Oleh: Misno Mohamad Djahri
Salah satu dari anugerah yang
diberikan kepada beberapa orang manusia adalah anugerah kepemimpinan, ia
diberikan kepercayaan dan amanah untuk mengayomi orang-orang yang berada di
bawah tanggungjawabnya. Amanah ini tentu tidak mudah, ia perlu adanya niat yang
lurus dalam meraihnya, perlu ketulusan dalam memimpin, tidak mengutamakan kepentingan
diri sendiri, keluarga dan kelompoknya serta meyakini bahwa kepemimpinan itu
akan dimintai pertanggungjawabannya.
Niat yang lurus dalam kepemimpinan
tercermin dari proses yang ia lalui dalam memperoleh kepemimpinan. Ketika pendaftaran
dilakukan, proses seleksi hingga terpilihnya ia menjadi seorang pemimpin
haruslah selalu didasari oleh niat ikhlas karena Allah Ta’ala. Ikhlas dalam
makna menjadikan kepemimpinannya sebagai sarana untuk menebarkan mashlahah dan
manfaat sebanyak-banyaknya kepada seluruh makhlukNya. Bukan hanya untuk
mendapatkan kedudukan, jabatan, keduniaan apalagi hanya untuk membalas dendam
pemimpin sebelumnya. Kepemimpinan yang didasari atas keikhlasan sedari awal
nampak dari segala kebijakan yang dilakukan didasarkan kepada syariah Islam dan
merujuk kepada kemashlahatan untuk semua, bukan hanya kepentingan dunia semata.
Ketulusan dalam memimpin adalah
buah atau hasil dari keikhlasan, karena ia faham bahwa kepemimpinannya adalah Amanah
dari Allah Ta’ala untuk mengayomi semesta, sehingga ia akan menjadi khadimah
(pembantu) atau pelayan yang akan memenuhi kebutuhan orang-orang yang ada
di bawahnya. Bukan mementingkan diri sendiri dan memperkaya diri, keluarga dan
kelompoknya. Apalagi sampai mendzalimi orang lain yang tidak melakukan dosa dan
kesalahan. Ketulusan bermakna memimpin dengan tulus tanpa perlu mendapatkan
pujian dari orang lain, tulus bahwa yang ia lakukan dalam kepemimpinannya
adalah amanah syariah.
Kepemimpinan yang dimiliki oleh
seseorang akan dimintai pertanggungjawaban, hal ini jelas sekali dalam sabda
Nabi yang mulia Shalallahu alaihi wassalam “Setiap kepemimpinan akan
dimintai pertanggungjawabannya”. Maka pemimpin yang baik adalah yang
meyakini bahwa Amanah kepemimpinan akan dimintai pertanggungjawaban, bahkan
bukan hanya di masa-masa kepemimpinannya, tetapi sejak awal proses seleksi akan
dipertanggungjawabkan setiap detiknya. Jika demikian adanya maka inilah
sejatinya pesan yang utama bagi para pemimpin, bahwa kepemimpinan itu akan
dimintai pertanggungjawaban di akhirat sana. Ia akan dimintai
pertanggungjawaban dalam proses seleksi, kebijakan yang dilakukan hingga akhir
dari kepemimpinannya. Apakah ia berbuat curang dalam proses seleksi, kebijakan
yang ditetapkan mendzalimi Sebagian orang dan hanya menguntungkan diri sendiri
dan kroninya hingga apakah kepemimpinannya berakhir dengan baik tanpa
meninggalkan luka pada orang-orang yang berada di bawahnya. Semua itu akan
dimintai pertanggungjawaban, apakah anda siap dengan itu semua?
Bahkan ketika kedzaliman yang
dilakukan oleh seorang pemimpin itu menyakiti orang-orang yang beriman tanpa
adanya kesalahan, maka balasannya akan dipercepat bukan hanya di akhirat sana,
tetapi langsung di dunia. Seorang pemimpin yang dzalim adzabnya akan dipercepat
di dunia, agar manusia dapat mennyaksikan bagaimana balasan bagi pemimpin yang
dzalim di dunia.
Semoga Allah Ta’ala menganugerahkan kepada kita pemimpin yang adil dan amanah, pemimpin yang niatnya ikhlas di awal, melalui proses seleksi yang benar, amanah dalam menejalankan kepemimpinan, berorientasi kepada mashlahah dan selalu berada di bawah naungan syariah. Aameen Ya Rabbal aalameen… Bogor, 29122022.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...