Kamis, 03 Oktober 2013

Kepemimpinan di Kampung Naga

Oleh: Amin Fauzi  dkk. 

D. Kepemimpinan (leadership)
Kepemimpinan (leadership) dapat bermakna sebagai kemampuan untuk mengomandoi (“the capacity to lead others”) juga dapat bermakna sebagai perilaku memberi arahan. Pada dasarnya tugas pemimpin adalah bagaimana membawa orang menuju ketempat yang seharusnya. Kepemimpinan ada dalam setiap sistem sosial, karena akan selalu ada inter-relasi antara pihak yang mempengaruhi dan yang dipengaruhi.
Demikian juga terhadap masyarakat Kampung Naga, kepemimpinan dijalankan oleh tokoh masyarakat dalam bentuk kepemimpinan adat dengan struktur kunceng (ketua adat), yang dibantu oleh punduh dan lebeh. Meskipun memiliki struktur, namun terlihat seperti kepemimpinan in-formal karena lebih bersifat kesepakatan secara turun temurun dalam sistem sosial. Dilihat dari proses dalam memilih pemimpin, kepemimpinan tersebut bersifat otoriter dan tidak demokratis, karena seorang pemimpin secara otomatis diangkat dari anak laki-laki yang telah dianggap layak dan dewasa dari pemimpin yang akan digantikan. Dilihat dari perilaku pemimpinya nampak bahwa kepemimpinan di Kampung Naga adalah pelindung serta penyelamat (missionary) karena perilaku pemimpin didasari asumsi bahwa hubungan manusia yang efektif berbentuk persahabatan yang akrab, mencegah pertentangan, perdebatan dan konflik-konflik.

Pemimpin dalam melaksanakan kepemimpinannya mereka menggunakan pendekatan falsafah dan tradisi yaitu Penyahur ganjang kumolang, Pamulut ganjang sausan dan parentah ganjang lakonin (bahasa sunda) yang berarti bahwa masyarakat bila ada undangan harus dihadiri, ada permintaan harus dipenuhi dan ada perintah harus dilaksanakan. Secara operasional berdasarkan struktur, tugas kunceng adalah ngurus laku ngurus adat (mengurusi perilaku dan adat istiadat). Sedangkan punduh membantu kunceng dalam mengurus perilaku anggota sistem sosial dalam berinteraksi dengan lingukungan alam, dan lebeh membantu kunceng dalam mengurusi hubungan sosial dan kemasyarakatan serta kerohanian.
Sebagai pemimpin in-formal, terdapat dua kunci penting yang dimiliki dalam mengarahkan anggota masyarakatnya yaitu : (1) kepercayaan (trust) yang menimbulkan keyakinan pada anggota sistem sosial karena mereka menghargai dan menjaga norma-noma sistem mereka, dan (2) komunikasi yang efektif, meskipun hanya dilakukan pada saat-saat tertentu, namun pesan yang disampaikan dapat menggugah perasaan anggotanya. Kedua kunci tersebut membawa anggota sistem sosial pada tujuan yang ingin dicapai yaitu melestarikan nilai-nilai positif. Oleh karena itu pemimpin menggunakan kelembagaan sosialnya sebagai alat dalam menata hubungan yang stabil antara sesama anggota masyarakat (keselarasan sosial) dan hubungan yang stabil antara masyarakat dengan alam dan lingkungan (keselarasan alam) yang diyakini sebagai sumber kehidupan utama.
Tingkat efektifitas kepemimpinan tersebut membentuk perilaku-perilaku kolektif anggota sistem sosial dalam bertindak sesuai norma yang berlaku, hal tersebut mempengaruhi terbentuknya perilaku positif pada seluruh anggota sistem sosial dalam menjaga hubungan yang selaras antara masyarakat dengan alam lingkungannya dan antara sesama anggota masyarakat yang pada akhirnya tercipta perilaku arif dalam menjaga alam dan lingkungan lestari serta kerukunan masyarakat yang selalu harmonis atau dapat disebut kearifan lokal masyarakat Kampung Naga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Uktub Your Ro'yi Here...