Oleh:
Abdurrahman
Hidup ini
memang luar biasa menakjubkan, tidak ada yang bisa diprediksi apalagi jika
berkaitan dengan rezeki, jodoh dan ajal. Manusia hanya bisa memperkirakan dan
merencanakannya saja, kuasa Allah adalah di atas segalanya. Di antara keajaiban
hidup itu adalah berselangnya antara suka dan duka, antara sedih dan bahagia
seolah-olah semua itu adalah rahasiaNya, manusia hanya bisa menjalankan dan
berusaha serta berdo’a untuk menerimanya. Inilah kenapa dalam Islam kita diperintahkan
untuk senantiasa bertawakal dan menyerahkan seluruh kehidupan ini kepada Sang Pencipta,
karena bisa jadi antara suka dan duka itu hanya terpisah beberapa detik saja. Hari
ini kita berduka, bisa jadi esok bahagia akan menyapa. Sebaliknya hari ini kita
bersuka cita bisa jadi esoknya kita berduka nestapa. Bahkan bisa jadi dalam
satu hari antara suka dan duka itu datang bergiliran, jika tidak terjadi pada
diri satu orang maka itu bisa terjadi di suatu tempat dan di suatu masa.
Kampung Naga
pada 04 Mei 2013 mengalami hal tersebut, kebetulan saya yang sedang melakukan
penelitian di sana menyaksikan dua kondisi yang sangat kontras antara suka dan
duka atau sebaliknya antara duka dan suka. Duka terjadi ketika pada pagi hari
tepat pukul 08.00 seorang warga Sa-naga bernama Tuti meninggal dunia, saya yang
sempat berta’ziyah menyaksikan bagaimana keluarganya menangis tersedu-sedu. Suami
dari almarhum sendiri tampak tertunduk dengan bedan lemas demikian juga anggota
keluarga lainnya. Suasana benar-benar mengharu-biru suara tangisan dan isakan
terdengar keras mengiringi pembacaan Yasiin oleh para hadirin yang melayat. Hingga
simandikan, dishalatkan dan dikuburkan suasana berduka benar-benar sangat
terasa, ketika acara pemakaman selesai suami dari almarhum seperti tidak
memiliki tenaga untuk melangkah sehingga beberapa dari keluarganya memapahnya
untuk naik ke motor.
Pada siang dan
sore harinya suasana sebaliknya terjadi di rumah Bapak Nasa, warga Kampung Naga
yang sedang melaksanakan hajat menikahkan anaknya yang pertama. Suasana suka
terlihat dengan dipasangnya tenda di rumah. Sudah sejak sepekan yang lalu
ibu-ibu kampung Naga sibuk memasak untuk dijadikan “hadiah” bagi para tetangga
yang datang memberikan hadiah pernikahan. Suara alunan “degung” dan music pop
sunda menambah cuka cita pesta pernikahan ini. Kebahagiaan tentu saja berpusat
pada kedua mempelai yang melaksanakan akad nikah pada esok harinya di masjid
Kampung Naga. Saya sempat berbincang dengan pengantin wanita dan prianya,
mereka sama-sama menyatakan bahwa hari ini adalah hari yang dinanti-nanti
karena sudah dipersiapkan sejak beberapa bulan yang lalu.
Itulah kehidupan,
bisa jadi saat inikita berduka karena adanya ujian yang menimpa namun yakinlah
bahwa suka cita akan menyapa ketika kita yakin dengan kuasaNya. Setiap duka
yang melanda kita sejatinya adalah suka yang ditunda untuk kebahagiaan kita di
akhirat sana. Sangat menakjubkan bukan sikap hidup seorang muslim “Apabila ia
tertimpa musibah maka ia bersabar, apabila diberikan kenikmatan maka ia
bersyukur” dan itu semua akan bisa kita lakukan ketika keimanan it uterus ditingkatkan….
Wallahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...