Oleh: Misno bin Mohamad Djahri
Banyak hal yang terjadi di dunia
ini selalu saling berkaitan, bahkan dari hal-hal yang dianggap oleh manusia
sepele, namun pada dasarnya mengandung makna yang sangat mendalam bagi kehidupan
umat manusia. Salah satu dari fenomena sepele yang saat ini berkembang adalah
mainan tek-tek yang sedang viral dan banyak dimainkan oleh anak-anak. Mainan yang
berupa dua buah bola dalam bentuk “bandul” yang saling ditabrakan dan akan
mengeluarkan bunya “tek” ketika bertabrakan. Pada level yang lebih tinggi maka
mainan tersebut tidak hanya dibenturkan dengan lembut di bagian bawah ketika
kduanya menggantung, namun juga dengan hentakan keras ka atas akan bertabrakan
sehingga menghasilkan suara “tek” yang lebih keras.
Bagaimana hubungan antara mainan
tek-tek dengan kondisi Indonesia di tahun 2023 hingga 2024? Bukan ramalan atau
cocokologi, tapi sekadar prediksi berdasarkan pengalaman-pengalaman di masa
lalu khususnya ketika akan berlangsung pesta demokrasi dengan memiliki
wakil-wakil rakyat dan puncaknya adalah pemilihan presiden dan wakil presiden
tahun 2024-2029. Agenda besar ini akan menjadi moment bagi bangsa Indonesia apakah
mereka telah dewasa dengan sistem demokrasinya atau malah kembali terpecah
belah dalam permusuhan yang tidak berkesudahan antara sesame negeri. Munculnya istilah
cebong dan kampret atau kadrun adalah fakta nyata bahwa anak bangsa masih
dengan ego sentrisnya sehingga dengan mudah diadudomba.
Prediksi Indonesia tahun 2023-2024 adalah
munculnya pergesekan politik dan persaingan politik baik dalam tahap yang sehat
hingga tahapan “gila” karena melakukan berbagai kecurangan, manipulasi,
agitasi, fitnah kanan-kiri hingga memunculkan kubu-kubu yang saling bertentangan.
Sejatinya apabila dipetakan kita akan menemukan tiga golongan besar dalam pesta
demokrasi di Indonesia yang merupakan manifestasi dari masyarakat yang ada di Indonesia.
Pertama adalah kalangan islamis yang memperjuangkan Islam dengan berbagai
syariahNya, kelompok ini terdiri dari kalangan Islam reformis yang kebanyakan tinggal
di perkotaan. Kedua, golongan nasionalis murni yang dengan slogan cinta NKRI
akan menggunakan istilah-istilah beraroma nasionalis dengan segala bumbu-bumbunya.
Pihak ketiga adalah mereka yang mencoba mengambilkedua karakter pihak-pihak
sebelumnya, mereka nasionalis namun juga memiliki sikap religius. Satu sisi
mereka terlihat berada di poros tengah karena memiliki dua sifat pihak sebelumnya,
namun di sisi lain mereka juga nampak “abu-abu” karena hanya mencari aman
dengan mencoba mengakomodir semua golongan.
Ketiga golongan ini yang akan
mewarnai Indonesia di tahun 2023 hingga 2024 khususnya dalam hajat besar bangsa
Indonesia. Gesekan politik yang terjadi di antara mereka akan semakin memanas
khususnya menjelang pemilihan presiden, dari mulai saling mencari kesalahan
hingga berita-berita hoax yang disebarkan untuk menjatuhkan lawan. Pihak islamis
akan menuduh kaum nasionalis cenderung mengarah pada nasionalisme ekstrim dan
bekerjasama dengan komunias, Yahudi dan golongan kiri lainnya. Sementara golongan
nasionalis akan menuduh kelompok Islamis sebagai ekstrimis, fundamentalis,
tidak cinta NKRI dan akan mengganti Demokrasi Pancasila dengan Khilafah Islam. Ini
adalah isu yang saat ini berkembang dan akan mencapai puncaknya dua tahun ke
depan, hal ini ditambah dengan pihak-pihak yang dengan sengaja “memancing di
air keruh” serta “ketidaktahuan” dan fanatik buta masyarakat terhadap setiap
golongannya hingga memunculkan rasa saling curiga, menuduh dan muncullah
istilah-istilah yang berupa stigma negatif kepada lawan-lawannya.
Bagaimana cara menghadapi masa-masa
ini? Jawabannya adalah dengan kembali menguatkan keyakinan kita masing-masing
tanpa perlu menaruh curiga kepada pihak lainnya. Menempatkan kepentingan agama,
bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi dan golongan dengan tetap bersikap
adil dengan segala keadaannya. Menyaring (check and recheck) setiap
berita yang beredar khususnya terkait dengan pilihan politik, kebaikan atau
keburuhkan pihak lawan apalagi yang belum jelas kebenarannya. Tidak menyebarkan
berita yang belum bisa dipertanggungjawabkan, dan berusaha untuk tidak mudah
terbawa emosi atau menuduh pihak lain yang menyebarkan berita hoax. Hati-hati juga
dengan berbagai isu yang seolah-olah membela golongannya padahal itu adalah
jebakan dan upaya untuk memancing ego golongan hingga kemudian mengurangi rasa
simpati kepada pihak lainnya. Intinya adalah tidak mudah mengelola akal dan fikiran
kita dalam menerima berbagai berita agar setiap yang kita terima adalah sebuah
kebenaran nyata. Kelola emosi dan tidak fanatik terhadap golongannya sehingga dengan
mudah menyalahkan pihak lainnya apalagi bersumber dari berita yang belum benar
adanya.
Semoga Allah Ta’ala senantiasa
menjaga Indonesia tercinta sehingga gesekan politik ini tidak terjadi hingga
pesta demokrasi yang akan dilakukan akan berjalan dengan aman. Kepada seluruh
pihak hendaknya menahan diri dan selalu memeriksa setiap berita yang ada,
sehingga “fitnah” yang ada tidak menyebar dengan liarnya. Kita smeua sudah
dewasa bahwa tidak ada pertentangan antara Islam dan Indonesia, Islam bukan
musuh bangsa bahkan faktanya ia adalah energi bagi kemerdekaan Indonesia. Cinta
NKRI juga tidak dilarang dalam Islam karena itu adalah fitrah manusia,
sebagaimana Nabi Muhammad shalallahu alaihi wassalam mencintai Mekkah
yang menjadi tanah ari beliau. Bersikap adil sesuai dengan proporsinya, itulah
yang menjadi kunci bagi keamanan bangsa dan negara. Semoga Allah Ta’ala
senantiasa memberkahi Indonesia, dan seluruh umatNya di persada raya. Aameen…
27122022.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...