Konsep
Pendidikan sebagai Mata Pelajaran
Guru dalam
proses belajar mengajar memiliki fungsi yang sangat strategis dalam
melaksanakan tugas mendidik dan mengajar, karena melalui proses pendidikan akan
terbentuklah sikap dan perilaku peserta didik. Guru sebagai seorang pendidik
disebut sebagai seorang muaddib, yaitu orang yang berusaha mewujudkan budi
pekerti yang baik atau akhlakul karimah, atau sebagai pembentukan nilai-nilai
moral atau transfer of values. Sedangkan guru sebagai pengajar atau mu’allim
adalah orang yang mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan kepada peserta didik,
sehingga peserta didik mengerti, memahami, menghayati dan dapat mengamalkan
berbagai ilmu pengetahuan yang disebut sebagai transfer of knowledge.[1]
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan
agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam meyakini,
memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran dan latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama
lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk
mewujudkan persatuan nasional.[2]
2. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam
Ruang Lingkup
Pendidikan Agama Islam meliputi keserasian, keselarasan dan kesinambungan
antara :
a. Hubungan manusia dengan Allah SWT.
b. Hubungan manusia dengan sesama manusia.
c. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri.
d. Hubungan manusia dengan mahkluk lain dan
lingkungannya.
Adapun ruang
lingkup bahan pelajaran pendidikan agama Islam meliputi tujuh unsur pokok,
yaitu keimanan, ibadah, Al-Qur’an, akhlak, muamalah, syari’ah dan tarikh. Pada
tingkat Sekolah Dasar (SD) penekanan diberikan kepada 4 (empat) unsur pokok,
yaitu : keimanan, ibadah, Al-Qur’an dan kahlak.[3]
3. Landasan Pemikiran Pendidikan Agama Islam
Islam sebagai
agama yang universal memberikan pedoman hidup bagi manusia menuju kehidupan
yang bahagia. Kebahagiaan hidup manusia itulah yang menjadi sasaran hidup
manusia yang mencapaiannya sangat bergantung pada masalah pendidikan. Guna
mendapatkan gambaran tentang konsep pendidikan, para ilmuwan muslim menawarkan
tiga istilah sebagai referensi dalam mengkaji problematika sistem pendidikan
yaitu pendidikan Islam. Diantara mereka adalah Abdurrahman An-Nahlawi,
menurutnya lafadz-lafadz itu adalah tarbiyah, ta’lim dan ta’dib. Namun Hans
Wehr, seorang ahli bahasa mengartikan lafadz “tahzib” dengan arti ada
kesemaannya dengan ketika lafadz sebelumnya.[4]
a. Tarbiyah
Istilah
tarbiyah itu sedikitnya bisa memiliki arti 7 (tujuh) macam education
(pendidikan), upbringing (asuhan), teaching (pengajaran), instruction
(perintah), pedagogy (pendidikan), breeding (pemeliharaan), raising
(peningkatan). Istilah tarbiyah sendiri berasal dari akar kata “raba-yarbu”
yang berarti tumbuh dan berkembang. Semuanya arti itu sejalan dengan lafal yang
digunakan oleh Al-Qur’an untuk menunjukkan proses pertumbuhan dan perkembangan
kekuatan fisik, akal dan akhlak. Hal ini diantaranya nampak dalam ayat :
قال الم
نربّك فينا وليداوّلبثت فينا من عمرك سنين (الشّعراء : 18)
Artinya :
“Fir’aun menjawab “bukankah kami telah mengasuhmu diantara (keluarga) kami,
waktu kamu masih kanak-kanak dan kamu tinggal bersama kami beberapa tahun dari
umurmu” (QS. Al-Syu’ara : 18).[5]
b. Ta’lim
Istilah ta’lim
mempunyai dua pola atau bentuk jama’, pertama ta’lim dengan pola jama’ ta’alim
mempunyai sembilan arti yakni, informasi (berita), advice (nasehat),
instruction (perintah), direction (petunjuk), teaching (pengajaran), training
(pelatihan), schooling (pendidikan di sekolah), education (pendidikan),
apprenticeship (bekerja sambil dengan belajar). Kedua, ta’lim dalam pola jama’
ta’limat hanya berarti dua macam, yakni : directives (petunjuk) dan
announcement (pengumuman).
Ayat yang oleh
para ahli dijadikan dasar proses pengajaran (pendidikan) diantaranya surat
Al-Baqarah ayat 31-32 yang berbunyi :
وعلمّ
ادم الاسماء كلها ثمّ عرضهم علىالملئكة فقال انبئونى باسماء هؤلاء ان كنتم صدقين. قالواسبحنك
لا علم لنا الاّ ما علمتنا انك انت العليم الحكيم (البقرة : 31-33)
Artinya : “Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama
(benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu
berfirman : “sebutkanlah kepadaku nama benda-benda itu jika kamu memang
orang-orang yang benar”, mereka menjawab “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami
ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya
Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana” (QS. Al-Baqarah : 31-32).[6]
c. Ta’dib
Lafal ta’dib
setidaknya memiliki empat macam arti, yaitu education (pendidikan), discipline
(ketertiban), punishment chastisement (hukuman), disciplinary punishment
(hukuman demi ketertiban).
d. Tahzib
Hans Wehr
mengartikan tahzib dalam 10 (saepuluh) arti, yaitu : expurgation (penghilangan
yang jelek), emendation (perbaikan), correction atau rectification
(pembetulan), revion (perbaikan), training (pelatihan), instruction (perintah),
education (pendidikan), upbringing (penumbuhan), culture (kebudayaan), dan
refinement (perbaikan).
Meskipun term
untuk pendidikan Islam itu yang digunakan dalam Al-Qur’an hanya
“Al-Tarbiyah” dan “Ta’lim”, tidak
berarti konsep pendidikan Islam tidak menyentuh aspek yang dimiliki oleh
istilah “Al-Ta’dib”, sebab esensi dari sistem pendidikan ini adalah perbaikan
moral.[7]
Jadi pendidikan
Islam (islamic education) merupakan suatu proses pengembangan potensi kreatif
peserta didik untuk menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Allah,berkepribadian muslim, cerdas, terampil, memiliki etos kerja tinggi,
berbudi luhur, dan bertanggung jawab terhadap dirinya, bangsa, negara dan
agama.
Prinsip
pendidikan Islam pada dasarnya hampir sama dengan pola umum pendidikan sebagai
pengembangan potensi yang terpendam dari anak didik. Potensi yang menjadi
garapan dalam pendidikan menurut Aristoteles meliputi kawasan akal (cognitive
domain), kawasan perasaan (affective domain) dan kawasan psikomotorik
(psycomotoric domain).[8]
4. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Pendidikan
agama Islam bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan
pengamalan peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim
yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, serta berakhlak mulia dalam
kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
5. Fungsi Pengajaran Agama Islam
a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan
dan ketaqwaan kepada Allah SWT, yang telah ditanamkan dalam lingkungan
keluarga. Pada dasarnya dan pertama-tama menanamkan berkewajiban menanamkan
keimanan dan ketaqwaan dilakukan oleh setiap orang tua dalam keluarga. Sekolah
berfungsi untuk menumbuh kembangkan lebih lanjut dalam diri anak melalui
bimbingan, pengajaran, dan pelatihan agar keimanan dan ketaqwaan tersebut dapat
berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya.
b. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan
peserta didik yang memiliki bakat khusus di bidang agama agar bakat tersebut
dapat berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirrinya
sendiri dan dapat pula bermanfaat untuk orang lain.[9]
c. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki
kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan dalam
keyakinan, pemahaman dan pengamalan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.
d. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal
negatif dari lingkungan peserta didik atau dari budaya lain yang dapat
membahayakan dan menghambat perkembangan dirinya sendiri menuju manusia
Indonesia seutuhnya.
e. Penyesuaian, yaitu untuk menyesuaikan
diri dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan
dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran Islam.
f. Sumber nilai, yaitu memberikan pedoman
hidup untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
g. Pengajaran, yaitu untuk menyampaikan
pengetahuan keagamaan yang fungsional.[10]
6. Pendekatan Pendidikan Agama Islam
Dalam
melaksanakan pendidikan agama Islam pada Sekolah Dasar (SD) dapat dipakai
beberapa pendekatan, yaitu :
a. Pendekatan pengalaman yaitu memberikan
pengalaman keagamaan kepada peserta didik dalam rangka menanamkan nilai-nilai
keagamaan.
b. Pendekatan pembiasaan yaitu memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk senantiasa mengamalkan ajaran agamanya.
c. Pendekatan emosional, yaitu usaha untuk
menggugah perasaan dan emosi peserta didik dalam meyakini, memahami dan
menghayati ajaran agamanya.
d. Pendekatan rasional, yaitu usha untuk
memberikan perasaan kepada rasio (akal) dalam memahami dan menerima kebenaran
ajaran agama.
e. Pendekatan fungsional yaitu usaha
menyajikan ajaran agama Islam dengan menekankan kepada kemanfaatannya bagi peserta
didik dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan tingkat perkembangannya.[11]
Sedangkan
menurut Nana Sudjana (1989 : 160-161) mengemukakan ada 5 prinsip setrategi
pendekatan PBM yaitu :
a. Motivasi
Tidak lepas
dari adanya motivasi instriksik dan ekstrinsik yang berasal dari dalam dan luar
diri peserta didik. Dengan demikian PBM pada hakekatnya adlaah menciptakan
situasi yang memungkinkan timbulnya motivasi dapat ditempuh dengan hal-hal
sebagai berikut : 1) need analisis yaitu memberikan analisis tentang kebutuhan
si terdidik agar menyadari akan kebutuhan masa depannya dan pemenuhan kebutuhan
ini hanya akan dapat dicapai oleh orang yang pandai dan terampil; 2)
menumbuhkan keingintahuan dalam diri anak didik; 3) memberi stimulus yang
merangsang kegiatan murid; 4) menvariasi
metode mengajar; dan 5) memberikan ganjaran dan hukuman.
b. Kooperasi dan kompetisi
Ini dimaksudkan
untuk pembentukan sikap kerjasama dalam mencapai suatu tujuan bersama. Belajar
pada dasarnya adalah adanya perubahan positif, saling memberi dan menerima,
saling menghargai pendapat orang lain, menyadari kelebihan dan kekurangan dan
berusaha saling membantu untuk mencapai tujuan.
Sedangkan
kompetisi dimaksudkan untuk saling bersaing mencapai prestasi, berbuat yang
utama, memberi keuntungan dan manfaat bersama, fastabiqul khairat. Kompetisi
ini bukan bersifat kompetisi individual tetapi lebih bersifat kelompok dan
dalam kompetisi ini jangan merusak tatanan kooperasi atau kerjasama yang
ada.[12]
c. Korelasi dan integrasi
Korelasi ini
berkaitan dengan sifat keterbatasan manusia untuk mengingat apa yang sudah
dipelajari salah satu upayanya adalah dengan pendekatan korelasi yaitu
menghubungkan apa yang dipelajarinya dengan segala sesuatu yang terjadi dalam
kehidupan sehari-hari atau sesuatu yang telah dikuasai. Demikian pula dengan
pendekatan integrasi tidak ada sesuatu itu dipelajari itu terpisah dengan
kehidupan riil semua merupakan sesuatu yang utuh.
d. Aplikasi dan transformasi
Aplikasi adalah
bentuk penerapan teori-teori atau prinsip-prinsip serta kaidah-kaidah yang
telah dipelajari murid. Aplikasi ini merupakan pengalaman dan memberi manfaat
langsung dari ilmu yang telah dikuasainya.
Adapun
transformasi adalah proses pengingatan kembali bahan pelajaran yang dikuasai
pada saat menghadapi situasi baru agar bahan pelajaran yang telah dipelajari
itu senantiasa apat segar dalam ingatan siswa.
e. Individualisasi
Bahwa setiap
peserta didik itu mempunyai perbedaan dalam hal intelektual, minat,
motivasinya, kebiasaan dan cara belajar, maka guru harus dapat memperhatikan
tiap-tiap perbedaan yang ada dalam diri murid-muridnya. Ini tidak berarti guru
harus memberikan pelayanan khusus bagi murid orang perorang, tetapi
menyesuaikan dengan kemampuan rata-rata murid, memberikan bantuan bimbingan
yang memerlukan, memacu anak pandai, memotivasi dan memacu anak yang lemah,
memberi kesempatan untuk maju sesuai dengan kemampuan, memberi tugas-tugas
mandiri, mengelompokkan murid-murid berdasarkan persamaan dan perbedaan yang
ada, memberi kebebasan belajar dan untuk memilih suatu pelajaran ekstra yang
disukainya dan dengan cara-cara yang lain-lain.[13]
[1]Chabib Thaha
dan Abdul Mu’ti, PBM-PAI di Sekolah Eksistensi dan Proses Belajar Mengajar
Pendidikan Agama Islam, Cet. 1, Fak. Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang dengan
Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1998, hlm. 177.
[2]Ibid, hlm.
178.
[3]Ibid, hlm.
181.
[4]Ismail SM,
Paradigma Pendidikan Islam, Cet. 1, Fak. Tarbiyah IAIN Walisongo, Semarang,
2003, hlm. 57.
[5]Al-Qur’an,
Surat Syu’ara Ayat 18, Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, Al-Qur’an
dan Terjemahnya, Depag RI, 1992, hlm. 574.
[6]Al-Qur’an,
Surat Al-Baqarah Ayat 31-32, Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an,
Al-Qur’an dan Terjemahnya, Depag RI, 1992, hlm. 14.
[7]Ismail SM,
Op.cit, hlm. 63.
[8]Ibid, hlm.
139-140.
[9]Ibid, hlm.
179.
[10]Ibid, hlm.
180.
[11]Ibid.
[12]Ibid, hlm.
209.
[13]Ibid, hlm.
212.
Sumber:
http://www.perkuliahan.com/makalah-konsep-pendidikan-sebagai-mata-pelajaran/#ixzz1pf4JW5Vx
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...