Oleh: Misno bin Mohamad Djahri
Sebuah video viral beredar di media
sosial, seorang perempuan berwajah chubby dengan hijab warna krem sedang mengucapkan
kata-kata “Begitu Syulit lupakan reihan, apalagi reihan baiiik”. Mimik muka
yang begitu dekat dengan kamera dengan penggunaan kata-kata yang khas ketika
mengucapkan kata “sulit” menjadi “syyuulit” justru menjadi kekhasan dari
viralnya video pendek ini. Bagaimana dengan isi dari syair dalam lagunya ini?
Manusia sering sekali berada pada
dua sisi yang saling berlawanan, antara hati dan juga hawa. Apalagi pada usia
di mana seorang manusia sedang tumbuh dewasa, ini adalah fase untuk mencari
jati diri dan menuju manusia seutuhnya. Pada fase inilah rasa ketertarikan
kepada orang lain tumbuh, rasa suka atau cinta muncul dengan sendirinya. Tidak hanya
pada lawan jenis bahkan pada sesame jenis juga muncul tidak terbendung. Menyukai,
mencintai dan kagum dengan seseorang sejatinya adalah sesuatu yang wajar, masalah
hati memang tidak bisa dibohongi. Namun, apakah ini adalah suara hati? atau hawa
yang mulai merasuk ke dalam sukma menyebar ke seluruh sendi raga?
Rasa suka ini seringkali terjebak
dalam tampilan fisik dan kilasan budi baik yang kemudian membius manusia. hal
ini ditambah dengan taburan hawa yang memang selalu mengajak kepada hal-hal
yang disukai oleh manusia namun dimurkai Sang Pencipta. Suka dengan seseorang
seringkali karena fisiknya yang gagah rupawan atau cantik jelita, lagi-lagi fisik
selalu menjadi ukuran utama. Kalaupun mengatakan baik itu sekadar sekilas mata
memandang, yang juga ditaburi hawa manusia. Walaupun tidak menampik pula adanya
cinta yang sebenarnya yang terjadi di antara manusia, namun jarang adanya.
Ketika rasa suka dan cinta ditambah
dengan hawa ada pada manusia makai a akan selalu mengingat orang yang
disukainya. Tiada hari tanpa mengingatnya, menyebutnya dan selalu ingin dekat
dengannya hingga akan sulit untuk melupakannya. Semua kebaikannya akan selalu
diingat, bahkan pertolongan kecil dan ucapannya akan selalu terlalu di telinga.
Semua yang ada pada dirinya indah adanya, hingga menurut orang lain adalah
cela, baginya anugerah luar biasa. Baginya semua yang ada pada orang yang
disukainya adalah sempurna, tanpa cela dan akan selalu menjadi ingatan,
pandangan dan rasa utama.
Apabila sudah sampai tahap ini,
maka hendaknya mengatur diri, mengelola jiwa dan memperhatikan secara seksama,
apakah ini cinta atau hawa yang membara? Sulit membedakan antara cinta dan
hawa, karena keduanya memang seirng sekali datang secara bersama. Cinta adalah
anugerah dari Allah ta’ala, mencintai orang lain dengan sepenuh jiwa dan raga
menjadi fitrah dari manusia dan tidak ada salah untuk merasakannya. Hawa (nafsu)
juga adalah fitrah manusia, yaitu rasa kepada seseorang untuk memiliki dan
menikmatinya, ia cenderung negatif karena biasanya terjebak dengan pesona fisik
dan raga. Hawa nafsu manusia selalu mengajak kepada keburukan, hingga kita
harus mampu untuk mengelolanya.
Rasa suka, cinta dan kagum kepada
seseorang adalah fitrah manusia, namun ia harus selalu berada di jalanNya. Kecintaan
yang didasari oleh syariah Allah Ta’ala kemudian dibina di atasnya serta
memiliki tujuan utama yaitu mendapatkan ridha dari Allah azza wa jalla. Hawa nafsu manusia juga merupakan kuasaNya,
hingga kita sebagai manusia harus mampu untuk mengelolanya agar tidak liar
membawa kepada jalan kebinasaan. Namun, kembali ke syair lagu di atas “Begitu
Syuulliit" untuk melakukannya karena kita adalah manusia. Walaupun
demikian, kita harus terus berusaha menjaga cinta dan mengelola raga agar
selalu berada dalam naungan syariahNya. Semoga…. Pagi di Ujungmanik, 28122022.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...