Rabu, 21 Desember 2022

Sifat Buruk Manusia: Menyalahkan Orang lain untuk Menutupi Kesalahan Sendiri

Oleh: Misno Mohd Djahri

 


Salah satu dari sifat buruk manusia dalah berusaha untuk menutupi kesalahan-kesalahannya, ia tidak mau dilihat penuh dengan kesalahan di mata manusia lainnya. Apalagi di mata atasannya atau orang-orang yang diseganinya. Sifat ini pada tingkatan tertentu masih bisa dimaafkan, misalnya menutupi kesalahan karena memang tidak layak untuk ditampakan. Walaupun sejatinya Allah Ta’ala pasti akan mengetahuinya. Kesalahan terbesar adalah ketika menutupi kesalahan sendiri dengan menyalahkan orang lain. Misalnya ketika ia diberikan amanah pekerjaan atau jabatan, kemudian ternyata tidak mencapai tujuan yang telah ditargetkan maka dia kemudian menyalahkan orang lain atau pengemban Amanah sebelumnya.

Faktanya, hal ini banyak terjadi di sekitar kita, di mana seseorang dengan mudah menyalahkan orang lain untuk menutupi kelemahan-kelemahannya. Tentu saja sifat ini sangat tidak disukai dalam Islam, karena Islam mengajarkan setiap orang untuk bertanggungjawab atas semua yang dilakukannya. Allah Ta’ala berfirman:

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِۦ عِلْمٌ ۚ إِنَّ ٱلسَّمْعَ وَٱلْبَصَرَ وَٱلْفُؤَادَ كُلُّ أُو۟لَٰٓئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔولًۭا

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. QS. al-Isra: 36.

Akhir dari ayat menjelaskan tentang pertanggungjawaban yang harus dipikul oleh setiap orang atas apa yang dilakukannya. Korelasi dengan pembahasan adalah bahwa ketika seseorang melakukan sesuatu kegiatan dan ternyata hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan, maka dia harus bertanggungjawab atas hasil tersebut. Tidak perlu menyalahkan orang lain, menyalahkan anggota tim, menyalahkan pemimpin sebelumnya hanya untuk menutupi kegagalannya.

Seorang manusia sejati juga pemimpin sejati adalah mereka yang berani untuk bertanggungjawab atas apa yang dipimpinnya, tidak boleh ia menyalahkan pemimpin sebelumnya apalagi tanpa adanya kesalahan dari orang tersebut. Ini bisa jadi menjadi dosa besar baginya, Allah ta’ala berfirman:

وَٱلَّذِينَ يُؤْذُونَ ٱلْمُؤْمِنِينَ وَٱلْمُؤْمِنَٰتِ بِغَيْرِ مَا ٱكْتَسَبُوا۟ فَقَدِ ٱحْتَمَلُوا۟ بُهْتَٰنًۭا وَإِثْمًۭا مُّبِينًۭا

Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata. QS. al-Ahzab: 58.

Ayat ini jelas sekali menjelaskan bahwa dosa besar apabila menyakiti kaum muslimin tanpa adanya sebab kesalahan yang dilakukan. Menyalahkan orang lain padahal tidak bersalah adalah perbuatan dzalim yang menjadi dosa besar dalam Islam. Termasuk dalam cakupan ayat ini adalah seseorang atau pemimpin yang bangga dengan prestasi kerjanya, namun tega mendzalimi bawahannya tanpa ada sebab kesalahan.

Maka sebagai manusia dan juga sebagai pemimpin hendaknya kita memperhatikan dan selalu introspeksi bahwa tanggungajwab kita sebagai manusia, sebagai pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban di sisi Allah Ta’ala. Untuk ap akita Berjaya, berprestasi dan baik di mata atasan kita, tapi mengorbankan dengan berbuat dzalim kepada orang lain atau orang-orang yang menjadi bawahan kita.

Semoga Allah Ta’ala memberikan hidayah serta inayahNya sehingga kita mampu untuk terus berprestasi memberi arti tanpa mengorbankan dan berbuat dzalim kepada orang lain. Aameen… 21122022.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Uktub Your Ro'yi Here...