Sabtu, 06 Juni 2015

Pembelajaran Menembus Ruang


Abdurrahman Misno, S.H.I.


I.      Abstrak
Proses pembelajaran bagi siswa di tingkat SMP adalah sesuatu yang begitu menantang, menantang karena usia mereka yang berada pada titik transisi perubahan dari anak-anak menuju dewasa. Tantangan ini memerlukan adanya berbagai aspek professional dari seorang guru. Di antara aspek profesional tersebut adalah adanya kemampuan untuk menyajikan materi pelajaran dengan kreatif dan menyenangkan, namun juga tidak keluar dari materi pembahasan. Dari sinilah diperlukan adanya sebuah metode pembelajaran yang dapat menggairahkan minat belajar siswa.
Di antara metode yang saya praktekkan di ruang kelas adalah mengajak mereka masuk ke dalam materi dengan berimaginasi. Mata pelajaran IPS yang sering kali membuat siswa mengantuk saya kemas dengan berbagai metode. Metode yang saya gunakan adalah kolaborasi dari beberapa metode belajar yang telah ada sebelumnya. Teaching Mix (Bauran Pengajaran) ini menghasilkan sebuah metode yang khas dan membuat siswa saya menikmati mata pelajaran ini.
Maka tidak mengherankan jika pelajaran IPS menjadi mata pelajaran favorit siswa, apalagi mata pelajaran ini tidak banyak membutuhkan kerja otak dan logika. Inilah kelebihan pelajaran IPS. Nilai lebih lainnya, mereka lebih dapat mengendalikan perasaan dan emosi. Di sini kita masuk pada pendidikan EQ (Emotional Question), terutama ketika pembahasan tentang Sosiologi dan Geografi (termasuk Anthropologi).
Pada mata pelajaran Ekonomi kita ajak mereka mengeksploitasi kemampuan mereka mendeteksi berbagai kegiatan ekonomi di sekitanya. Hasilnya mereka semakin terpacu untuk mengetahui tentang kegiatan ekonomi yang ada dan mereka saksikan sendiri.
Sejarah sebagai bagian dari mata pelajaran IPS terpadu adalah mata pelajaran yang sangat disukai oleh siswa saya. Siswa-siswa paling bersemangat untuk mengikuti pembelajaran ini, apalagi jika diadakan semacam studi tour saya menyebutnya Learning by Exploring. Kebetulan sekolah kami dekat dengan beberapa situs bersejarah seperti Batu Tulis dan sekali waktu ke Banten Lama.
Namun karena dana yang kurang sering kali kegiatan tersebut diganti dengan melihatnya hanya lewat layar kaca (Video). Beberapa software sebenarnya cukup membantu, namun memerlukan adanya komputer untuk tiap siswa, sehingga cukup merepotkan dan tidak dianjurkan.  
II.    Pendahuluan
Pendidikan adalah investasi yang tidak diragukan lagi urgensinya. Ia laksana sebuah rel kereta api yang akan mengantarkan gerbong kereta ke tujuan. Rel kereta api yang tidak sempurna seringkali membuat laju kereta api tersendat, sehingga diperlukan adanya rel kereta api yang sempurna atau minimal mendekati sempurna.
Kesempurnaan rel kereta api tidak mungkin akan terwujud tanpa adanya komponen-komponen rel dari bahan besi dan baja yang kuat, selain itu cara merangkai dan menyusunnya juga memiliki peranan penting. Dengan komponen-komponen pilihan tersebut diharapkan laju gerbong kereta api akan lancar.
Proses pendidikan kurang lebih sama dengan rel kereta tersebut. Jika system pendidikan tidak sempurna maka tujuan dari pendidikan tidak akan tercapai. System pendidikan sendiri terdiri dari unsur-unsur yang saling terkait, di antaranya adalah guru, metode mengajar dan media pembelajaran. Unsur guru dan metode mengajar menjadi inti dalam proses KBM. Bagaimana seorang guru mempunyai kompetensi sebagai penunjang bagi suksesnya pendidikan. Kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Keempat kompetensi ini harus ada pada seorang guru sehingga proses KBM akan berjalan sesuai yang diharapkan.
Metode penyampaian materi dalam pembelajaran memiliki saham dalam mencapai tujuan pendidikan, ia akan sangat berdampak kepada terserapnya materi oleh siswa. Perkembangan paling mutakhir menunjukan banyak sekali metode-metode yang digunakan dan dikembangkan oleh para guru dan praktisi pendidikan sebagai terobosan menuju pembelajran yang menyenangkan. Banyaknya metode-metode mengajar tersebut memudahkan guru untuk mampu meramunya menjadi sebuah metode mengajar yang khas tersendiri.
Siswa sebagai komponen dari system pendidikan juga tidak bisa diabaikan. Karakteristik, sifat dan kondisi sosial budayanya harus menjadi pertimbangan dalam proses KBM. Karena pengetahuan tentang siswa akan turut mempengaruhi berhasil tidaknya proses KBM. Siswa dengan karakteristiknya yang beraneka ragam mengharuskan setiap guru untuk mengekspresikan dan meramu metode pengajarannya. Di antara ragam siswa tersebut adalah anak yatim yang tinggal di asrama (boarding school). Ada anggapan di masyarakat bahwa mendidik (mengajar) anak yatim lebih sulit dari mengajar anak biasa (non yatim). Benarkah anggapan demikian ?
Karya tulis ini mencoba untuk mengangkat masalah ini dengan pendekatan eksplorasi dan experience (pengalaman) lapangan. Manfaat dari makalah ini diharapkan dapat membantu rekan-rekan guru yang merasa kesulitan mengajar anak yatim, terutama anak yatim yang tinggal di asrama (boarding school).
Metode yang saya terapkan adalah "Pembelajaran Menembus Ruang" yang telah dipraktekkan di depan siswa-siswa yatim pada Mts Ibnu Taimiyah yang merupakan salah satu strata pendidikan di Ibnu Taimiyah Islamic Boarding School for Orphan di Bogor.   
III.   Metodologi
Metode yang digunakan dalam karya tulis ini adalah field research sekaligus experience research. Langkah-langkah yang digunakan di dalamnya meliputi :
  1. Meneliti inti permasalahan
  2. Merumuskan beberapa alternatif pemecahan
  3. Mempraktekkan metode pembelajaran di kelas
  4. Mengevaluasi program
Penelitian ini dilaksanakan di Mts Ibnu Taimiyah Pesantren Yatim Ibnu Taimiyah Bogor, selama kurang lebih satu tahun. Metode ini telah dipraktekkan dua semester dengan hasil yang memuaskan, baik dari ukuran nominal nilai ataupun partisipasi siswa.
Selain itu, metode ini telah mampu mengubah persepsi siswa bahwa pelajaran IPS itu adalah mata pelajaran yang kontekstual dan sebuah sarana untuk mempelajari setiap aktifitas manusia di sekitar kita, dari mulai pra sejarah hingga manusia modern dengan segala kemajuan tekhnologinya.
IV.  Isi/Pembahasan
Proses pembelajaran sebagaimana berlangsung selama ini dengan cara konvensional yaitu dengan metode siswa menulis di buku atau guru memberikan ceramah. Menulis di buku dan mendengarkan ceramah guru adalah suatu kegiatan yang sangat monoton dan tidak disukai oleh siswa. Ini terbukti dari wawancara dengan siswa di lingkungan kami.
Menulis biasanya sebatas melaksanakan tugas guru, setelah itu mereka enggan untuk mengulang kembali membaca tulis tersebut di lain waktu. Apalagi kalau tulisan siswa tidak menarik dan susah dibaca. Sementara mendengarkan ceramah membuat mengantuk karena komuniaksi berjalan hanya satu arah. Apalagi metode ceramah yang digunakan adalah metode ceramah lurus tanpa "nada sela".
Dari sini proses KBM tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan, metode menulis dan ceramah sepertinya sudah tidak efektif lagi, karena itu diperlukan adanya metode pembelajaran baru yang dapat membangkitkan minat belajar siswa.  
1.    Meneliti inti permasalahan.
Permasalahan yang cukup rumit ketika harus mengidentifikasi sebuah permasalahan pada sebuah proses belajar-mengajar. Hal ini mengingat bahwa proses ini melibatkan banyak komponen, dari siswa, guru, metode dan media pembelajran. Namun permasalahan-permasalahan tersebut walaupun tidak begitu jelas, dapat dilihat dari berbagai indikasi yang ada, berikut ini adalah beberapa indikasi yang terlihat nyata ketika KBM berlangsung :
  1. Sikap para siswa yang tidak bersemangat untuk belajar.
  2. Suasana di kelas yang terlihat membosankan
  3. Siswa seperti robot yang dipaksa untuk belajar
  4. Sebagian siswa mengantuk ketika berlangsung KBM
  5. Sebagian siswa ngobrol dengan temannya ketika KBM berlangsung
  6. Nilai ulangan yang tidak memuaskan dan tidak mencapai standar kelululusan
  7. Metode mengajar guru yang masih monoton.
  8. Dan lain-lain
Semua indikasi tersebut menunjukan bahwa proses KBM yang tengah berlangsung mengalami ketidakberesan atau ada trouble yang tengah terjadi. Sehinggga dari indikasi tersebut kita dapat merumuskan permasalahan yang ada, berikut ini adalah permasalahan yang ada dalam proses KBM :  
  1. Minat siswa yang kurang terhadap pelajaran
  2. Suasana yang "mati suri" di ruang kelas.
  3. Metode penyampaian materi yang monoton.
Permasalahan-permasalahan tersebut haruslah dicarikan jalan keluar agar tercipta sebuah KBM yang dapat menghidupkan suasana kelas dan berefek pada pembelajaran yang menyenangkan. Barangkali bisa dirumuskan bahwa permasalahan inti yang dapat digali adalah bagaimana metode penyampaian materi dirubah atau dikombinasikan sehingga bisa mengaktifkan seluruh komponen kelas.         
2.    Merumuskan alternatif pemecahan
Beberapa alternatif yang dapat dilakukan untuk menghidupkan kembali suasana kelas adalah dengan merubah paradigma seluruh komponen kelas bahwa belajar adalah proses untuk mendapatkan sesuatu yang baru, sehingga proses ini haruslah menyenangkan dan membangkitkan minat siswa untuk terus-menerus belajar. Secara umum ada beberapa alternatif pemecahan masalah yang dapat kita laksanakan :  
  1. Mengganti guru mata pelajaran
  2. Mengganti metode pembelajaran
  3. Mendisiplinkan siswa di kelas
Jalan keluar pertama akan sangat merepotkan karena tidak menjawab permasalahan utama. Mengganti guru bisa saja dilakukan, tapi harus ada kesepakatan dengan guru tersebut, jangan sampai merasa di singkirkan. Karena bisa saja guru tersebut tetap mengajar dengan metode baru, tentunya sebelumnya diberikan pelatihan atau training tentang metode ini.   
Alternatif kedua sepertinya lebih cerdas karena bisa jadi dengan mengubah metode belajar / pembelajaran, siswa juga juga akan terkondisikan. Dan proses KBM ini tidak menjadi beban bagi guru, bahkan bisa jadi guru akan turu merasakan dan menikmati proses ini. Metode yang kami kembangkan adalah Metode "Pembelajaran Menembus Ruang"
Alternatif ketiga cukup efektif hanya saja hal ini akan mengakibatkan siswa tertekan dengan adanya unsur pemaksaan manakala pembelajaran berlangsung, padahal dalam proses KBM idealnya seorang siswa merasa enjoy dengan belajarnya. Jika pendisiplinan siswa dilakuakn secara ketat tentu akan membuat siswa tidak bisa menikmati pembelajaran, efeknya adalah materi tidak terserap secara optimal. 
Alternatif kedua menjadi keputusan akhir dengan beberapa pertimbangan, diantaranya :
a. Tidak merubah proses KBM, walaupun gurunya berganti.
b. Siswa merasa nyaman dalam proses KBM
c. Guru lama dapat ditraining dengan metode ini.
d. Metode ini cukup mudah dilaksanakan.
Dengan ditetapkannya satu solusi diharapkan akan dapat menjawab semua permasalahan yang ada. Sehingga tujuan dari pendidikan dapat terlaksana.  
3.    Mempraktekkan metode di kelas
Ketika pertama kali mengajar saya berfikir dan membuat penelitian kecil-kecilan pada siswa Ibnu Taimiyah, pertanyaan saya sederhana saja "Kalian senangnya belajar, seperti apa?" Mereka sebagian besar menjawab : "Saya inginnya cerita", "Saya inginnya jangan banyak menulis", "Saya inginnya tidak tegang", "Saya inginnya belajar santai tapi serius".
Setelah mengumpulkan jawaban–jawaban dari beberapa sampel, saya menerapkan metode bercerita, kebetulan mata pelajaran spesialis saya adalah IPS. Hasilnya cukup mencengangkan, hampir sebagian besar bahkan semua siswa begitu antusias.mendengarkan materi pelajaran yang saya buat semacam cerita. Saya begitu puas melihat mata –mata mungil itu terpana ke arah saya. Kebetulan waktu itu saya sedang menceritakan tantang pelajaran geografi, pada bab bentuk muka bumi.
Pertemuan berikutnya saya pegang mata pelajaran sejarah dengan metode yang sama saya sampaikan materi mengenai jalur perdagangan kuno pada sub bab jalur sutra. Ternyata mereka sangat antusias. Saya puas ketika mata-mata mungil itu menatap saya penuh arti. "Nganga" itu ungkapan saya untuk mendeskripsikan keadaan mereka, bukan dalam arti mulut mereka terbuka tapi kondisi mereka yang terpana seperti terkena sihir cerita saya.
Namun setelah beberapa waktu berjalan dan saya melakukan evaluasi, ada sedikit kekurangan di mana materi yang seharusnya selesai dalam satu semester ternyata tidak memadai, sehingga saya memerlukan tambahan waktu untuk memperbanyak jam belajar, walaupun sebenarnya ada faktor lainnya yaitu jam perminggu yang memang kurang, namun sebagai sebuah evaluasi sepertinya cukup untuk awal menuju metode yang lebih baik.
Tahun ajaran baru tepatnya tahun ajaran  2007-2008 metode cerita saya geser ke arah yang lebih menekankan materi, sehingga dalam beberapa bulan ke depan materi dan cerita saya ramu sekaligus, ditambah beberapa metode belajar semisal :
  • Accelerated learning  (Lozanov)
  • Multiple intelligence (Gardner)
  • Neurolinguistic programming (Grinder & Bandler)
  • Experiential learning  (Hahn)
  • Cooperative learning (Johnson & Johnson)
  • Modality preference, brain dominance (Anthony Gregorc
Materi IQ, EQ dan ESQ juga semakin ditekankan ke dalam metode saya, sehingga diharapkan akan mampu mengumpulkan seluruh metode yang ada dengan ciri khas lingkungan sosial budaya pada sekolah saya.
Metode mind mapping yang sangat popular saat ini menjadi bagian dari metode saya, hanya saja, porsinya tidak banyak. Keberhasilan metode ini sepertinya tidak terlalu cocok dengan social budaya di sekolah saya sehingga tidak begitu berpengaruh dengan metode saya.   
Gambar 01. Mind mapping memanfaatkan kedua belahan otak

Dalam pandangan saya teori mengenai belahan otak kiri dan belahan otak kanan, belum sempurna untuk diaplikasikan kepada siswa tempat saya, mereka lebih senang sesuaytu yang membawa kepada pengalaman baru dan sesuatu yang menakjubkan. Walaupun begitu tetap saja sebagiannya saya ambil sebagai pengaya matode saya.

KIRI
Teratur/
Menunggu
 
KANAN
Bebas/
Spontan
 
Gambar 02. Roger Sperry menemukan dua belahan otak manusia yang cara bekerjanya sangat berbeda. Otak kiri “otak logis” (suka mengoreksi) dan otak kanan “otak imajinatif” (suka mengacak). Sumber: Taufiq Pasiak, Revolusi IQ/EQ/SQ
Baik metode mind mapping atau yang lainnya pada intinya adalah mengajak para guru agar dalam mendidik siswa seimbang dengan menggunakan dua belahan otak, yaitu belahan otak kiri dan belahan otak kanan.
Bauran pengajaran (teaching mix) ini saya sebut sebagai metode "Pembelajaran Menembus Ruang", metode ini adalah gabungan dari beberapa metode yang saat ini berkembang plus penyesuaian dengan situasi dan kondisi khas siswa saya. Kebetulan siswa yang saya hadapi adalah anak-anak yatim, sehingga diperlukan tenaga dan kecerdasan ekstra.
Metode ini sangat mudah dipraktekkan, semua guru bisa mempraktekannya. Yang diperlukan adalah kreatifitas guru dan pendekatan guru terhadap siswa, teori menarik pengetahuan guru ke arah pengetahuan siswa saya gunakan di sini yaitu minat apa saja yang siswa inginkan.
Gambar 03. Hubungan ideal proses KBM
Sebagai contoh misalnya di tempat saya siswa sangat senang dengan kisah-kisah misteri (kismis). Maka saya akan memberikan sebuah prolog tentang misteri bahannya saya ambil dari dari buku, majalah, koran atau film-film terbaru, setelah mereka terpancing kita korelasikan dengan materi yang akan kita ajarkan, dari sini kita mendapatkan satu poin yaitu "Kesan pertama harus membangkitkan minat siswa".
Selanjutnya kita masuk ke materi dengan tetap menyambungkan dengan cerita awal, dari sini guru dituntut untuk pandai mengkorelasikan antara satu materi dengan sambungan cerita awal, kalaupun cerita awal sudah habis maka dapat kita hubungkan dengan cerita lainnya asalkan dengan tema yang serupa.
Sebagai contoh, sewaktu saya mengajarkan mata pelajaran geografi tentang pengenalan peta saya awali dengan kisah misteri Segitiga Bermuda, siswa langsung tertarik dan menajamkan pandangannya ke arah saya. Dengan ini kita telah dapat menarik minat siswa. Dan jaga terus perhatian itu agar kita dapat menarik perhatiannya, inilah poin kedua yaitu "Ambil "hati" siswa".
Jika kita telah mendapatkan "hati"nya berarti kita telah mendapatkan 50% sukses dalam mengajar, selanjutnya kita harus bisa menjaga perhatian siswa tersebut. Ini yang cukup sulit. Bagaimanapun bagusnya sebuah metode pembelajaran, akan kewalahan untuk menjaga agar siswa tetap fokus terhadap materi kita, apalagi jika jumlah siswa dalam ruangan kelas lebih dari 20 siswa maka akan sulit untuk mengendalikannya. Namun jika kurang dari itu akan lebih mudah. Alternatif yang saya lakukan adalah melibatkan mereka dalam cerita. Iniilah inti dari metode pembelajaran menembus ruang, yaitu mengajak siswa untuk berimajinasi tentang materi yang sedang dibahas.
Sebagai contoh ketika saya mengajar sejarah pada sub bab "Masuknya Islam Ke Indonesia" maka saya katakan kepada siswa "Anak-anak, sekarang kita akan menembus ruang dan waktu menuju abad ke-VII Masehi, di mana banyak terdapat perkampungan-perkampungan orang Islam di pesisir-pesisir pantai, bayangkan kalian saat ini berada dalam lingkungan tersebut" intonasi kita haruslah membawa siswa kepada imajinasi tersebut, optimalkan seluruh panca indra siswa. Dari mulai kulit, mata, telinga, hidung dan lidah. hal yang sangat menentukan dalam metode ini adalah penguasaan materi oleh guru.
Point ketiga "Penguasaan materi oleh guru secara total". Penguasaan ini agar cerita mengalir dengan lancar dan tidak tersendat-sendat atau tidak bersambung dengan materi kita. Jadi antara cerita dengan materi pelajaran harus selaras.
Pengembangan dari metode ini akan sangat menakjubkan, dan saya yakin ini adalah sebuah revolusi pembelajaran "Revolusi Pembelajaran Menembus Ruang"  metode ini membangkitkan imajinasi siswa tentang materi yang kita ajarkan. Dalam beberapa kesempatan metode ini sebenarnya merujuk kepada keluarnya fikiran kita dari ruang kelas dan dikombinasikan dengan keluarnya proses pembelajaran di luar ruangan. Hanya saja dalam prakteknya tidak mungkin ke luar uruangan setiap hari, maka alternatifnya adalah "Memindahkan" berbagai isi alam raya ke ruang kelas. Inilah cara paling murah dan mudah.
Implementasinya saya membawa beberapa buku-buku yang berhubungan dengan materi, benda-benda yang berkaitan dengan materi seperti keris, badik dan lain-lain. Dalam eksplorasi yang saya lakukan kita bisa membawa atribut-atribut yang sesuai dengan materi kita misalnya kita memakai pakaian manusia zaman dahulu, menggunakan ikat kepala atau tutup kepala suku tertentu dan cara-cara lainnya.
Pengembangan ke depan saya ingin "menghadirkan" Borobudur, Tembok Besar China, Tajmahal, Pegunungan Himalaya, Soekarno, gandi, Nielsen Mandela dan yang lainnya.
Gambar 04. Menghadirkan kenampakan alam di kelas
Dalam pembelajaran Sosiologi saya akan "menghadirkan" kelompok band Slank, Dewa, Peterpan dan yang lainnya ke dalam kelas saya.
Dalam kenyataannya memang sangat sulit, sehingga saya akan menghadirkannya dalam bentuk layar kaca di ruangan kelas. Ini adalah "Pembelajaran Menembus Ruang" semua akan menikmati pembelajaran ini.
Mungkin ada yang berkomentar "Kenapa hal tersebut dilakukan?" saya akan menjawab bahwa inilah pembelajran, proses belajar mengajar yang sesuai dengan kontek dan melibatkan seluruh panca indra siswa.
Gambar 05. Optimalisasi dalam proses KBM adalah keharusan 
Metode ini akan terus dikembangkan hingga menjadi sebuah revolusi pembelajaran dalam bentuk hadirnya LCD layar lebar dalam kelas yang mengganttikan papan tulis, lengkap dengan tekhnologi touch screennya yang akan menemani saya dan murid-murid saya dalam menjelaskan dan mengeksplorasi pelajaran IPS. Ketika kita berbicara tentang revolusi Perancis maka tinggal menekan tombol dan akan tampil film dokumenter tentang revolusi tersebut. Ketika saya ingin menjelaskan tentang keajaiban-keajaiban dunia dengan satu kali sentuhan semuanya terpampang di depan siswa. Sebuah revolusi pembelajaran bukan ?
Kembali ke metode "pembelajaran Menembus Ruang" bahwasanya metode ini menggunakan kombinasi pembelajaran di luar ruang kelas. Dalam agenda mengajar saya selalu terselip jadwal untuk ke luar ruangan kelas dan belajar di tempat yang sesuai dengan materi pelajaran, walaupun karena tidak adanya dana proses pembelajaran hanya dilakukan di bukit di sebelah sekolahan.



Gambar 05. Proses belajar merasakan langsung
Sebagai contoh dalam pelajaran Ekonomi saya mengajak siswa untuk datang ke pasar, para siswa dibiarkan memperhatikan dan menganalisa aktifitas apa saja yang terjadi di pasar. Hal ini sangat menarik minat siswa untuk belajar ekonomi, belum lagi kalau kita ajak ke Bursa Efek Indonesia misalnya pengetahuan mereka akan bertambah dengan menggunakan panca indra mereka.
Hal ini saya lakukan pula pada proses pembelajaran Sosiologi, ketika membahas sub bab tentang Pranata Sosial, saya ajak siswa untuk mengunjungi Penjara terdekat. Dari sini mereka akan belajar secara langsung bagaimana kehidupan di penjara. Atau bisa juga mengajak mereka ke lampu merah di mana banyak terdapat pengamen, pengemis dan gelandangan lainnya. Inilah poin keempat "Optimalkan seluruh panca indra siswa".
Penelitian yang dilakukan oleh Vernon A. Magnesen, 1983 menunjukan bahwa Efektivitas  belajar terbagi menjadi beberapa tingkatan : 
          10%     dari bacaan
          20%     dari pendengaran
          30%     dari pengamatan
          50%     dari pengamatan dan pendengaran
          70%     dari apa yang kita katakan
          90%     dari yang kita katakan dan lakukan
Hasil tersebut menunjukan bahwa siswa dengan metode pembelajaran melalui pengamatan dan mengoptimalkan panca indra akan lebih mudah menyerap pelajaran dibadningkan hanya dengan metode menulis atau mendengarkan ceramah.
4.    Mengevaluasi program
Setelah berjalan satu semester dan dilaksanakn ujian akhir semeter ternyata pencapaian nilai siwa yang menerapkan metode ini cukup bagus, hal ini terlihat dari nilai rata-rata kelas yang mencapai 80. namun yang lebih penting dari semua itu adalah bahwa mereka sangat menikmati proses pembelajaran yang terjadi di kelas, akhirnya sampai pada tujuan pembelajaran yaitu "Siswa paham dan  mengerti materi yang kita ajarkan" inilah tujuan dari pembelajaran. Sebagaimana disebutkan dalam hukum positif "Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa".  Sebagai bentuk evaluasi maka pada setiap akhir pembelajaran saya membuat semacam survey bagi siswa, terutama berkaitan dengan metode yang saya gunakan, selain itu juga ada usul-usul sebagai perbaikan bagi pengemabnagan metode-metode di masa yang akan datang, hal ini agar proses KBM bisa terus ditingkatkan kualitasnya.
Hasil survey pada semester ganjil menunjukan bahwa minat siswa terhadap mata pelajaran IPS cukup tinggi, terbukti dengan wawancara yang saya lakukan langsung dengan mereka, serta qutioner yang saya berikan kepada mereka.      
V.    Kesimpulan
Metode "Pembelajaran menembus Ruang" adalah sebuah Teaching Mix (Bauran Pembelajaran) yang saya praktekan di ruang-ruang kelas, metode ini mengabungkan seluruh potensi yang ada pada saya. Beberapa langkah yang dapat kita lakukan dalam menggunakan metode ini adalah :
  1. Kesan pertama harus membangkitkan minat siswa
  2. Ambil "hati" siswa
  3. Penguasaan materi oleh guru secara total
  4. Optimalkan seluruh panca indra siswa
  5. Siswa paham dan  mengerti materi yang kita ajarkan.
Langkah-langkah tersebut sebagai pedoman bagi guru untuk menggunakan metode ini. Adapun kesimpulan yang bisa kita ambil dari keseluruhan pembahasan adalah :
  1. Hendaknya seorang guru harus mampu untuk mengeksplorasi kemampuan siswa.
  2. Metode menulis bagi siswa dan ceramah oleh guru dirasa sudah tidak efektif lagi.
  3. Diperlukan adanya metode pengajaran yang berfokus kepada siswa (Student learning centre( yaitu pembelajaran yang ditekankan kepada siswa sebagai pusat pembelajaran.
  4. Tidak semua metode pengajaran dapat diterapkan pada semua tempat, factor lingkungan social budaya mempunyai pengaruh terhadap proses pembelajaran ini.
  5. Metode Menembus Ruang adalah sebuah metode yang memberikan inspirasi kepada siswa untuk memasukan jiwanya ke dalam proses KBM dalam bentuk imaginasi mengenai tema yang diajarkan.  

VI.  Daftar Pustaka

Hernowo, Menjadi Guru yang mau dan mampu mengajar secara kreatif, MLC : Bandung, 2006.
Bobbi Deporter dkk, Quantum Teaching : Mempraktikakan quantum learning di ruang-ruang kelas, Kaifa : Bandung, 2007.
DR. Abdul Aziz Abdul Majid, Mendidik dengan Cerita, PT. Remaja Rosda Karya : Bandung, 2002.
Abuddin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Penerbit Angkasa : Bandung, 2003.
Muzayyin Arifin, Kapita Selekta Pendidikan islam, Bumi Aksara : Jakarta, 2003.
Undang-undang Guru dan Dosen, Departemen Pendidikan Nasional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Uktub Your Ro'yi Here...