Selasa, 05 Juni 2012

Perekonomian Daulah Abbasiyah

Oleh : Shofi Fasya 

Pada masa pemerintahan Khalifah Abbasiyyah, peranan ekonomi merupakan hal yang sangat menentukan untuk kemajuan atau kemundurannya suatu negara. Oleh karena itu, Khalifah Abbassiyah memberikan perhatian khusus pada pengembangan sektor ini. Di masa pemerintahan Khalifah Abbasiyah ini, sumber pemasukan negara yang paling utama berasal dari pajak dan zakat. Pada saat itu, ada beberapa jenis pajak yang berlaku. Seperti pajak yang dipungut bagi orang-orang non Muslim yang tinggal di wilayah Negara Islam, pajak atas seluruh barang dagangan orang-orang non-Muslim ketika mereka berdagang di wilayah Negara Islam yang berkenaan dengan perlintasan batas negara, pemungutan pajak yang dikenakan atas bumi atau yang biasa disebut dengan pajak tanah dan juga terdapat pajak yang berasal dari orang-orang non Muslim yang meminta perlindungan atas mereka yang tinggal di Negara Islam. Dari berbagai jenis pajak yang telah disebutkan, jenis pajak yang paling banyak menjadi pemasukan negara adalah pajak tanah atau kharaj. Selain pajak, sumber pemasukan utama negara juga berasal dari zakat. Zakat dibebankan atas tanah produktif,hewan ternak,emas,perak,barang dagangan serta harta milik lainnya yang mampu berkembang, baik secara alami maupun setelah diusahakan. Seluruh hasil pajak dan zakat dikumpulkan di suatu lembaga perbendaharaan negara yang dikenal dengan nama Baitul Maal yang kemudian hasilnya dihitung dan dijadikan sebagai pendapatan negara. Lalu semua uang yang terkumpul di Baitul Maal digunakan untuk kepentingan kaum muslim, yaitu untuk orang miskin, musafir, memelihara masjid, membayar tentara, sukarelawan dalam perang suci dan menebus para budak serta tawanan.
Ekonomi imperium pada masa Khalifah Abbasiyyah digerakkan pula oleh perdagangan. Dijadikannya Kota Baghdad sebagai pusat kendali pemerintahan memiliki arti tersendiri bagi perkembangan dan kemajuan di bidang ekonomi. Baghdad merupakan sebuah kota yang terletak di daerah yang sangat strategis bagi perdagangan. Karena, sungai tigris dapat melalui kota ini dan juga jalur perdagangan yang melalui sungai eufarat juga cukup dekat dengan kota tersebut, sehingga memungkinkan para pedagang untuk singgah dan menawarkan barang dagangan yang mereka bawa. Selain itu, barang dagangan juga dapat diangkut dengan menggunakan perahu-perahu kecil dengan melewati sungai tigris dan eufarat. Terdapatnya jalanan yang aman dan nyaman juga merupakan suatu hal yang sangat berpengaruh bagi Kota Baghdad. Sehingga pada saat itu Baghdad menjadi daerah yang sangat ramai, karena disamping menjadi ibu kota kerajaan Kota Baghdad juga menjadi pusat perniagaan yang cukup marak. Dari situlah negara mendapatkan devisa yang cukup besar jumahnya.
Faktor pertumbuhan jumlah penduduk juga merupakan suatu faktor yang turut meningkatkan pertumbuhan ekonomi, dimana semakin banyaknya jumlah penduduk semakin besar pula faktor permintaan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Sehingga memicu produktivitas ekonomi.
Pada saat itu, banyak sekali barang-barang yang diperdagangkan. Adapun komoditi yang menjadi primadona adalah bahan pakaian atau tekstil yang banyak diminati oleh pasar Asia dan Eropa. Sehingga industri di bidang penenunan, kain-kain bahan sandang dan juga karpet mengalami kemajuan yang cukup pesat. Bahan-bahan utama yang digunakan oleh industri ini adalah kapas, wol, dan sutra. Industri lain yang juga berkembang pesat adalah industri barang pecah belah, keramik dan parfum. Disamping itu ada juga industri kertas yang perkembangannya juga sangat baik, yaitu industi kertas yang berada di daerah Samarkand. Di Samarkand inilah kegiatan produksi dan eksport kertas dimulai. Hal ini menjadi pendorong pemerintahan pada masa itu untuk membangun pabrik kertas pertama di Baghdad sekitar tahun 800 M. Teknologi industri kertas berkembang pesat di dunia Islam setelah terjadinya Pertempuran Talas sekitar tahun 751 M. Kaum Muslim berhasil mengalahkan orang Cina dalam membuat kertas. Namun, proses pembuatan kertas yang diperkenalkan oleh orang Cina tidak bisa dilanjutkan karena kulit pohon murbei di negara Islam tidak ada. Para sarjana Muslim akhirnya membuat sebuah inovasi baru dalam pembuatan kertas dengan mengganti kulit pohon murbei dengan pohon linen, kapas dan serat. Selain itu para sarjana Muslim juga memperkenalkan bambu yang digunakan untuk mengeringkan lembaran kertas basah dan memindahkan kertas ketika masih lembab. Tak lama kemudian kaum Muslim juga memperkenalkan proses pemotongan kertas dengan kanji gandum. Proses ini mampu menghasilkan permukaan kertas yang dapat ditulis dengan menggunakan tinta. Sejak saat itu industri kertas menyebar dengan cepat ke negara-negara Muslim lainnya.
Komoditas lain yang berorientasi komersial selain kertas, barang pecah belah dan tekstil adalah bidang pertanian yang juga maju pesat pada awal pemerintahan dinasti Abbasiyyah karena pusat pemerintahannya berada di daerah yang sangat subur, di tepian sungai Sawad. Pemerintah pada masa itu menyadari bahwa pertanian juga merupakan sumber pemasukan utama negara maka lahan-lahan pertanian yang terlantar dan desa-desa yang hancur di berbagai wilayah kerajaan diperbaiki dan dibangun kembali secara bertahap sehingga memungkinkan untuk melakukan kegiatan pertanian. Hasil pertanian dan perkebunan seperti gandum, padi,wijen,kapas dan kurma diperdagangkan di beberapa wilayah kekuasaan Abbasiyyah. 
Selain itu budak-budak juga diperjual belikan, mereka dibeli oleh tuannya untuk dipekerjakan di lahan pertanian, perkebunan atau pabrik yang mereka miliki. Namun, bagi pemerintah, budak-budak dibeli untuk direkrut sebagai anggota militer demi pertahanan negara.
Di masa pemerintahan Khalifah Abbasiyyah, mata uang yang digunakan sebagai alat tukar yang sah adalah dinar dan dirham. Kemajuan ekonomi yang sangat pesat berimbas pada kemakmuran masyarakat secara keseluruhan. Kekayaan yang melimpah pada masa ini digunakan untuk kegiatan-kegiatan di berbagai bidang seperti sosial, budaya, ilmu pengetahuan, kesehatan, sastra dan pengembangan ilmu filsafat. Oleh karena itu, masa Abbasiyyah merupakan masa keemasan dan kejayaan umat Islam sebagai pusat dunia dalam berbagai aspek peradaban.         
Kemajuan perekonomian pada masa itu disebabkan oleh beberapa faktor :
1.      Relatif stabilnya kondisi perpolitikan pada masa itu. sehingga kegiatan perekonomian berjalan dengan baik.
2.      Karena pada masa itu jumlah penduduk begitu banyak. Permintaan untuk kebutuhan-kebutuhan hidup seperti primer,sekunder dan tersier  juga semakin banyak namun hal ini telah mendorong para pelaku ekonomi untuk memperbanyak kuantitas persediaan barang dan jasa.
3.      Luasnya daerah kekuasaan Abbasiyyah mendorong perputaran dan pertukaran komoditas menjadi ramai.
4.      Jalur tranportasi laut yang serta kemahiran para pelaut Muslim dalam ilmu kelautan.
5.      Perilaku pekerja para khalifah dan pelaku ekonomi dari golongan Arab yang memang sudah terbukti dalam sejarah sebagai ekonom yang tangguh. Hal ini didorong oleh kenyataan bahwa Nabi kita sendiri yaitu Muhammad SAW adalah seorang pedagang dan perdagangan juga sudah menjadi bagian hidup orang Arab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Uktub Your Ro'yi Here...