Oleh : Chintia Erwin
Nikmat
waktu adalah nikmat yang sangat besar, akan tetapi banyak orang yang
menyia-nyiakannya dengan menghabiskan untuk keperluan yang kurang penting atau
bahkan sia-sia. Berikut sekelumit potret kehidupan para ulama
dalam memaksimalkan waktu untuk amal-amal ketaatan.
Ibnu Mas’ud
Beliau salah seorang
sahabat yang mulia, beliau pernah berkata, “Aku belum pernah menyesali sesuatu
seperti halnya aku menyesali tenggelamnya matahari, dimana usiaku berkurang,
namun amal perbuatanku tidak juga bertambah”
Amir bin Abdi Qais
Beliau seorang tabi’in
yang zuhud. Ada seorang pria berkata kepadanya,
“Berbincang-bincanglah denganku”. Amir bin Abdi Qais menjawab, “Tahanlah
matahari” Artinya, “Cobalah hentikan perputaran matahari, jangan biarkan ia
berputar, baru aku akan berbincang-bincang denganmu. Karena sesungguhnya waktu
ini senantiasa merayap dan bergerak maju, dan setelah berlalu ia tak akan
kembali lagi. Maka kerugian akibat tak memanfaatkan waktu adalah jenis kerugian
yang tidak dapat diganti atau dicarikan kompensasinya. Karena setiap waktu
membutuhkan amal perbuatan sebagai isinya”
Hammad
bin Salam
Musa bin Isma’il At-Tabudzaki pernah
menuturkan, “Kalau aku mengatakan kepada kalian bahwa Hammad bin Salamah tak
pernah tertawa, niscaya aku tidak berdusta. Beliau itu memang orang yang
sangat sibuk. Kegiatannya hanya meriwayatkan hadits, membaca, bertasbih atau
shalat. Beliau membagi-bagi waktu siangnya hanya untuk itu saja”
Muridnya sendiri,
Abdurrahman bin Mahdi, pernah menuturkan, “Kalau ada orang yang berkata kepada
Hammad bin Salamah, “Engkau akan meninggal besok”, niscaya Beliau
tidak akan mampu lagi untuk menambah sedikitpun dalam amalnya”
Yunus bin Al-Mu’addab menegaskan, “Hammad bin
Salamah meninggal dunia saat beliau shalat. Semoga Allah melimpahkan rahmat
kepadanya.
Muhammad
bin Suhnun
Al-Maliki menuturkan, “Muhammad bin Suhnun
memiliki seorang sariyyah, budak wanita milik sendiri- yang bernama Ummu Mudam.
Suatu hari ia bertandang ke rumahnya. Saat itu beliau sibuk menulis buku di
malam hari. Datanglah saat santap malam. Budak itu meminta ijin masuk kamarnya,
“Saya sedang sibuk’, ujar Muhammad.
Karena terlalu lama menunggu, maka sang budak
menyuapkan makanan itu ke mulut Beliau sampai Beliau mengunyahnya. Hal itu
berlangsung lama, dan Beliau tetap dalam kondisi demikan, hingga datang waktu
shalat subuh.
“Maaf, aku sangat sibuk sehingga melupakanmu tadi malam wahai Ummu Mudam.Tolong
berikan makanan yang engkau tawarkan tadi malam!” Tuanku, demi Allah, aku sudah
menyuapkannya ke mulutmu”, ujar budak itu heran. “Lho, kok aku tidak
merasakannya?”, tanya Muhammad lebih heran lagi.
Ibnul
Khayyath An-Nahwi
Konon beliau belajar di sepanjang waktu,
hingga saat beliau sedang berada di jalanan. Sehingga terkadang beliau terjatuh
ke selokan atau tertabrak binatang.
Al-Hakim
Abu Abdillah bin Al-Hakim Asy-Syahid, putra
beliau menuturkan tentang Bapaknya, “Beliau adalah orang yang gemar berpuasa
Senin dan Kamis, dan tidak pernah meninggalkan shalat malam saat bepergian dan
saat tidak bepergian. Bila duduk, maka pena, buku dan tinta selalu berada
ditangannya. Beliau adalah menteri pembantu Sulthan. Ia bisa memberikan izin
bertemu Sulthan bila orang itu belum mendapatkan izin. Kemudian beliau sibuk
menyusun tulisan ilmiah. Bila sudah demikian, maka orang yang masuk menemuinya
pasti hanya berdiri saja. Hal itu dikeluhkan oleh Abul Abbas bin Hammuyah,
‘Kami biasa masuk menemui Beliau, tapi Beliau tidak menyapa kami sedikitpun.
Beliau hanya mengambil pena dengan tangannya
sendiri, dan membiarkan kami berdiri di pojok rumahnya’.”
Al-Hakim
Abu Abdillah Al-Hafizh
Penulis
Al-Mustadrak, menceritakan, “Aku pernah hadir pada pengajian malam saat
Al-Hakim Abul Fadhal mendiktekan hadits. Tiba-tiba masuk Abu Ali bin Abu Bakar
bin Al-Muzhaffa, seorang amir. Ia berdiri di dekat Beliau, namu Beliau tak
sedikitkpun bergeming dari tempatnya. Kemudian beliau memaksanya keluar dari
pintu depan., ‘Hai Amir, pergi saja, hari ini bukan giliran Anda!’”
Ibnul
Qayyim
Beliau berkata,”
Tahun adalah batang pohon, bulan-bulan adalah dahannya. Hari-hari adalah
ranting rantingnya. Jam-jam adalah daun-daunnya. Dan nafas nafas adalah buah
buahnya. Barangsiapa nafas-nafasnya untuk ketaatan, maka buah pohonnya adalah
baik. Dan barangsiapa nafas-nafasnya untuk kemaksiatan, maka buahnya adalah
hanzhal (buah terpahit). Musim panennya adalah hari pembalasan. Pada saat panen
itulah akan jelas mana buah yang manis dan mana buah yang pahit.”
Ibnu Baththol
Beliau mengatakan,
”Makna hadits ini adalah bahwa seseorang tidaklah dikatakan memiliki waktu
luang hingga badannya juga sehat. Barangsiapa yang
mendapatkan seperti ini, maka bersemangatlah agar tidak tertipu dengan lalai
dari bersyukur kepada Allah atas nikmat yang diberikan oleh-Nya. Di antara
bentuk syukur adalah melakukan ketaatan dan menjauhi larangan. Barangsiapa yang
luput dari syukur semacam ini, dialah yang tertipu.”
Ibnul
Jauzi
Dalam
kitab yang sama mengatakan, ”Terkadang manusia berada dalam kondisi sehat,
namun dia tidak memiliki waktu luang karena sibuk dalam aktivitas dunia. Dan
terkadang pula seseorang memiliki waktu luang, namun dia dalam keadaan sakit.
Apabila tergabung kedua nikmat ini, maka akan datang rasa malas untuk melakukan
ketaatan. Itulah manusia yang telah tertipu (terperdaya)
Ibnu Qayyim Al Jauziyah
Sebenarnya waktu manusia
adalah umurnya. Dia adalah bahan abadi kehidupan yang penuh
nikmat dan bahan kehidupannya yang sempit dalam azab yang pedih. Dia berlalu
bagaikan berlalunya awan. Setiap kali waktunya untuk dan bersama Allah, itulah
kehidupannya dan umurnya. Selain dari itu, tidak dapat dianggap sebagai
kehidupannya. Walaupun dia hidup bagai hidupnya hewan ternak dan jika dia
habiskan waktunya dalam kelalaian dan angan-angan kosong, maka yang dipilih
adalah tidur yang panjang. Maka, kematiannya adalah lebih baik daripada
hidupnya”
Yusuf Qardhawi
Mengapa begitu pentingnya umat Islam,
untuk mempelajari manajemen waktu adalah karana hal-hal sebagai berikut:
1.
Ajaran Islam begitu besar perhatiannya terhadap waktu,
baik yang diamanatkan dalam Al Qur’an maupun As Sunnah;
2.
Dalam sejarah
orang-orang Muslim generasi pertama, terungkap, bahwa mereka sangat
memperhatikan waktu dibandingkan generasi berikutnya, sehingga mereka mampu
menghasilkan sejumlah ilmu yang bermanfaat dan sebuah peradaban yang mengakar
kokoh dengan panji yang menjulang tinggi;
3.
Kondisi real,
kaum Muslimin, belakangan ini justru berbalikan dengan generasi pertama dahulu,
yakni cenderung lebih senang membuang-buang waktu, sehingga kita tidak mampu
berbuat banyak dalam menyejahterakan dunia sebagaimana mestinya, dan tidak pula
berbuat untuk akhirat sebagaimana harusnya, dan yang terjadi adalah sebaliknya,
kita meracuni kehidupan dunia dan akhirat sehingga tidak memperoleh kebaikan
dari keduanya.
M. Ahmad
Abdul Jawwad
Dalam
sebuah bukunya, memaparkan kaidah-kaidah aplikatif yang dapat mengantarkan kita
kepada kesuksesan mengelola waktu secara bertahap, selangkah demi selangkah
hingga pada tingkat mahir dan effektif dalam mengelola waktu dalam 14 (empat
belas) langkah. Langkah-langkah
tersebut adalah:
1.
Analisalah sikap kita terhadap manajemen waktu dan
kenalilah sejauh mana kemampuan kita dalam mengelola waktu!
2.
Sadarilah nilai dan urgensi waktu, serta sejauh mana kebutuhan
kita pada manjemen waktu!
3.
Susunlah skala prioritas dan jangan lupa pada kewajiban
waktu!
4.
Kenalilah hal-hal yang kita butuhkan dalam mengelola
waktu secara efektif!
5.
Kenalilah hal-hal yang mengganggu manajemen waktu, lalu
hindarilah!
6.
Perhatikanlah tokoh-tokoh yang berhasil mengelola waktu!
7.
Atasilah hal-hal yang dapat menyia-nyiakan waktu!
8.
Luruskan persepsi kita yang keliru mengenai efisiensi
waktu!
9.
Pelajarilah cara mengadakan pertemuan singkat yang
membawa hasil optimal!
10. Pelajarilah cara mendelegasikan
secara effektif!
11. Pelajarilah cara
mengoptimalkan waktu santai/ senggang!
12. Kajilah
contoh-contoh aplikatif tentang manajemen dan optimalisasi waktu!
13. Didiklah
anak-anak dan orang-orang di sekitar kita untuk menghargai waktu!
14. Latihlah orang
lain tentang cara mengoptimalkan pemanfaatan waktu!
Sumber:
Sungguh
Mengagumkan Manajemen Waktu Para Ulama, Syaikh Abdul Fattah. Penerbit: Zam-Zam,
perpustakaanislam.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...