Oleh: Ust. Nurhadi, S.Sos.I., M.H.
Ma`asyiral Muslimin
Rahimakumullah
Sebagai wujud rasa syukur kita
kepada Allah Subhanahu Wata’ala, marilah kita senantiasa meningkatkan keimanan
dan ketakwaan kita kepada Allah Subhanahu Wata’ala dengan sebenar-benar
keimanan dan sebaik-baik ketakwaan, dengan berserah diri, tunduk dan patuh
terhadap syariahnya, dengan menjalankan apa pun yang diperintahkan oleh Allah
Subhanahu Wata’ala dan berupaya dengan sungguh-sungguh untuk menjauhi apa pun
yang dilarang- Nya, sebab dengan jalan takwa inilah Allah menjanjikan kemuliaan
bagi hamba-hamba-Nya sebagaimana terfirman dalam Al-Qur’an.
يَٰٓأَيُّهَا
ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَٰكُم مِّن ذَكَرٍۢ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَٰكُمْ شُعُوبًۭا وَقَبَآئِلَ
لِتَعَارَفُوٓا۟ ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَىٰكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ
عَلِيمٌ خَبِيرٌۭ
Artinya, “Sesungguhnya orang yang
paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di
antara kamu” (QS Al- Hujurat: 13).
Hadirin jamaah Jumat
rahimakumullah,
Pada khutbah jum’at ini akan
menyampaikan tentang “Tiga Warisan Rasulullah kepada Ummat”.
Diriwayatkan oleh Imam Ath-Thabrani
bahwa pada suatu pagi, Abu Hurairah pergi ke sebuah pasar. Di situ beliau
melihat sebagian orang tenggelam dalam aktivitas bisnis. Mereka asyik melakukan
transaksi jual-beli. Abu Hurairah ingin mengingatkan mereka agar tidak sibuk
dalam masalah duniawi saja dengan melupakan urusan akhirat. “Wahai penghuni
pasar, alangkah lemahnya kalian.” Mereka bertanya penasaran, “Apa maksudmu, wahai Abu
Hurairah?” “Itu, warisan Rasulullah sedang dibagikan sementara kalian masih di
sini. Mengapa kalian tidak pergi ke sana untuk mengambil jatah kalian?” “Di
mana?” Abu Hurairah menjawab: “Di masjid.” Maka mereka keluar dengan cepat. Abu
Hurairah berdiri menjaga barang mereka sampai mereka kembali. Setelah para
penghuni kembali dari masjid, Abu Hurairah bertanya, “Ada apa dengan kalian?”
Mereka menjawab, “Wahai Abu Hurairah, kami telah datang ke masjid, kami masuk
ke dalamnya tapi tidak ada yang dibagi.”
Abu Hurairah bertanya, “Apa kalian
tidak melihat seseorang di masjid?” Mereka menjawab, “Kami melihat orang-orang
yang shalat, membaca Al-Qur’an, dan orang yang mempelajari halal- haram.” Abu
Hurairah berkata, “Celaka kalian, itulah warisan Nabiyullah Muhammad Salallahu
Alaihi Wassalam.
Hadirin Rahimakumullah
Riwayat di atas memberi banyak
pelajaran berharga tentang pentingnya memburu warisan yang telah diwariskan
oleh Nabi Muhammad. Bukan harta, uang, kendaraan, rumah, atau dinar yang
menjadi warisan. Tapi warisan itu berupa mengerjakan shalat, membaca Al-Qur`an,
dan mempelajari halal-haram.
Warisan pertama adalah shalat.
Shalat merupakan tiang agama.
Shalat menjadi amal yang pertama kali dimintai pertanggungjawaban oleh Allah.
Rasul menggambarkan seorang mukmin yang menunaikan shalat wajib seperti orang
yang mandi sebanyak lima kali dalam satu hari. Ia akan selalu berada dalam
keadaan bersih, bersih dari noda dan kotoran, dosa-dosanya rontok seiring
bacaan dan gerakan shalatnya. Dalam shalat ada komunikasi dan dialog dengan
Tuhan, momentum untuk menumpahkan segala asa dan perasaan, bersimpuh sujud,
memohon petunjuk, dan hidayah-Nya. Dinamakan shalat, kata Habib Alwi bin
Shahab, karena ia adalah shilah (penghubung) antara seorang hamba dengan
Tuhannya. Jika shalatnya terputus, maka hubungan seorang hamba dengan Tuhannya
menjadi terputus juga.
Sayangnya, tidak sedikit umat Islam
yang meremehkan waktu- waktu shalat, ada yang menunda dalam melaksanakannya,
tidak bersungguh-sungguh, hanya sekadar menggugurkan kewajiban, dan bahkan
sampai pada taraf meninggalkannya. Imam Abdullah bin Alwi Al-Haddad mengatakan,
“Di antara perbuatan yang bisa menyebabkan kematian yang buruk (su`ul khatimah)
adalah meninggalkan shalat.”
Hadirin Rahimakumullah
Warisan kedua dari Rasulullah
Salallhhu alaihi wasallam adalah membaca Al-Qur`an. Al-Qur`an merupakan kitab
rujukan utama. Tidak ada satu kitab pun di dunia ini yang lebih indah susunan
kata- katanya, Tidak ada satu kitab pun di dunia ini yang jelas dalam
memberikan keterangan, Tidak ada satu kitab pun di dunia ini yang mencakup
segala aspek kehidupan, Tidak ada satu kitab pun di dunia ini yang bersih dari
tangan-tangan jahil, kecuali Al-Qur`an
yang terjaga dan di jamin
kebenrannya.
ذَٰلِكَ
ٱلْكِتَٰبُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًۭى لِّلْمُتَّقِينَ
Kitab (Al Quran) ini tidak ada
keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (QS. Al Baqarah : 2)
Ma’ashiral muslimin
rahimakumullah
Sangat di sayangkan, saat ini,
seiring dengan perkembangan dunia digital, saat gadged sudah menjamur di
tangan-tangan manusia, membaca Al Qur`an semakin terpinggirkan, kalah riuh oleh
asyiknya bermain game online atau mendengarkan musik. Anak- anak kita lebih
pandai melantunkan lirik-lirik lagu dan lincah menggerakkan jari-jemari untuk
bermain game di abdningakn dengan mebuka al Qur’an dan membacanya.
Di sisi lain, orang tua lebih sibuk
untuk membuat putra-putri mereka sukses di dunia daripada memikirkan kehidupan
mereka selepas mereka hidup dunia ini. Al-Qur`an menjadi perhatian hanya di
masa bangku sekolah dasar, itupun cukup di TPQ. Sementara itu, para orang tua
tidak merasa bersalah ketika mereka tidak memberi contoh membaca Qur`an karena
ketidakmampuannya.
Selepas sekolah dasar, anak-anak
tak lagi berhasrat atau tidak dimotivasi untuk memperdalam Al Qur`an. Mereka
dikondisikan untuk lebih fokus dengan materi pelajaran yang tidak seimbang
antara kebutuhan spiritual dan intelektual. Sayidina Abdulah bin Mas`ud pernah
berkata, “Jika kalian menginginkan ilmu, maka sebarluaskan Al-Qur`an sebab di
dalamnya tersimpan ilmu orang- orang terdahulu dan yang akan datang.”
Ma’ashiral muslimin
rahimakumullah
Warisan ketiga adalah mengetahui
status halal-haram. Warisan terakhir ini memberi hikmah kepada kita tentang
pentingnya mengenal status halal-haramnya suatu barang, makanan, atau perbuatan
yang akan kita lakukan. Sikap kehati-hatian dalam halal- haram tampak dari
sikap Sayidina Abu Bakar Ash-Shiddiq.
Suatu hari, usai kembali dari pasar
beliau meminum segelas susu. Beliau meminum susu tersebut tanpa curiga sedikit
pun tentang asal-usul segelas susu tersebut. Saat itu, pembantu beliau masuk
rumah dan menyaksikan tuannya telah menghabiskan segelas susu yang dia letakkan
di atas meja, selanjutnya ia berkata, “Ya Tuanku, biasanya sebelum engkau
memakan dan meminum sesuatu pasti menanyakan lebih dulu asal makanan dan
minuman tersebut, mengapa sewaktu meminum susu tadi engkau tidak bertanya
sedikit pun tapi langsung meminumnya? Dengan rasa kaget Abu Bakar bertanya,
“Memangnya susu ini dari mana?” Pembantunya menjawab, “’Begini, ya Tuanku, pada
zaman jahiliyah dulu dan sebelum masuk Islam, saya adalah kahin (dukun) yang
menebak nasib seseorang. Suatu kali setelah saya ramal nasib seorang pelanggan,
dia tidak sanggup membayar karena tidak punya uang, tapi dia berjanji suatu
saat akan membayar. Tadi pagi saya bertemu di pasar dan dia memberikan susu itu
sebagai bayaran untuk utang yang dulu belum sempat dia bayar.”
Mendengar itu, Abu Bakar memasukkan
jari telunjuknya ke dalam mulut agar muntah. Beliau berusaha untuk mengeluarkan
susu tersebut dari perutnya tanpa tersisa sedikit pun. Beliau sampai pingsan
karena berusaha memuntahkan seluruh susu yang telanjur beliau minum, lalu
berkata, “Walaupun saya harus mati karena mengeluarkan susu ini dari perut
saya, saya rela. Saya mendengar Rasulullah Salallahu Alaihi Wassalam bersabda,
“Setiap daging yang tumbuh dari sumber yang haram maka neraka adalah tempat
yang pantas baginya.”
Saudara-saudaraku seiman seagama
rahimakumullah
Baik makanan, pakaian atau apaun
yag kita manfaatkan untuk kehidupan kita jika dari sumber maupun jenisnya
haram, itu dapat menjadikan kita celaka, menjadikan doa-doakita tertolak bahkan
yang lebih bahayanya lagi dapat menjadi perantara manusia ke neraka.
Kaum Muslimin yang Dimuliakan
Allah
Ketiga warisan Nabi yaitu
menunaikan shalat, membaca Al-Qur`an, dan mengetahui hal-hal yang halal dan
haram, merupakan warisan yang harus kita jaga dengan sungguh-sungguh. Shalat
tepat pada waktunya dengan berjama`ah, membaca Al Qur`an sesuai ilmu tajwidnya
lalu berusaha memahami dan mengamalkannya, dan mengetahui status halal-haram
pada suatu barang dengan tepat dan teliti.
Jika warisan duniawi begitu disukai
meski bersifat sementara, yang akan sirna seiring berlalunya waktu, maka tiga
warisan di atas harus lebih kita utamakan dari masa ke masa, karena ketiga warisan
ini akan mendatangkan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Semoga kitab bisa
menjaga warisan Rasulullah ini dan tidak meninggalkannya, menjadikan warisan
ini sebagi amaliayah kita di dunia ini sebagi bekal kehidupab kita kelak di
akhirat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...