Selasa, 27 Desember 2022

Fenomena mainan Tek-tek dan Prediksi Indonesia 2023-2024

Oleh: Misno bin Mohamad Djahri



Banyak hal yang terjadi di dunia ini selalu saling berkaitan, bahkan dari hal-hal yang dianggap oleh manusia sepele, namun pada dasarnya mengandung makna yang sangat mendalam bagi kehidupan umat manusia. Salah satu dari fenomena sepele yang saat ini berkembang adalah mainan tek-tek yang sedang viral dan banyak dimainkan oleh anak-anak. Mainan yang berupa dua buah bola dalam bentuk “bandul” yang saling ditabrakan dan akan mengeluarkan bunya “tek” ketika bertabrakan. Pada level yang lebih tinggi maka mainan tersebut tidak hanya dibenturkan dengan lembut di bagian bawah ketika kduanya menggantung, namun juga dengan hentakan keras ka atas akan bertabrakan sehingga menghasilkan suara “tek” yang lebih keras.

Bagaimana hubungan antara mainan tek-tek dengan kondisi Indonesia di tahun 2023 hingga 2024? Bukan ramalan atau cocokologi, tapi sekadar prediksi berdasarkan pengalaman-pengalaman di masa lalu khususnya ketika akan berlangsung pesta demokrasi dengan memiliki wakil-wakil rakyat dan puncaknya adalah pemilihan presiden dan wakil presiden tahun 2024-2029. Agenda besar ini akan menjadi moment bagi bangsa Indonesia apakah mereka telah dewasa dengan sistem demokrasinya atau malah kembali terpecah belah dalam permusuhan yang tidak berkesudahan antara sesame negeri. Munculnya istilah cebong dan kampret atau kadrun adalah fakta nyata bahwa anak bangsa masih dengan ego sentrisnya sehingga dengan mudah diadudomba.

Prediksi Indonesia tahun 2023-2024 adalah munculnya pergesekan politik dan persaingan politik baik dalam tahap yang sehat hingga tahapan “gila” karena melakukan berbagai kecurangan, manipulasi, agitasi, fitnah kanan-kiri hingga memunculkan kubu-kubu yang saling bertentangan. Sejatinya apabila dipetakan kita akan menemukan tiga golongan besar dalam pesta demokrasi di Indonesia yang merupakan manifestasi dari masyarakat yang ada di Indonesia. Pertama adalah kalangan islamis yang memperjuangkan Islam dengan berbagai syariahNya, kelompok ini terdiri dari kalangan Islam reformis yang kebanyakan tinggal di perkotaan. Kedua, golongan nasionalis murni yang dengan slogan cinta NKRI akan menggunakan istilah-istilah beraroma nasionalis dengan segala bumbu-bumbunya. Pihak ketiga adalah mereka yang mencoba mengambilkedua karakter pihak-pihak sebelumnya, mereka nasionalis namun juga memiliki sikap religius. Satu sisi mereka terlihat berada di poros tengah karena memiliki dua sifat pihak sebelumnya, namun di sisi lain mereka juga nampak “abu-abu” karena hanya mencari aman dengan mencoba mengakomodir semua golongan.

Ketiga golongan ini yang akan mewarnai Indonesia di tahun 2023 hingga 2024 khususnya dalam hajat besar bangsa Indonesia. Gesekan politik yang terjadi di antara mereka akan semakin memanas khususnya menjelang pemilihan presiden, dari mulai saling mencari kesalahan hingga berita-berita hoax yang disebarkan untuk menjatuhkan lawan. Pihak islamis akan menuduh kaum nasionalis cenderung mengarah pada nasionalisme ekstrim dan bekerjasama dengan komunias, Yahudi dan golongan kiri lainnya. Sementara golongan nasionalis akan menuduh kelompok Islamis sebagai ekstrimis, fundamentalis, tidak cinta NKRI dan akan mengganti Demokrasi Pancasila dengan Khilafah Islam. Ini adalah isu yang saat ini berkembang dan akan mencapai puncaknya dua tahun ke depan, hal ini ditambah dengan pihak-pihak yang dengan sengaja “memancing di air keruh” serta “ketidaktahuan” dan fanatik buta masyarakat terhadap setiap golongannya hingga memunculkan rasa saling curiga, menuduh dan muncullah istilah-istilah yang berupa stigma negatif kepada lawan-lawannya.

Bagaimana cara menghadapi masa-masa ini? Jawabannya adalah dengan kembali menguatkan keyakinan kita masing-masing tanpa perlu menaruh curiga kepada pihak lainnya. Menempatkan kepentingan agama, bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi dan golongan dengan tetap bersikap adil dengan segala keadaannya. Menyaring (check and recheck) setiap berita yang beredar khususnya terkait dengan pilihan politik, kebaikan atau keburuhkan pihak lawan apalagi yang belum jelas kebenarannya. Tidak menyebarkan berita yang belum bisa dipertanggungjawabkan, dan berusaha untuk tidak mudah terbawa emosi atau menuduh pihak lain yang menyebarkan berita hoax. Hati-hati juga dengan berbagai isu yang seolah-olah membela golongannya padahal itu adalah jebakan dan upaya untuk memancing ego golongan hingga kemudian mengurangi rasa simpati kepada pihak lainnya. Intinya adalah tidak mudah mengelola akal dan fikiran kita dalam menerima berbagai berita agar setiap yang kita terima adalah sebuah kebenaran nyata. Kelola emosi dan tidak fanatik terhadap golongannya sehingga dengan mudah menyalahkan pihak lainnya apalagi bersumber dari berita yang belum benar adanya.

Semoga Allah Ta’ala senantiasa menjaga Indonesia tercinta sehingga gesekan politik ini tidak terjadi hingga pesta demokrasi yang akan dilakukan akan berjalan dengan aman. Kepada seluruh pihak hendaknya menahan diri dan selalu memeriksa setiap berita yang ada, sehingga “fitnah” yang ada tidak menyebar dengan liarnya. Kita smeua sudah dewasa bahwa tidak ada pertentangan antara Islam dan Indonesia, Islam bukan musuh bangsa bahkan faktanya ia adalah energi bagi kemerdekaan Indonesia. Cinta NKRI juga tidak dilarang dalam Islam karena itu adalah fitrah manusia, sebagaimana Nabi Muhammad shalallahu alaihi wassalam mencintai Mekkah yang menjadi tanah ari beliau. Bersikap adil sesuai dengan proporsinya, itulah yang menjadi kunci bagi keamanan bangsa dan negara. Semoga Allah Ta’ala senantiasa memberkahi Indonesia, dan seluruh umatNya di persada raya. Aameen… 27122022.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Uktub Your Ro'yi Here...