Oleh: Abdurrahman
Sebelum memejamkan mata, sejenak
kita muhasabah diri, berfikir tentang kehidupan yang terus berjalan dengan
kuasa Ar-Rahman. Ruh yang ada dalam diri kita mungkin tidak pernah berubah,
tapi fisik dan jasad kita telah mengarungi berbagai warna kehidupan. Bahagia dan
sengsara, cuka cita dan duka nestapa telah memberi pelajaran berharga pada diri
kita. Faktanya waktu yang terus berlalu dan zaman yang terus berjalan membawa
kita kepada titik akhir sebuah kehidupan yaitu akan menjadi tua atau
meninggalkan dunia fana.
Tentu saja sebagai orang beriman
kita harus meyakini seyakin-yakinnya bahwa ada kehidupan setelah kematian, ada
alam keabadian setelah alam fana dan ada pahala dan siksa di akhriat sana. Maka
untuk menyiapkannya haruslah kita terus memperbaiki diri, bermujahadah dan bersungguh-sungguh
dalam meraih kebahagiaan hakiki di alam setelah dunia ini. Bukan tanpa
hambatan, bahkan begitu banyak aral merintang dan godaan setiap hari
menghampiri. Dari mulai godaan syahwat yang kadang tidak tertahan hingga subhat
yang membuat jiwa tersesat.
Kehidupan yang terus berjalan
semestinya memberikan banyak pelajaran tentang bagaimana kita bersikap kepada
alam. Tidak lagi mengedepankan hawa nafsu atau keinginan yang tidak pernah ada
habisnya. Mulai untuk tidak memikirkan orang lain khususnya pemikiran-pemikiran
yang muncul dari sifat iri dengki kepada manusia lainnya. Apalagi dengki hanya
masalah dunia semata, rizki dan segala anugerah yang ada pada orang lain
sejatinya adalah pemberian dari Allah Ta’ala Yang Maha Kaya. Sementara kita pun
sudah diberikan rizkiNya, maka tidak ada lagi rasa iri dengan orang lain.
Berikutnya adalah menyiapkan perbekalan,
karena kita tidak tahu kapan kematian itu akan datang. Mungkin nanti ketika
kita sudah tua, sebagaimana takdir yang terjadi pada umumnya manusia. Setelah usia lanjuta usia maka kematian di
depan mata. Bisa jadi kematian menghampiri kita sebelum kita tua, karena ia
tidak pernah memandang usia. Berapa banyak janin yang belum lahir ke dunia,
meninggal di Rahim ibunya. Demikian juga seorang anak yang belum lagi merasakan
indahnya dunia, harus kembali ke haribaan Allah Ta’ala. Maka menyiapkan diri
untuk selalu siaga menghadapi kematian yang akan datang kapan saja sesuai
takdirNya.
Istighfar dengan memohon ampun atas
segala dosa dan kesalahan baik yang dilakukan dengan sengaja atau tanpa sengaja
merupakan amalan mulia bagi manusia. khususnya mereka yang semakin memasuki
masa-masa dewasa dan tua. Begitu banyak dosa dan kesalahan yang kita lakukan,
bahkan bisa jadi timbangan amalan nanti akan lebih berat di sisi negatifnya. Memohon
ampun secara terus menerus, dengan mengucapkan istighfar Astgahfirullah wa
atuubnu ilahi, meninggalkan segala bentuk dosa dan kesalahan serta berjanji
untuk tidak melakukannya lagi adalah syarat-syarat dari sebuah taubat diterima
Allah Ta’ala. Kita sadar, mungkin hawa nafsu kita masih berta untuk
meninggalkan dosa, tetapi teruslah berazam untuk meninggalkannya entah kapan
waktunya. Apabila hidayah itu sudah datang, maka tidak ada yang dapat
menahannya, Allah Ta’ala berkuasa atas semua hambaNya termasuk menerima taubat
seorang hamba yang bergelimang dosa dalam hidupnya.
Semoga renungan mala mini memberi
makna dalam hidup ini, menjadi cahaya dalam gulita hawa dan pedoman dalam
setiap langkah kehidupan. Hingga kita nanti akan menghadap pada Sang penguasa
Alam Ar-Rahman yang Maha Kasih dan Sayang. Wallahu a’alam, menjelang tengah
malam, 12122022.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...