengan janji itu tapi kini kembali suara itu merayu, “Hanya
hiburan saja, hidup itu perlu dinikmati” Astaghfirullah… Aku teringat dengan
ucapan shahabat Nabi yang mulia “Ya Rasulallah, Aku (Handzalah) telah menjadi
Munafik” dengan bijak Rasulullah menjawab “Ada apa denganmu wahai Handzalah?”
jawabannya seperti jawabanku hari ini, “Ketika Aku dekat dengan engkau imanku
naik dan Aku selalu berbuat kebajikan, sedangkan bila Aku jauh dari engkau imanku
turun dan kembali berbuat kemaksiatan”
Mana Janjiku? Ini
janjiku, akan aku pegang selalu, akan aku laksanakan selalu, akan aku
pertahankan selalu agar tidak ada seorangpun menganggapku sebagai seorang
munafik lebih dari itu aku tidak mau menghadap Rabbku sebagai seorang Munafiq,
aku malu di hadapan Al-‘Afwu…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...