Senin, 10 Desember 2012

Paradigma Etnosains

Oleh : Alifudin 

Kajian atau studi perbandingan yang menggunakan data ethnografi, maka outputnya adalah: hukum-hukun tentang gejala kebudayaan. Ethnografi: kualitas ethnografi tidak selalu sama ada yang dalam dan ada yang tipis. Oleh karena itu kalau minat penelitinya di bidang ekonomi maka kajiannya ttg, ekonomi tebal dan kajian ritualnya tipis, persoalannya kemudian adalah bagaimana agar kajian atau deskripsinya sebanding, disinilah kemudian para ahli ethnografi melihat pada linguistic. Pada linguistic ada kemajuan yang bagus. Etnografi adalah kajian atau deskripsi tentang kebudayaan, tetapi belum ada patokan dalam membuat deskripsi, oleh karena itu kajian ini mengacu atau berkaca pada linguistic. Dalam linguistic ada deskripsi bahasa yang disebut engan : phonemic dan phonetik 
Phonemic adalah cabang ilmu phonology yang berbicara tentang bunyi. Titik tekannya adalah pada bagaimana mendeskripsikan bahasa agar kita dapat berbahasa dengan baik dan benar, misalnya; through (tru-u) dan though (dou) cara menyebukannya disebut phonemic  
            Sedangkan phonetic adalah cara penulisan abjad agar cara membacanya bias sama untuk semua bangsa, mislanya:
            Yang penting dalam ethnografi atau yang perlua dilakukan adalah deskripsi phonemic dan phonetic. Dalam konteks ini para ethnografi memandang kebudayaan seperti model bahasa; kebudayaan diumpamakan dengan bahasa sehingga metode ilmu bahasa digunakan dalam kebudayaan. Pertanyaannya adalah, apakah kebudayaan seperti bahasa? Ya. Mengapa karena belajar bahasa berarti kita belajar grammer atau sama artinya kita belajar tentang  aturan-aturan, disinlah kemuadian terjadi redefenisi kebudayaan yaitu: kebudayaan adalah system aturan-aturan, aturan ini adanya dalam pengetahuan, oleh karena itu para ahli ethnosains mendefinisikan kebudayaan sebagai perangkat atau system kebudayaan   yang membimbing perilaku orang yang mengetahui oleh karena itu untuk memahami perilaku kita harus memahami pengetahuannya.
Dengan demikian ethnosains adalah paradigma yang bertujuan untuk mengungkap pengetahuan suatu masyarakat. Filosofinya kebudayaan diumpamakan seperti bahasa, karena  bahasa adalah   wujud pengetahuan, asumsinya manusia memiliki pengetahuan yang tersimpan dalam bahasa. Manusia memiliki kesadaran basisnya adalah fenomenology. Oleh karena itu Edmund Husserl (1930) mengeritik positivisme Ia menyatakan apakah ilmu social harus mengikuti ilmu alam. Lebih jauh Husserl menyebutkan bahwa manusia memiliki apa yang ia sebut sebagai consciousness of some thing (kesadaran terhadap “sesuatu”) dan sesuatu adalah kesadaran itu sendiri yang disebut dengan   consciousness of consciousness (kesadaran tentang kesadaran). Contoh kalau kita merenung (refleksi) kita sadar tentang apa!, kesadaran inilah yang mengendalikan perilaku. Gejala-gejela yang hadir dalam diri kita hadir tidak sebagaimana adanya.
Misal: sekarang kita ketemu Pak Heidy maka disini lahir kesadaran tentang Pak Heidy. Oleh karena itu menghadapi Pak Heidy setelah kita memiliki kedaran tentang dia akan sangat berbeda sebelum kitan memiliki kesadaran tersebut.
Gejala itu bukan yang hadir diluar sana tetapi gejala itu adalah yang hadir dalam kesadaran. Kesadaran ini berkembang terus karena terjadi interaksi. Oleh karena itu melihat gejala diluar sana bukan dengan mata tetapi dengan kesadaran; atau dengan kata lain fenomena bukan yang ada di sana tetapi yang berada dalam kesadaran. 
Alfred Scultz (Sudz): kemudian memasukkan gagasan fenomenologi Husserl dalam ilmu social. Dalam paradigm positivism kesadaran tidak masuk bagian dari ilmu, karena kesadaran tidak bias diobservasi, karena asumsi dasar keilmuan dalam positivism adalah: reason and observation: dalam konsep ini kesadaran tidak penting karena tidak bias diamati, pada tahap inilah kita melihat peredaan antara ilmu alam dan ilmu social. Aspek consciousness inilah yang tidak dijangkau oleh paradigm positivism.
Menurut Husserl Counciousness bisa  berupa sesuatu dan juga bias berupa tujuann (intention). Contoh; kotoran kerabau/sapi? Apa maknanya. Tidak ada maknanya bagi seorang sopir angkot, atau penjaga toko, tetapi ketika tahi itu oleh sopir dan penjaga took ingin menyuburkan tanamannya maka tahi kerbau menjadi penting dan bermakna
Gunung, angina tau gejala alam tidak punya consciousness, oleh karena itu adanya consciousness menyebabkan ilmu alam tidak bias sepenuhnya dipakai dalam ilmu-ilmu social humaniora. Asum ethnosains bahasa menyimpan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu ethnosains menggunakan fenomenologi karena pendekatan ini berupaya untuk mengungkap kesadaran. Apa yang ingin diungkap oleh ethnosains, mau tidak mau kita harus focus pada salah satu bidang: misalnya;
Pandangan masyarakat tentang lingkungan maka jawabnya ethnoecologi, atau kita dapat memunculkan ethno-ethno  lain yang  berbasis pada minat dan kecenderungan kita masing-masing; misalnya dalam bidang fiqhi ada ethnofiqhi, dalam bidang farmasi ada ethnofarmacologi, dalam bidang kehutanan ada ethno forestry, dalam bidang hewan ada ethnozoologi, dalam bidang pertanian ada ethnobotany, dalam bidang makanan ada ethno kuliner, dalam bidang seni ada ethno art, dalam bidang sex ada ethnosexiology, dalam bidang kedokteran ada ethnomedician, dll.
Tetapi intinya dalam ethnosains harus mendeskripsikan pengetahuan lokal isinya system klasifikasi, misanya system klasifikasi makhluk halus. Sistem klasifikasi ini membimbing perilaku. Mengapa orang kampung Melayu lebih memilih menggunakan air sunga ciliwung untuk mandi maupun minum,ketimbang air ledeng,  karena ternyata define bersih yang kita pahami berbeda dengan yang mereka pahami berbeda/ atau define bersih berbeda-beda. Mereka memandang air ciliwung, mengalir, bening dan tidak berbau; ethnoecology tentang air  
Etnometodologi dari Scultz kemudian di kembangkan lagi oleh Harold Grafingkel, ethnometodologi  lebih condong kepada kajian sosiologi sedangkan ethnosains condongnya ke anthropology.
Ethnografi studi perbandingan versus ethnografi ethnosains hasilnya system klasifikasi. Analisis Spradley lebih pada ethnosains, dalam kajian ethnografi yang berprespektif ethnosains maka istilah local harus muncul.
Betuk pertanyaan/wawancara  untuk menemukan jawaban  klasifikasi dilakukan dengan mengajukan pertanyaan, itu namanya apa? Ada berapa jenis?, pertanyaan tentang bagaimana pandangan orang ……..? mengandung  klasifikasi, system klasifikasi dari budaya yang diteliti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Uktub Your Ro'yi Here...