Oleh: Misno Mohd Djahri
Muamalah (interaksi) yang terjadi
di antara manusia seringkali memunculkan tindakan kedzaliman di antara mereka. Salah
satu bentuk dari kedzaliman yang terjadi di antara manusia adalah menyakiti
orang lain dengan ucapan lisan dan tindakan anggota badan. Kedzaliman melalui lisan
adalah dengan menghina, mencela, menggunjing dan ucapan menyakitkan lainnya
kepada orang lain sehingga mereka tersakiti. Sementara kedzaliman dengan
anggota badan adalah dengan gesture (isyarat anggota badan) dengan
tujuan merendahkan, demikian pula tindakan kekerasan yang dilakukan oleh
anggota badan hingga pembunuhan yang dilakukan. Semua itu adalah contoh dari
kedzaliman yang terjadi di tengah masyarakat.
Merujuk kepada pemahaman ini maka kedzaliman
adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang yang tidak proporsional sehingga
bertentangan dengan tuntunan Islam. Ibnu Mandzur dalam Kamus Lisaan al-Arab menjelaskan
bahwa makna dzalim adalah:
الظُّلْمُ: وَضْع الشيء في غير موضِعه
“al-Dzulmu artinya
meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya”.
Merujuk pada pengertian ini maka
kedzaliman adalah tindakan yang tidak sesuai dengan norma budaya dan agama,
baik dikurangi atau berlebih-lebihan. Sehingga semua hal yang dilakukan
seseorang dan tidak sesuai dengan norma agama dan budaya adalah bentuk
kedzaliman. Salah satu contoh yang banyak terjadi di masyarakat adalah
menyakiti orang lain baik dengan lisan atau tindakannya.
Islam sangat melarang hingga
mengharamkan perbuatan dzalim, sebagaimana firman Allah Ta’ala dalam kalamNya:
أَلاَ لَعْنَةُ اللّهِ عَلَى الظَّالِمِينَ
“Ingatlah, laknat Allah
(ditimpakan) atas orang-orang yang zalim” (QS. Hud: 18).
وَكَذَلِكَ أَخْذُ رَبِّكَ إِذَا
أَخَذَ الْقُرَى وَهِيَ ظَالِمَةٌ إِنَّ أَخْذَهُ أَلِيمٌ شَدِيدٌ
“Dan begitulah azab Tuhanmu, apabila
Dia mengazab penduduk negeri-negeri yang berbuat zalim. Sesungguhnya azab-Nya
itu adalah sangat pedih lagi keras” (QS. Hud: 102).
نَقُولُ لِلَّذِينَ ظَلَمُوا ذُوقُوا
عَذَابَ النَّارِ الَّتِي كُنتُم بِهَا تُكَذِّبُونَ
“Dan Kami katakan kepada orang-orang
yang zalim: “Rasakanlah olehmu azab neraka yang dahulunya kamu dustakan itu””
(QS. Saba: 40).
مَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ حَمِيمٍ
وَلا شَفِيعٍ يُطَاعُ
“Orang-orang yang zalim tidak
mempunyai teman setia seorangpun dan tidak (pula) mempunyai seorang pemberi
syafa’at yang diterima syafa’atnya” (QS. Ghafir: 18).
إِنَّهُ لاَ يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang
aniaya itu tidak mendapat keberuntungan” (QS. Al An’am: 21).
Ayat-ayat tersebut dan yang lainnya
menunjukan tentang keharaman berbuat dzalim, baik terhadap diri sendiri ataupun
kepada orang lain. Adapun dalil-dalil dari As Sunnah, Nabi Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda:
قال الله تبارك وتعالى: يا عبادي،
إني حرمت الظلم على نفسي، وجعلته بينكم محرمًا؛ فلا تظالموا
“Allah Tabaaraka wa ta’ala
berfirman: ‘wahai hambaku, sesungguhnya aku haramkan kezaliman atas Diriku, dan
aku haramkan juga kezaliman bagi kalian, maka janganlah saling berbuat zalim’”
(HR. Muslim no. 2577).
اتَّقوا الظُّلمَ . فإنَّ الظُّلمَ
ظلماتٌ يومَ القيامةِ
“Jauhilah kezaliman karena
kezaliman adalah kegelapan di hari kiamat” (HR. Al Bukhari no. 2447, Muslim no.
2578).
المسلم أخو المسلم، لا يظلمه، ولا
يسلمه
“Seorang Muslim itu adalah saudara
bagi Muslim yang lain, tidak boleh menzaliminya dan tidak boleh
menelantarkannya” (HR. Muslim no. 2564).
Sangat jelas sekali hadit-hadits
ini melarang perbuatan dzalim karena akan menjadi kegelapan di hari kiamat. Maknanya
adalah kedzaliman yang dilakukan oleh seseorang di dunia maka akan dicatat
sebagai dosa dan mendapatkan siksa di akhirat sana. Maka hendaknya kita
berhati-hati jangan sampai berbuat dzalim kepada diri sendiri dan juga orang
lain.
Sebab kedzaliman terjadi di antara
manusia ada dua, yaitu faktor internal yang berasal dari hawa nafsunya dan faktor
eksternal yang berupa godaan Iblis dan bala tentaranya. Hawa nafsu manusia
telah menjadikannya berani untuk melakukan tindakan kedzaliman yang merugikan
dirinya sendiri dan juga orang lain. Orang-orang yang tanpa salah karena hawa
nafsu yang menguasai seseorang didzalimi dengan lisan dan perbuatannya. Seorang
yang diberikan amanah kepemimpinan dapat melakukan kedzaliman ketika
kebijakan-kebijakan yang diambilnya mendzalimi orang-orang yang ada di bawah
kepemimpinannya. Hawa nafsu manusia juga seringkali menjadikan seseorang itu
buta mata hatinya, hingga kedzaliman yang dilakukan kepada orang lain tidak
nampak oleh dirinya. Sehingga tidak jarang pemimpin yang tidak merasa berbuat
dzalim, padahal sejatinya kebijakan yang ditetapkan sangat mendzalimi
bawahannya. Maka hendaknya setiap orang yang diberikan amanah kepemimpinan
berhati-hati dan selalu memperhatikan dan menyelaraskan kebijakannya dengan
aturan Islam.
Sebab ekternal adalah Iblis dan
bala tentaranya yang terus menggoda manusia untuk selalu berbuat dzalim,
merugikan dirinya sendiri dan mendzalimi orang lain. Ia tidak mampu menahan
godaan Iblis, hingga ia seringkali menyakiti orang lain tanpa dia sadar telah
berbuat kedzaliman. Bahkan permusuhan yang terjadi di antara manusia salah
satunya adalah karena godaan dari Iblis dan bala tentaranya. Maka hendaknya
kita selalu beroda dan berlindung kepada Allah Ta’ala dari segala bentuk godaan
Iblis, Syaithan dan bala tentaranya.
Semoga kita terhindar dari segala bentuk kedzaliman, dengan cara terus memperbaiki diri dan menyeleraskan kehidupan dengan syariah Islam. Karena hanya dengan agama setiap tindakan manusia diarahkan dan terhindar dari segala bentuk kedzaliman. Wallahu a’alam. 16122022.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...