Imam Al-Haramain Al-Juwaini merupakan
salah seorang Guru Imam Al-Ghazali dan Imam Al-Qusyairi, terutama ketika mereka
masih kuliah di Universitas Nizamiyah, Baghdad, perguruan tinggi yang saat itu
sangat terkenal karena melahirkan sejumlah Ulama besar. Imam Al-Haramain
Al-Juwaini memang tidak terkenal sebagai Sufi, tapi beliau mampu memberikan
inspirasi bagi anak didiknya untuk menjadi sufi. Beliau juga dikenal sebagai
pengarang yang produktif. Kitab-kitabnya dikaji oleh kaum muslimin di seluruh
dunia, menjadi rujukan wajib bagi mereka yang mendalami agama.
Imam Al-Haramain Al-Juwaini juga seorang
Fuqaha yang masyhur. Nama aslinya Abu Ma'ali Abdul Malik bin Abdullah bin Yusuf
bin Muhammad bin Haywih As-Sinsibi Al-Juwaini. Beliau lahir di Bustanikan.
Nishabur, Persia ( Iran ) pada tahun 419 H / 1028 M dan wafat pada tahun 478 H
/ 1085 M. teolog kaum Suni yang sangat menguasai mazhab Syafi'i ini juga di
kenal sebagai Imam Al-Haramain, yaitu Imam dua masjid suci : Masjidilharam di
Mekah dan masjid Nabawi di Madinah.
Seperti layaknya ulama besar, masa
kecilnya sangat ketat dalam pendidikan agama; dan seperti biasa beliau juga
mendapat bimbingan langsung dari ayahandanya. Setelah dewasa beliau berguru
kepada beberapa ulama, diantaranya Abu Al-Qasim iskaf Al-Asfarani dalam ilmu
fiqih dan ushul fiqih. Kemudian beliau memperdalam bahasa arab kepada Abu
Abdillah Al-Bukhari dan Abu Al-Hasan Ali bin Fadhal bin Ali Al-Majassy'i ,
beliau juga belajar ilmu hadits kepada sejumlah ulama seperti Abu Sa'ad bin
Malik, Abi Hasan Muhammad bin Ahmad Al-Muzakki, Abu Sa'ad bin Nadraw, Manshur
bin Ramisyi, Abu Bakar Ahmad bin Muhammad bin Al-Haris Al-Ashabani Al-Tamimi
dan Abu Sa'ad bin Hamdan Al-Naishabur.
Seperti lazimnya para santri kala itu,
beliau juga menjelajah beberapa kota untuk menuntut ilmu. Berulang kali beliau
mengunjungi Baghdad ( Irak ) dan Isfahan ( Persia ), kemudian ke Hijaz ( Arab
Saudi ) dan tinggal di Mekah dan Madinah selama enam tahun sebagai ulama yang
bertanggung jawab atas fatwa dan Imam Al-Haramain.
Belakangan beliau pulang kampong ke
Naishabur dan mengajar. Tak berapa lama kemudian beliau diminta oleh Perdana
menteri Nizam Al-Mulk untuk mengajar di Madrasah Tinggi Nizamiyah di Baghdad.
Di madrasah inilah beliau melewatkan hari-harinya untuk mengajar sampai di akhir
hayatnya. Selama mengajar, beliau punya murid cukup banyak.
Beberapa di antaranya di belakang hari
tampil sebagai ulama besar, seperti Imam Abu Hamid Al-Ghazali, Abu Muzafar
Ahmad bin Muhammad Al-Khawafi, Abu Al-Hasan Syams Al-Islam, Ali bin Muhammad bin
Ali Ilkiya Al-Harasyi, Abu Nasr Abdurrahim bin Abdul Karim Al-Qusyairi, Abu
Fath Nasr bin Ibrahim Al-Maqdisi dan Abu Sa'ad bin Ismail bin Abi Shalih
Al-Kirmani.
Sebagai Ulama Fuqaha, beliau menulis
beberapa kitab yang khusus membahas ilmu fiqih dan ushul fiqih. Dan sebagai
pakar ilmu kalam atau teologi, Imam Juwaini dikenal dengan pendapat-pendapatnya
yang cukup moderat, meski ada saja pendapatnya yang bertentangan dengan Syekh
Abu Hasan Al-Asy'ari, salah seorang ulama suni yang paling kesohor. Sedangkan
dalam ilmu fiqih, juga ada pendapatnya yang kurang sejalan dengan Imam Syafi'i,
meskipun beliau sendiri adalah pakar dalam Mazhab Syafi'i.
Kitab-kitab karyanya masih dikaji di
pesantren hingga kini. Kitabnya yang terkenal di bidang Fiqih :
1.
Nihayah al-Mathlab
fi al-Fiqih
2.
Mughis al-Khulq
fi al-Tajrih al-Madzhab al-Syafi'i.
3.
Mukhtasar
al-Nihayah.
4.
Ghiyas al-Umam
al-Zulam
Dalam bidang ushul fiqih :
1.
Al-Burhan fi
al-Ushul al-Fiqih
2.
Al-Waraqah
3.
Al-Tuhfah
4.
Al-Asalib fi
al-Khilafah
5.
Al-Kafiyah
6.
Al-Durrah
al-Mudi'ah fi ma Waqa'ah min Khilaf baina al-Syafi'iyyah wal al-Hanafiyyah.
Di samping itu beliau juga membahas
persoalan ijtihad (usaha yang dilakukan para ahli agama untuk mencapai suatu
putusan hokum islam mengenai kasus penyelesaiannya belum tertera dalam Al-Qur'an
dan Sunah) dan Taqlid ( keyakinan pada suatu paham ahli hukum yang sudah-sudah
tanpa mengetahui dasarnya) dalam kitab Talkhis al-Taqrib.
Bukan hanya masalah agama, beragam
persoalan kemasyarakatan jiga dibahas oleh Imam Al-Juwaini dengan terperinci.
Dalam kitab Ghiyas al-Umam fi Iltiyaz al-Zulam, secara khusus ia membahas
persoalan politik dan pemerintahan. Tapi, kitab yang terpenting di antara semua
karyanya ialah Al-Burhan fi al-Ushul al-Fiqih, sebagai kitab standar dalam
studi Madzhab Syafi'i setelah kitab Mustamad fi al-Ushul al-Fiqih karya Abu
Husein bin Muhammad bin Ali Al-Basri dan kitab Al-Musttasfa min 'Ilm al-Ushul
karya Imam Ghazali.
Kitab Al-Burhan sangat istimewa, karena
merupakan salah satu tonggak terpenting dalam sejarah perkembangan ilmu Ushul
Fiqih. Kitab ini memuat berbagai pendapat ulama tentang pokok-pokok ilmu fiqih
yang hidup sebelum Imam Juwaini. Misalnya, mengenai pokok-pokok pikiran Imam
Abu Bakar Muhammad Al-Baqilani, Ulama Madzhab Maliki, dalam kitab Al-Irsyad wa
Taqrib, Ushul al-Kabir, Ushul Al-Shagir, Muqni fi al-Ushul al-Fiqh dan Masail
al-Usuliyah. Juga pendapat Ibnu Faruq dalam kitab Al-Majmu'ah, pendapat vAbdul
Jabar Al-Mutazil dalam kita Al-'Amad dan pendapat Abu Ali Al-Jubai dalam kitab
Al-Abwab.
Sumber : (Al-Kisah No.22 / Tahun II / 25
Oktober – 7 November 2004)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...