Sabtu, 31 Agustus 2013

Biografi Imam As-Suyuti


Pendahuluan

Sumber utama mengenai riwayat hidup Imam Suyuti rohimahullah adalah kitab beliau yang berjudul "Husnul Muhadloroh Fi Tarikhi Mishr Wal Qohiroh", satu kitab mengenai sejarah negara mesir secara umum dan kota Kairo secara khusus. Dalam kitab tersebut beliau juga menjelaskan secara rinci menegenai hal-hal yang berkaitan dengan beliau mulai dari kelahiran beliau, nasab, masa-masa belajar dll. Beliau menulis kitab ini pada umur 66 dan saat itu kitab yang beliau tulis sudah mencapai 300 judul selain kitab-kitab yang tidak jadi diedarkan karena beliau koreksi kembali.

Alasan beliau menulis sendiri biografinya adalah karena mengikuti para ulama' ahli hadits (muhadditsin) terdahulu, dimana saat mereka menulis kitab yang menjelaskan sejarah suatu daerah atau menjelaskan tentang biografi para tokoh terkenal mereka juga menuturkan biografi mereka sendiri dalam kitab tersebut. Beliau mencontohkan diantara ulama' yang meuturkan biografinya sendiri adalah;

1. Al-Hafidh Abul Hasan Abdul Ghofir Al-Farisi An-Naisaburi dalam kitab beliau yang menjelaskan tentang biografi ulama’-ulama’ Naisabur, daerah yang kini masuk dalam kawasan negara Iran, berjudul “As-Siyaq Li Tarikh Naisabur” yang lebih dikenal dengan nama “Tarikh Naisabur”.

2. Syaikh Yaqut Al-Hamawi dalam kitab beliau; “Irsyadul Arib Ila Ma’rifatil Adib” atau yang lebih dikenal dengan nama "Mu'jamul 'Udaba'. Kitab yang menuturkan biografi para sastrawan.

3. Lisanuddin bin Al-Khothib dalam kitab “Al-Ihathoh Fi Akhbari Ghornathoh” yang menjelaskan sejarah Granada, provinsi yang berada didalam kawasan otonomi Andalusia, Spanyol.

4. Al-Hafidh Taqiyyuddin Al-Fasi dalam kitab-kitab beliau yang menjelaskan sejarah kota Mekah, seperti “Al-‘Aqduts Tsamin Fi Tarikh Baladil Amin”, “Syifa’ul Ghorom Bi Akhbari Baladil Harom” dan ‘Az-Zuhur Al-Muqtatho’ah Min Tarikh Makkah Al-Musyarrofah”.

5. Al-Hafidh Abul Fadhl Ibnu Hajar dalam kitab yang menjelaskan mengenai biografi hakim-hakim Mesir yang berjudul “Rof’ul Ishr ‘An Qudlot Mishr”.

6. Syaikh Abu Syamah dalam kitab beliau “Ar-Roudlotain Fi Akhbarid Daulatain An-Nuriyah Was-Sholahiyah”. KItab yang mengisahkan sejarah kesultanan Sultan Nuruddin Zanki dan Sultan Sholahuddin Al-Ayyubi, dua sultan yang berjasa besar dalam perang salib.

Imam Suyuthi menjelaskan alas an beliau tersebut agar tidak dianggap bahwa menulis riwayat hidup dalam satu kitab yang ditulis sendiri adalah sesuatu yang aneh sebab hal seperti itu sudah dilakukan oleh ulama’-ulama’ sebelum beliau, bahkan diantara mereka terdapat nama Syaikh Abu Syamah, seorang ulama’ yang terkenal wira’i dan zuhud.

Nama dan Nasab

Nama dan nasab beliau adalah; Abdurrohman bin Al-Kamal Abi Bakar bin Muhammad Sabiquddin bin Al-Fakhr bin Nadhiruddin Muhammad bin Yusufuddin bin Khodhir bin Najmuddin Abis Sholah Ayyub bin Nashiruddin Muhammad bin Syaikh Hammamuddin Al-Hammam Al-Khudloiri Al-Asyuthi.

Khudloiri yang menjadi nisbat bagi keluarga beliau berasal dari nama daerah Al-Khudloiriyah, satu kawasan di Baghdad, Irak dimana kakek tertinggi beliau dahulu tinggal disana. Kakek tertinggi beliau adalah  Hammamuddin, beliau termasuk ulama’ ahli ilmu hakekat (ahlul haqiqoh) dan termasuk salah satu guru-guru tarekat (masyayikhut thoriqoh).

Anak cucu dari Syaikh Hammam kebanyakan menjadi tokoh dan memiliki kedudukan dalam pemerintahan didaerahnya masing-masing, diantara mereka ada yang terjun dalam bidang kehakiman, bidang keamanan, pedagang dalam pemerintahan Amir Syaikhun, membangun madrasah di Asyuth, dan mewakafkan beberapa wakafan, selain itu ada juga yang menjadi konglomerat. Diantara keturunan Syaikh Hammam hanya ayah Imam Suyuthi yang mengabdikan dirinya dalam bidang ilmu keagamaan.

Masa Kelahiran dan Pertumbuhan

Imam Suyuthi dilahirkan seusai Maghrib pada malam Ahad awal bulan Rajab pada tahun 849 H. bertepatan pada bulan September tahun 1445 H M.. Saat masih kecil ayah beliau pernah mengajaknya mengunjungi syaikh Muhammad Al-Majdzub seorang pembesar para wali dimasa itu yang bermukim di samping Masyhad An-Nafisi, yang kemudian mendo’akan keberkahan kepada beliau. Beliau tumbuh dalam keadaan yatim, sebab ayah beliau meninggal pada tahun 855 H,. Sebelum wafat, ayah beliau berwasiat kepada Syaikh Kamaluddinn bin al-Hammam untuk  menjaga dan mengurus serta mendidik beliau.

Masa - Masa Belajar

Belum genap berusia 8 tahun, beliau telah hafal al-Qur’an, selain itu  beliau juga telah hafal kitab al-‘Umdah (Umdatul Ahkam, kitab yang menjelaskan mengenai dalil-dalil hukum karya Syaikh Ibnu Daqiqi Al-‘Id), kitab Al-Minhaj dalam cabang ilmu fiqih (Minhajut Tholibin, kitab fiqih madzhab Syafi’i karya Imam Nawawi), dan kitab Al-Minhaj dalam cabang ilmu ushul (Minhajul Wushul Ila ‘Ilmil ‘Ushul, kitab ushul fiqih karya Imam Baidlowi) serta kitab Alfiyah Ibnu Malik dalam cabang ilmu bahasa arab.

Pada awal tahun 864 H. beliau mulai menyibukkan diri dengan pendalaman ilmu agama Imam Suyuthi belajar Fikih dan Nahwu dari beberapa ulama besar di masa itu. Beliau secara khusus belajar ilmu Faroidh kepada syaikh Al-‘Allamah Syihabuddin Asy-Syarmasahi , seorang ulama’ yang telah mencapai usia lebih dari seratus tahu, pada Syaikh Syihabuddin Asy-Syarrnasahi beliau juga belajar kitab Al-Majmu’.

Diantara ulama’ yang pernah menjadi guru beliau dalam ilmu fiqih adalah Syaikhul Islam ‘Alamuddin Al-Bulqini, Dibawah bimbingan Imam Bulqini, beliau mempelajari kitab-kitab berikut ini;

1. “At-Tadrib”, kitab fiqih madzhab syafi’i karya Sirojuddin Al-Bulqini, ayah dari Syaikh ‘Alamuddin Al-Bulqini. Kitab ini ditulis untuk dipersembahkan kepada putranya, yaitu Imam Bulqini, namun penulisannya hanya sampai pada bab rodlo’ (persusuan). Imam Suyuthi mempelajari kitab ini mulai dari awal kitab sampai bab wakalah,

2. “Al-Hawi Ash-Shoghir”, kitab fiqih madzhab syafi’i karya Syaikh Najmuddin Al-Qozwini yang meringkas kitab Syarah Al-Kabir karya Imam Rofi’i, kitab ini ditulis untuk anak beliau yang bernama Muhammad, dalam madzhab syafi’i jika disebutkan kitab “Al-hawi” maka yang dimaksud adalah kitab “Al-Hawi Ash-Shoghir” karya Imam Qozqini, bukan “Al-Hawi Al-Kabir” karya Imam Mawardi. Imam Suyuthi mempelajari kitab ini sampai bab iddah.

3. “Minhajut Tholibin”, salah satu kitab paling populer dan menjadi rujukan utama dalam fiqih madzhab syafi’i yang ditulis oleh Imam Nawawi. Imam Suyuthi mempelajari mempelajari kitab ini sampai bab zakat.

4. “At-Tanbih”, kitab fiqih madzhab syafi’i yang ditulis oleh Imam Abu Ishaq Asy-Syairozi, kitab ini merpakan salah satu dari 5 kitab yang paling banyak dipakai pada masa Imam Nawawi, 5 kitab yang dimaksud adalah Mukhtashor Muzani, Al-Wasith, Al-Wajiz, At,Tanbih dan Al-Muhadzdzab. Imam Suyuthi mempelajarikitab ini hampir mendekati bab zakat.

5. “Roudlotut Tholibin”, kitab fiqih madzhab syafi’i yang ditulis oleh Imam Nawawi, kitab ini merupakan ringkasan dari kitab “Syarah Al-Kabir” karya Imam Rofi’i dengan menghilangkan dalil-dalilnya dan juga mencantumkan beberapa pendapat Imam Nawawi yang berbeda dari Imam Rofi’i. Imam Suyuthi mempelajari sebagian bab qodho’ (keputusan hakim) dari kitab ini.

6. “Takmilah Syarah Al-Minhaj”, kitab ini merupakan kitab fiqih madzhab syafi’i yang ditulis oleh Imam Zarkasyi, kitab ini adalah penyempunaan dari kitab “Kafil Muhtaj Ila Syarhil Minhaj” yang ditulis oleh guru beliau, Imam Al-Isnawi, Imam Isnawi menulis kitab tersebut hanya sampai bab musaqoh dan wafat sebelum menyelesaikannya, kemudian Imam Zarkasyi melanjutkan penulisannya samapai selesai

Setelah Imam Bulqini meninggal pada tahun 878 H. beliau belajar kepada Syaikhul Islam Syarofuddin Al-Munawi, dibawah asuhan Syaikh Munawi beliau belajar sebagian kitab “Al-Minhaj” dan kitab “Syarah Al-Bahjah” sekaligus kitab hasyiyahnya, selain juga mempelajari kitab “Tafsir Al-Baidhowi”.

Dalam cabang ilmu hadits dan bahasa arab beliau belajar kepada Imam Taqiyyuddin Asy-Syamanli Al-Hanafi selama 4 tahun, Imam Suyuthi merupakan salah satu murid kesayangan Imam Syamanli yang diakui kepiawaiannya dalam ilmu bahasa arab dan ilmu hadits dan menuliskan kata pengantar untuk kitab “Syarah Alfiyah Ibnu Malik” dan “Jam’ul Jawami’ Fil Arobiyyah” yang ditulis oleh Imam Suyuthi.

Imam Suyuthi juga merupakan murid yang kritis, pernah suatu ketika beliau membaca hasyiyah kitab “Asy-Syifa” yang ditulis oleh gurunya, Imam Syamanli, dalam kitab itu gurunya menuliskan hadits yang diriwayatkan oleh Abul Jamro’ mengenai kisah isro’ dikeluarkan oleh oleh Imam Ibnu Majah, setelah beliau cari hadits tersebut di kitab Ibnu Majah dan sudah beliau baca kitab mulai awal hingga akhir sampai 3 kali beliau tidak menemukan hadits tersebut, setelah mencari dikitab-kitab hadits lainnya beliau menemukan hadits tersebut ada di kitab “Mu’jamus Shohabah’ karya Ibnu Qoni’. Mendapati hal seperti itu beliau menghadap kepada gurunya untuk memberitahukan hal tersebut, seketika itu pula gurunya mengambil pena dan mengganti tulisan “Ibnu Majah” dengan “Ibnu Qoni’”.

Guru beliau yang lain adalah Syaikh Muhyiddin Al-Kafiji selama 14 tahun, selama belajar kepada Syaikh Al-Kafiji beliau mempelajari berbagai cabang ilmu mulai dari tafsir, ushul, bahasa ‘arab dll, selain itu beliau juga memperoleh banyak ijazah dari gurunya.

Selain itu beliau juga menghadiri beberapa kali pengajian Syaikh Saifuddin Al-Hanafi yang mengajarkan kitab;

1. “Al-Kasysyaf”, kitab tafsir  yang menjadi salah satu rujukan utama untuk mngetahui kandungan balaghoh dalam al-qur’an. Judul asli kitab ini adalah “Al-Kasysyaf An Haqoiq Ghowamidlit Tanzil Wa Uyunil Aqowil Fi Wujuhit Ta'wil”.

2. “Audlohul Masalik Syarah Alfiyah Ibnu Malik” atau yang lebih dikenal dengan nama “At-Taudlih”, kitab nahwu karya Ibnu Hisyam yang merupakan syarah kitab Alfiyah Ibnu Malik,  beserta hasyiyahnya, “At-Tashrih Bi Madlmunit Taudlih” yang biasa disebut “At-Tashrih Alat-Taudlih” karya Syaikh Kholid Al-Azhari.

3. “Talkhishul Miftah” kitab karya Imam Jalaluddin Muhammad bin Abdurrohman Al-Qozaini Asy-Syawini yang menjelaskan tentang sastra bahasa arab, kitab ini merupakan ringkasan kitab “Miftahul Ulum” karya Syaikh Abu Ya’qub As-Sakaki.

4. “Al-Adhud”
Guru-Guru Imam Suyuthi

Imam Suyuthi memiliki banyak sekali guru yang tak terrtandingi jumlahnya pada masa beliau hidup. Berikut ini nama-nama guru Imam Suyuthi yang paling masyhur baik laki-laki maupun perempuan;

A. Guru - Guru Laki-Laki

1. Syaikh Ahmad bn Ibrohim bin Nashr bin Ahmad bin Muhammad bin Abul Fath Al-Kinani Al-Asqolani Al-Qohiri Ash-Sholihi Al-Hanbali.

2. Syaikh Syihabuddin Ahmad bin Ali bin Abu Bakar Asy-Syarimsahi Asy-Syafi’i.

3. Syaikh Taqiyyuddin Ahmad bin Muhammad bin Muhammad bin Hasan bin Ali bin Yahya Ats-Tsumunni.

4. Syaikh Taqiyyuddin Asy-Syibli Al-Hanafi, beliau adalah guru Imam Suyuthi dalam bidang hadits.

5. Imam ‘Alamuddin Al-Bulquni; Sholih bin Umar bin Ruslan.

6. Syaikh Abdul Aziz bin Abdul Wahid bin Abdulloh bin Muhammad Al-Izz bin At-Taj At-Takruri Asy-Syafi’i.

7. Syaikh Abul Fadl Abdul Aziz bin Muhammad bin Muhammad bin Al-Izz Al-Miqoti.

8. Syaikh Abdul Qodir bin Abul Qosim bin Ahmad bin Muhammad bin Abdul Mu’thi Al-Anshori As-Sa’di Al-Ubadi Al-Maliki.

9. Imam Jalaluddin Al-Mahalli; Muhammad bin Ahmad bin Ibrohim Al-Mahalli Asy-Syafi’i.

10. Syaikh Muhammad bin Sulaiman bin Sa’ad bin Mas’ud Ar-Rumi Al-Bar’Ami Al-Kafiji Al-Hanafi.

11. Imam Kamaluddin Al-Hammam Al-Hanafi; Muhammad bin Abdul Wahid bin Abdul Hamid Al-Iskandari. 

12. Imam Al-Munawi; Syarofuddin, Yahya bin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad.

B. Guru - Guru Wanita

1.   Amatul Kholiq (Ummul Khoir). Beliau adalah seorang ahli hadits dan merupakan orang terakhir yang meriwayatkan Shohih Bukhori dari ulama’ Hijaz.

2. Amatul Aziz binti Muhammad bin Yunus Al-Amani. Beliau juga merupakan ahli hadits, Imam Suyuthi belajar kitab “Tsulatsiyatul Bukhori” pada beliau.

3. Ummul Fadhl binti Muhammad Al-Mishriyah. Beliau juga merupakan seorang ahli hadits. Imam Suyuthi bercerita; “Aku bertemu dengan Ummul Fadhl binti Muhammad Al-Mishriyah, beliau bertanya kepadaku mengenai nama, kunyah, nama, nasab, daerah asalku dan dimana aku tinggal, aku menjawab semuanya, kemudian beliau berkata; “Aku bertemu dengan Abdulloh bin Umar Al-Azhari, beliau menanyakan kepadaku mengenai nama, kunyah, nasab, daerah asal dan dimana aku tinggal.... Anas -rodhiyallohu ‘anhu-  berkata; “Saya bertemu dengan Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam kemudian beliau bertanya kepadaku sebagaimana yang aku tanyakan kepadamu, kemudian beliau bersabda; “Wahai Anas, perbanyaklah teman, karena kelak sebagian dari kalian akan bisa member syafa’at kepada sebagian yang lain”.

4. Ummul Fadl bin Muhammad Al-Maqdisi. Beliau juga merupakan ahli hadits.

5. Ummu Hani’ binti Abul Hasan Al-Hurini. Beliau adalah seorang penulis dan ahli hadits.

6. Khodijah binti Abul Hasan bin Al-Mulqin.

7. Fathimah binti Ali bin Al-Yasir. Beliau juga seorang ahli hadits.

8. Kamaliyah binti Muhammad bin Abu Bakar Al-Marjani. Beliau juga seorang ahli hadits.

9. Nasywan binti Abdulloh Al-Kanani. Beliau juga seorang ahli hadits.

10. Hajar binti Muhammad Al-Mishriyah. Beliau juga seorang ahli hadits.

11. Hajar binti Muhammad Al-Maqdisi. Beliau juga seorang ahli hadits.

Haji ke Baitulloh

Imam Suyuthi menceritakan bahwa sewaktu menunaikan haji ke Baitulloh beliau minum air zamzam dengan niat dan berdo’a agar memiliki kemampuan dalam ilmu fiqih seperti yang dimiliki oleh guru beliau, Imam Bulqini, dan dalam ilmu hadits berharap seperti Imam Al-Hafidh Ibnu Hajar Al-Asqolani.

Cabang-Cabang Ilmu Yang Dikuasai Imam Suyuthi

Imam Suyuthi dikenal dikalangan ulama’ karena penguasaannya dalam berbagai cabang ilmu. Hal tersebut bisa diketahui dari kitab-kitab yang beliau tulis dalam beberapa cabang ilmu agama. beliau menguasai 7 cabang ilmu agama, yaitu; tafsir, hadits, fiqih, nahwu, ma’ani, bayan dan badi’ (nahwu, ma’ani, bayan dan badi’ adalah cabang-cabang ilmu bahasa arab).

Beliau juga menguasai ilmu ushul fiqih, jadal (metode diskusi), tashrif (cabang ilmu bahasa arab), insya’ (metode penulisan), faro’idh (ilmu pembagian warisan), qiro’ah (perbedaan tata cara pembacaan al-qur’an) dan ilmu kedokteran. Hanya saja penguasaan ilmu-ilmu tersebut tidak secara mendalam sebagaimana 7 cabang ilmu diatas, bahkan untuk cabang ilmu qiro’ah beliau mempelajarinya sendiri secara otodidak tanpa berguru,

Sedangkan ilmu yang paling suling menurut beliau, sebagaimana beliau akui sendiri, adalah ilmu hisab (berhitung), beliau sampai mengatakan saat mempelajari satu masalah dalam ilmu hisab rasanya seperti membawa gunung.

Kemampuan luar biasa yang dimiliki Imam Suyuthi yang dianugerahi pikiran yang cerdas dan ketekunan juga ditunjang dengan perpustakaan pribadi yang beliau miliki, perpustakaan tersebut adalah warisan dari ayahnya. Namun meski memiliki perpustakaan pribadi dengan koleksi kitab yang sangat banyak beliau dengan rutin mengunjungi perpustakaan Mahmudiyah semenjak beliau masih kecil.Perpustakaan Mahmudiyah berada di madrasah yang didirikan oleh Mahmud bin Ali Al-Istadar, perpustakaan ini merupakan salah satu perpustakaan terbesar di Kairo dan memiliki banyak koleksi kitab-kitab langka. Imam Suyuthi menulis satu kitab berjudul “Badzlul Majhud Fi Khozanati Mahmud” untuk mendata nama-nama kitab yang ada di perpustakaan Mahmudiyah.

Perjalanan Karir Intelektual Imam Suyuthi

Pada usia yang masih sangat muda, 17 tahun. beliau juga sudah mulai menulis kitab. Kitab pertama yang beliau tulis berjudul “Syarah Al-‘Isti’adzah Wal Basmalah” yang menjelaskan kandungan dari kalimat isti’adzah dan Basmalah. Setelah menyelesaikan penulisannya beliau membawa kitab karyanya ini untuk ditunjukkan dan dikoreksi oleh guru beliau, Imam Bulqini, guru beliau menuliskan kata pengantar untuk karya perdana dari Imam Suyuthi tersebut.

Selain mulai mengajar, pada awal tahun 866 H. dalam usia 17 tahun beliau mendapatkan ijazah dari gurunya untuk mengajar bahasa arab, kemudian pada tahun berikutnya, 876 H. beliau mendapatkan ijazah untuk mengajar dari guru beliau, Imam Bulqini, dimana pengajian kitab yang pertama kali beliau adakan juga dihadiri langsung oleh gurunya tersebut. Imam Suyuthi juga mengajar fiqih di masjid Jami’ Asy-Syaikhni menggantikan ayah beliau, selain itu Imam Kamaluddin Al-Hammam Al-Hanafi, orang yang diberi wasiat oleh ayah beliau agar mengurus Imam Suyuthi, juga menetapkan sebagai pengajar hadits sebagai pengganti ayah beliau.

Murid -Murid Imam Syuthi

Diantara murid-murid beliau yang paling masyhur adalah :

1. Syaikh Abdul Qodir bin Muhammad bin Ahmad Asy-Syadzili Asy-Syafi’i.

2. Syaikh Ibnu Iyas, Abul Barokat, Muhammad bin Ahmad bin Iyas Al-hanafi, penulis kitab “Badai’uz Zuhur Fi Waqo’iud Duhur”.

3. Syaikh Al-Hajj Muhammad Sukyah.

4. Syaikh Syamsuddin, Muhammad bin Abdurrohman bin Ali bin Abu Bakar Al-‘Alqomi.

5. Syaikh Syamsuddin, Muhammad bin Ali bin Ahmad Ad-Dawudi Al-Mishri.

6. Ibnu Thulun; Syaikh Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Thulun Ad-Damasyqi Al-Hanafi.

7. Syaikh Muhammad bin Al-Qodhi Rodhiyuddin Muhammad bin Muhammad bin Abdulloh binBadr bin Utsman bin Jabir Al-Ghozi Al-‘Amiri Al-Qurosyi Asy-Syafi’i.

8. Syaikh Muhammad bin Yusuf bin Ali bin Yusuf Asy-Syami.

9. Syaikh Jamaluddin, Yusuf bin Abdulloh Al-hasani Al-Armayuni Asy-Syafi’i.

Fokus Menulis Dan Beribadah

Pada usia empat puluh tahun Imam Suyuthi memfokuskan dan menyibukkan dirinya untuk beribadah kepada Allah, dan menjauhkan diri dari kehidupan dunia dan penduduknya seakan-akan beliau tidak mengenal seorang pun, kemudian beliau mulai menulis karya-karyanya, dan meninggalkan berfatwa dan mengajar. Dalam kitab beliau yang berjudul “at-Tanfis” beliau menjelaskan mengenai alasan meninggalkan mengajar dan berfatwa dan memilih menyendiri untuk menulis kitab dan beribadah.Hal tersebut beliau lakukan sampai beliua wafat, beliau tidak membukakan pintu rumahnya di pesisir sungai Nil.

Akhlak Imam Suyuthi

Imam Suyuthi adalah seorang ulama’ yang dikenal dengan kezuhudannya, tekun beribadah dan menjauhi urusan-urasan dunia. Para pemimpin dan orang-orang kaya seringkali berdatangan kepada beliau, lalu mereka menmberikan an harta kepada beliau, namun beliau menolaknya. Suatu ketika ada orang yang memberikan seorang budak dan uang sebanyak seribu dinar, beliau mengembalikan uang tersebut dan mengambil budak lalu dia memerdekakannya dan menjadikannnya sebagai pelayan di ruangan makam Nabi, kemudian dia berkata kepada orang yang menghadiahkan uang seribu dinar dan budak tersebut: “Janganlah kamu datang kepadakudengan hadiyah, karena sesungguhnya Allah telah menganugerahkan kepadaku dari hadiah-hadiah tersebut. Beliau tidak pernah  membeda-bedakan antara orang terpandang

Selain itu beliau tidak senag terlalu sering menghadap para impinan, bahkan berkali-kali para pemimpin mengundang beliau namun beliau enggan untuk datang. Pernah suatu ketika seseorang bertanya kepada beliau; ”Bukankah ulama’ - ulama’ yang masyhur akan kewaliannya juga sering mendatangi para pemimpin demi memenuhi hajat rakyat”. Beliau menjawab; ”Mengikuti para ulama’ salaf dengan tidak mendatangi mereka lebih menyelamatkan agama seorang muslim”. Karena itulah beliau menulis kitab yang berjudul ”Ma Rowahul Asathin Fi ’Adamit Taroddud ’Alas Salathin”, sebuah kitab yang menjelaskan riwayat-riwayat ulama’ salaf yang menjelaskan agar tidak terlalu sering mendatangi para pemimpin.

Dalam muqodimah kitab ”Al-Asybah Wan Nadho’ir” imam Suyuthi mengtakan; ”Hum warotsatul anbiya’... wa yuhtada kanujumis sama’... wahum al-muluuk? la, bal al-muluuk tahta aqdamihim wa fi tashorifi aqwalihim wa aqlamihim” (Para ulama’ adalah pewrais para Nabi, mereka memberikan petunjuk laksana bintang-bintang dilangit. Apakah mereka raja? tidak, mereka bukan raja tapi para raja harus tunduk pada mereka dan mengikuti perkataan dan tulisan mereka).

Karya-karya Imam Suyuthi

Imam as-Suyuthi telah meninggalkan karya-karyanya begitu banyak dalam berbagai disiplin ilmu, dikarenakan beliau rajin menulis buku semenjak masih sangat muda. Dalam kitab ”Kasyfudh Dhunun” karya Haji Kholifah dijelaskan bahwa karya tulis Imam Suyuthi mencapai 540 kitab. Dalam ”An-Nurus Safir ’An Akhbaril Qurnil Asyir” yang ditulis oleh Syaikh As-Sayyid Abdul Qodir bin Abdulloh Al-Idrus dijelaskan bahwa arya-karya beliau telah mencapai jumlah hingga 600 karya selain yang dia perbaiki kembali dan yang dicuci (tidak jadi diedarkan)”. Sedangkan menurut Sayyid Muhammad Abdul Hayy Al-Kattani, jumlah keseluruhan karya Imam Suyuthi adalah 904 kitab dalam berbagai disiplin ilmu.

Diantara karya-karyanya yang terkenal, antara lain :
”Al-Itqan Fi ’Ulum al-Quran”. Kitab yang menjadi rujukan utama dalam disiplin ilmu ulumul qur’an, kitab ini sebenarnya adalah muqoddimah (kata pengantar) kitab tafsir yang beliau berikan judul ”Majma’ul Bahro’in Wa Mathla’ul Badroin Al-Jami’ Li Tahririr Riwayah Wa Taqrirud Diroyah” satu kitab tafsir yang menggabungkan tafsir bil ma’tsur (tafsir berdasarkan riwayat) dan tafsir bir ro’yi (tafsir berdasarkan pemikiran) yang rencananyanya akan beliau tulis namun beliau wafat sebelum menyelsaikan penulisan kitab tafsir tersebut, para ulama’ mengatakan; seandainya kitab itu telah ditulis dengan sempurna tentu tak akan ada tandingannya.

Ad-Durrul Mantsur fit-Tafsir Bil Ma’tsur. Kitab tafsir yang mengikuti metode tafsir bil ma’tsur, baru-baru ini kitab ini dicetak dalam 16 jilid. kitab ini adalah ringkasan dari kitab tafsir yang lebih besar lagi yang bernama “Tarjumanul Qur’an”, sayangnya sampai sekarang kitab tarjumanul qur’an tidak diketahui keberadaannya.

3. “Tafsir Jalalain”. Kitab tafsir ini merupakan kitab tafsir yang dikenal dan diajarkan diseluruh kawasan dunia islam karena tidak terlalu tebal namun sarat kandungan ilmu. Kitab ini adalah kitab tafsir yang ditulis oleh Imam Suyuthi yang menyempurnakan kitab tafsir yang ditulis oleh guru beliau, Imam Mahalli yang wafat sebelum merampungkan penulisannya, karena itulah kitab ini dikenal dengan nama; “Tafsir Jalalain” artinya kitab tafsir yang ditulis oleh 2 orang yang agung, 2 orang yang dimaksud adalah Imam Jalaluddin Al-Mahalli dan Imam Jalaluddin As-Suyuthi.

 4.  ”Al-Iklil fi Istinbath at-Tanzil”. Kitab ini termasuk dalam kategori ”Tafsir Ahkam”, maksudnya yaitu kitab tafsir yang mengkhususkan pembahasan tafsir dari sudut pandang penunjukan suatu ayat mengenai satu hukum, sayangnya kitab ini kurang begitu populer dikalangan para pelajar fiqih madzhab syafi’i di Indonesia.

 ”Alfiyah As-Suyuthi Fi Ilmil Hadits”. Judul asli kitab ini adalah ”Nadhmud Duror Fi ’Ilmil Atsar”, namun lebih populer dengan sebutan ”Alfiyah As-Suyuthi” karena kitab ini memuat 1000  nadhom (bilangan tepatnya 994 nadhom) yang menjelaskan tentang ilmu hadits.

6. ”Tadribur Rowi Syarah Taqribun Nawawi”. Kitab ini merupakan syarah dari kitab ”At-Taqrib Wat-Taisir Li Ma’rifati Sunanil Basyir An-Nadzir” atau yang lebih dikenal dengan sebutan ”Taqrib An-nawawi” karya Imam Nawawi. Kitab Tadriburt Rowi merupakan salah satu rujukan utama dalam bidang ilu hadita.

7.  “Jami’us Shoghir”. Kitab ini merupakan kitab hadits yang mencantumkan lebih dari 10.000 hadits yang disusun berdasarkah huruf hija’iyah, sehingga menjadi salah satu rujukan utama saat mencari keberadaan matan suatu hadits dengan mencarinya dikitab ini dengan melihat huruf pertama dari matan hadits tersebut, selain itu keistimewaannya terletak dari ditunjukkannya dalam kitab apa hadits tersebut ditulis dan ditambah penjelasan mengenai derajat hadits tersebut yang keduanya diisyaratkan dengan symbol-simbol huruf dakhir setiap hadita. Kitab ini sebetulnya merupakan ringkasan dari kitab “Jawami’ull Jawami’” yang lebih dikenal dengan sebutan “Jamiul Kabir” yang kitabnya mencapai 25 jilid.

8. “Al-Asybah Wan-Nadho’ir Fi Qowa’id Wa Furu’is Syafi’iyyah”. Kitab ini merupakan kitab induk dalam bidang ilmu qo’idah fiqih dalam madzhab syafi’i secara khusus dan dalam ilmu fiqih islam secara umum, selain itu kitab ini juga membahas mengenai beberapa faedah-faedah yang sangat bermanfaat dalam fiqih sehingga tak heran bila kitab ini diajarkan dihampir semua pondok pesantren salaf pada tingkat aliyah di pulau jawa khususnya.

9. “Al-hawi Lil-Fatawi”. Kitab ini memuat fatwa-fatwa beliau dalam berbagai disiplin ilmu, mulai dari masalah-masalah yang berkaitan dengan tauhid, al-qur’an, hadits, fiqih, nahwu dan tasawuf.

Mimpi Bertemu Rasulullah

Dalam kitab “Al-Kawakibus Sa’irohg Fi A’yanil Mi’ah Al-Asyiroh” karya Syaikh Najmuddin Al-Ghozi diceritakan; pada suatu malam Imam Suyuthi mimpi bertemu derngan Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam, beliau menanyakan kepada Nabi perihal beberapa hadits, Nabi memanggil beliau dengan sebutan “Syaikhus Sunnah’ (guru/pakarnya sunnah Nabi).

Selain itu beliau juga juga pernah bertemu dengan Nabi dalam keadaan terjaga (bukan dalam mimpi) sebagaimana dikisahkan oleh Syaikh Abdul Qodir Asy-Syadzili. Imam Suyuthi bercerita bahwa beliau pernah melihat langsung Rosululloh, kemudian beliau bertanya; “Wahai Rosululloh, apakah aku termasuk penghuni surga” Rosululloh menjawab; “Iya”, lalu aku bertanya lagi; “Apakah aku akan masuk surga dengan tanpa disiksa terlebih dahulu sebelumnya?”. Rosululloh menjawab “Itulah yang akan diberikan kepadamu”. Syaikh Abdul Qodir Asy-Syadzili pernah bertanya beliau tentang berapa kali beliau bertemu dengan Rosululloh dalam keadaan terjaga, beliau menjawab; “70 kali lebih”.

Berdasarkan pengalaman tersebut Imam Suyuthi menulis kitab berjudul “tanwirul Halaq Fi Imkani Ru’yatin Nabi Wal Malak”, isi dari kitab ini juga terdapat dalam kitab “Al-Hawi Lil Fatawi”, dalam kitab tersebut beliau menjawab pertanyaan tentang kemungkinan melihat Nabi dalam keadaan terjaga dan membantah pernyaan dari orang-orang yang mengatakan bahwa hal tersebut tidak mungkin terjadi, beliau membantah pernyataan mereka dengan menyebutkan dalil-dalilnya disertai kisah-kisah ulama’ yang mengalaminya..

Meninggalnya Imam As-Suyuthi

Imam As-Suyuthi wafat  pada waktu sahur malam jum’at tanggal 17 Jumadil Ula tahun 911 H. dirumah beliau yang berada di Roudlotul Miqbas. Beliau dimakamkan di Haush Qushun sebelah timur pintu al-Qarafah. Nama beliau dinisbatkan kepada daerah asal ayah beliau, yaitu Asyuth, karena itu beliau dikenal dengan nama Imam Suyuthi.

Semoga Alloh menempatkan beliau ditempat yang mulia di Surga, dan semoga kita  mendapat barokah dan manfaat dan dapat meneladani beliau.. Amiiin..

Referensi Utama :
1. Husnul Muhadhoroh Fi Tarikhil Mishr Wal Qohiroh
2. Muqoddimah tahqiq “Tafsir Ad-Durrul Mantsur” cetakan Markaz Al-Hijr
3. Muqoddimah Tahqiq cetakan Universitas Al-Azhar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Uktub Your Ro'yi Here...