Jumat, 16 Desember 2022

Haramnya Kedzaliman dan Sebab Terjadinya di Antara Manusia

Oleh: Misno Mohd Djahri


 

Muamalah (interaksi) yang terjadi di antara manusia seringkali memunculkan tindakan kedzaliman di antara mereka. Salah satu bentuk dari kedzaliman yang terjadi di antara manusia adalah menyakiti orang lain dengan ucapan lisan dan tindakan anggota badan. Kedzaliman melalui lisan adalah dengan menghina, mencela, menggunjing dan ucapan menyakitkan lainnya kepada orang lain sehingga mereka tersakiti. Sementara kedzaliman dengan anggota badan adalah dengan gesture (isyarat anggota badan) dengan tujuan merendahkan, demikian pula tindakan kekerasan yang dilakukan oleh anggota badan hingga pembunuhan yang dilakukan. Semua itu adalah contoh dari kedzaliman yang terjadi di tengah masyarakat.

Merujuk kepada pemahaman ini maka kedzaliman adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang yang tidak proporsional sehingga bertentangan dengan tuntunan Islam. Ibnu Mandzur dalam Kamus Lisaan al-Arab menjelaskan bahwa makna dzalim adalah:

الظُّلْمُ: وَضْع الشيء في غير موضِعه

al-Dzulmu artinya meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya”.

Merujuk pada pengertian ini maka kedzaliman adalah tindakan yang tidak sesuai dengan norma budaya dan agama, baik dikurangi atau berlebih-lebihan. Sehingga semua hal yang dilakukan seseorang dan tidak sesuai dengan norma agama dan budaya adalah bentuk kedzaliman. Salah satu contoh yang banyak terjadi di masyarakat adalah menyakiti orang lain baik dengan lisan atau tindakannya.

Islam sangat melarang hingga mengharamkan perbuatan dzalim, sebagaimana firman Allah Ta’ala dalam kalamNya:

أَلاَ لَعْنَةُ اللّهِ عَلَى الظَّالِمِينَ

“Ingatlah, laknat Allah (ditimpakan) atas orang-orang yang zalim” (QS. Hud: 18).

وَكَذَلِكَ أَخْذُ رَبِّكَ إِذَا أَخَذَ الْقُرَى وَهِيَ ظَالِمَةٌ إِنَّ أَخْذَهُ أَلِيمٌ شَدِيدٌ

“Dan begitulah azab Tuhanmu, apabila Dia mengazab penduduk negeri-negeri yang berbuat zalim. Sesungguhnya azab-Nya itu adalah sangat pedih lagi keras” (QS. Hud: 102).

نَقُولُ لِلَّذِينَ ظَلَمُوا ذُوقُوا عَذَابَ النَّارِ الَّتِي كُنتُم بِهَا تُكَذِّبُونَ

“Dan Kami katakan kepada orang-orang yang zalim: “Rasakanlah olehmu azab neraka yang dahulunya kamu dustakan itu”” (QS. Saba: 40).

مَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ حَمِيمٍ وَلا شَفِيعٍ يُطَاعُ

“Orang-orang yang zalim tidak mempunyai teman setia seorangpun dan tidak (pula) mempunyai seorang pemberi syafa’at yang diterima syafa’atnya” (QS. Ghafir: 18).

إِنَّهُ لاَ يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang aniaya itu tidak mendapat keberuntungan” (QS. Al An’am: 21).

Ayat-ayat tersebut dan yang lainnya menunjukan tentang keharaman berbuat dzalim, baik terhadap diri sendiri ataupun kepada orang lain. Adapun dalil-dalil dari As Sunnah, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

قال الله تبارك وتعالى: يا عبادي، إني حرمت الظلم على نفسي، وجعلته بينكم محرمًا؛ فلا تظالموا

“Allah Tabaaraka wa ta’ala berfirman: ‘wahai hambaku, sesungguhnya aku haramkan kezaliman atas Diriku, dan aku haramkan juga kezaliman bagi kalian, maka janganlah saling berbuat zalim’” (HR.  Muslim no. 2577).

اتَّقوا الظُّلمَ . فإنَّ الظُّلمَ ظلماتٌ يومَ القيامةِ

“Jauhilah kezaliman karena kezaliman adalah kegelapan di hari kiamat” (HR. Al Bukhari no. 2447, Muslim no. 2578).

المسلم أخو المسلم، لا يظلمه، ولا يسلمه

“Seorang Muslim itu adalah saudara bagi Muslim yang lain, tidak boleh menzaliminya dan tidak boleh menelantarkannya” (HR. Muslim no. 2564).

Sangat jelas sekali hadit-hadits ini melarang perbuatan dzalim karena akan menjadi kegelapan di hari kiamat. Maknanya adalah kedzaliman yang dilakukan oleh seseorang di dunia maka akan dicatat sebagai dosa dan mendapatkan siksa di akhirat sana. Maka hendaknya kita berhati-hati jangan sampai berbuat dzalim kepada diri sendiri dan juga orang lain.

Sebab kedzaliman terjadi di antara manusia ada dua, yaitu faktor internal yang berasal dari hawa nafsunya dan faktor eksternal yang berupa godaan Iblis dan bala tentaranya. Hawa nafsu manusia telah menjadikannya berani untuk melakukan tindakan kedzaliman yang merugikan dirinya sendiri dan juga orang lain. Orang-orang yang tanpa salah karena hawa nafsu yang menguasai seseorang didzalimi dengan lisan dan perbuatannya. Seorang yang diberikan amanah kepemimpinan dapat melakukan kedzaliman ketika kebijakan-kebijakan yang diambilnya mendzalimi orang-orang yang ada di bawah kepemimpinannya. Hawa nafsu manusia juga seringkali menjadikan seseorang itu buta mata hatinya, hingga kedzaliman yang dilakukan kepada orang lain tidak nampak oleh dirinya. Sehingga tidak jarang pemimpin yang tidak merasa berbuat dzalim, padahal sejatinya kebijakan yang ditetapkan sangat mendzalimi bawahannya. Maka hendaknya setiap orang yang diberikan amanah kepemimpinan berhati-hati dan selalu memperhatikan dan menyelaraskan kebijakannya dengan aturan Islam.

Sebab ekternal adalah Iblis dan bala tentaranya yang terus menggoda manusia untuk selalu berbuat dzalim, merugikan dirinya sendiri dan mendzalimi orang lain. Ia tidak mampu menahan godaan Iblis, hingga ia seringkali menyakiti orang lain tanpa dia sadar telah berbuat kedzaliman. Bahkan permusuhan yang terjadi di antara manusia salah satunya adalah karena godaan dari Iblis dan bala tentaranya. Maka hendaknya kita selalu beroda dan berlindung kepada Allah Ta’ala dari segala bentuk godaan Iblis, Syaithan dan bala tentaranya.

Semoga kita terhindar dari segala bentuk kedzaliman, dengan cara terus memperbaiki diri dan menyeleraskan kehidupan dengan syariah Islam. Karena hanya dengan agama setiap tindakan manusia diarahkan dan terhindar dari segala bentuk kedzaliman. Wallahu a’alam. 16122022.   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Uktub Your Ro'yi Here...