Sejarah peradaban Islam merupakan
sesuatu yang berharga, namun sering
kali dilupakan oleh generasi penerus. Padahal, bangsa yang besar harus berkaca pada
sejarah masa silam untuk menorehkan prestasi dimasa yang akan datang. Oleh karenanya, sebagai seorang muslim,
kita perlu mengethui sejarah peradaban Islam dimasa lampau sebagai bahan
pelajaran untuk kemudian melangkah menuju peradaban yang lebih baik lagi.pada
makalah ini memaparkan peristiwa yang terjadi pada masa Bani Abbasiah III (Bani
Buwaih), dimana berdirinya dan
pemerintahan dari Bani Buwaih ini atas kekusaan dari Bani Abbasiah
III.Kisah-kisah seputar politik, sosial, dan keagamaan seputar Dinasti Abbasiah
dijelaskan secara gamblang dan runut. Rangkaian dinamika politik yang diwarnai
oleh perebutan kekuasaan, kudeta, sampai pada akhirnya berujung pada
pemberontakan-pemberontakan yang menyebabkan kemunduran Bani Buwaih dan
berbagai faktor-faktor yang menyebabkan kehancuran Bani Buwaih seperti faktor
internal dan eksternal. Harapan kami, kita semua dapat mengambil pelajaran dari
sejarah perkembangan Daulah Islamiah ini untuk kemudian kita menyongsong
berdirinya Daulah islamiah dimuka bumi ini.
Kami akan membahas
bagaimana pengaruh bani buwaih
dipanggung sejarah Abbasiyah yang selalu mengundang tanda tanya bagi siapa saja
yang baru membacanya, dan disini kami
akan kupas secara singkat dari awal kemunculannya hingga lepasnya dari bani
Abbasyah sendiri.sehingga dapat dirincikan bahasannya sebagai berikut:
1. Apa peran Bani Buwaih di panggung sejarah pada masa
kepemerintahan bani Abbasiyah?
2. Apakah hubungan dari Bani Abbasiah dan Bani Buwaih.?
3. Apa penyebab munculnya bani Buwaih?
4. Apa sajakah Sejarah social,politik,militer,dan kemajuan kemajuan
yang dicapai pda saat pemerintahan Bani Buwaih?
5. Bagaimana proses kemunduran bani Buwaih yang kemudian berujung
pada kehancurannya?
Untuk lebih jauh memahami dan mendalami Sejarah Peradaban Islam pada masa bani Abbasiah
III(Bani Buwaih),penulisan makalah ini juga bertujuan menjelaskan latar
belakang berdirinya Bani Buwaih,peran Bani Buwaih pada masa kepemimpinan bani
Abbasiah,hubungan antara Bani Abbasiah dan Bani Buwaih ,memaparkan sejarah dan
kemajuan-kemajuan yang dicapai pada masa kepemerintahan Bani Buwaih,serta
menjelaskan faktor-faktorr yang menyebabkan kehancuran Bani Buwaih.
Masa
pemerintahan ini yaitu periode ketiga dari pemerintahan bani Abbas , dimana
kekhilafahannya dikuasai oleh bani Buwaih sejak 334 -447 H/945-1055 kehadiran bani
Buwaih berawal dari tiga
orang putera Abu Syuja' Buwaih, seorang pencari ikan yang tinggal di daerah
Dailam, yaitu Ali, Hasan dan Ahmad. Untuk keluar dari
tekanan kemiskinan, tiga bersaudara ini memasuki dinas militer yang ketika itu
dipandang banyak mendatangkan rezeki ( Yatim, Badri.2006), sehingga sebagian
besar ahli sejarah Islam merangkai awal dari kemunculan bani Buwaih dala paggung sejarah bani Abbas bermula dari
kedudukan panglima perang yang diraih Ali bin Ahmad dalam psukan Makan Ibn Kali
dari dinasti Saman, tetapi kamudian berpinadah ke kubu Mardawij . Ketika
Mardawij tebunuh pada tahun 943 ,Ali
sudah menjadi penguaa Isfahan dan sedang berusaha menjadi penguasa yang andiri. Kira-kira dua tahun
kemudian ketiga orang bersaudara ini menguasai bagian barat dan barat daya
Persia, dan pada tahun 945, setelah kematian jendral Tuzun, penguasa sebenarnya
atas Baghdad, Ahmad memasuki Baghdad dan memulai kekuasaan Bani Buwaih atas khalifah Abbasiyah. Gelar mu’izz
al- Daulah (yang memuliakan Negara) diperolehnya dari khalifah. Ia
memerintah Baghdad selama leih dari 24 tahun, sementara kedua saudaranya
menguasai bagian kerajaan sebelah timur.( watt, di dalam Maryam siti. 2009)
Sebenarnya
keturunan Bani Buwaih adalah keturunan kaum
Syi’ah , dan bukan keturunan Bani Abbas secara langsung pada saat itu. Melihat
kekuasaan Bani abbas yang semakin melemah di dalam bidang pemerinahan atau
perpolitikan yang mngakibatkan timbilnya keinginan dari daulat-daulat kecil
yang ada di bawah kekuasaan Baghdad. Kesempatan ini tidak kalah pentingnya bagi
Ali sebagai pemimpin Bani Buwaih sehingga langkah awal yang dilakukan yaitu
mulai menakkan di daerah-daerah Persia menjadikan Syiraz sebagi pusat
pemerintahan. Ketika Mardawij meninggal,
Bani Buwaih yang bermarkaz di Syiraz itu berhasil menalukkan beberapa daerah di
Persia seperti Rayy, Isfahan, dab daerah-daerah Jabal. Ali berusaha mendapat
legalisasi dari Khlifah abbasiyah Al- Radhi Billah, dan mengirimkan sejumlah
uang untuk pembendaharaan Negara.Ia berhasil mendapat legalitas itu. Kemudian,
melakukan ekspasi ke Irak, Ahwaz, dan
Wasith. Dari sini tetara Buwaih menuju Baghdad untuk merebut kekuasaan
di pusat pemerintahan .ketika itu ,Baghdad
dilanda kekisruhan politik, akibat perebutan jabatan Amir Al Umara’
antara wazir dan pemimpin miiter.
Para pemimpin militer meminta bantuan kepada Ahmad Ibnu
Buwaih yang berkedudukan di Akhwaz permintaan itu dikabulkan, Ahmad dan
pasukannya tiba di Baghdad pada tanggal 11 jumadil ula (334 H/945M).
(Al Isy ,Yusuf.1968)
Seperti yang telah disebutkan diatas Bani Buwaih
bermahzab Syiah sehingga mereka patut menjadikan seorang khalifah dari syiah
zaidiyah, akan tetapi mereka menerima kailafah Abbasiah. Sehingga timbullah
pertanyaan apa yang menjadi penyebab semua itu?
Seperti yang dicantumkan dalam buku Al isy yusuf,tahun
1968 M yaitu mereka adalah orang yang berpandangan jauh,para sejarawan
menyebutkan bahwa Ahmad bin Buwaih,pernah bermusyawarah dengan orang-orang
untuk menunjuk seorang khalifah dari keluarga Ali.Namun,orang-orangnya
mengingatkan dia agar menjauhinya mereka berkata,”jika kamu membawa salah
seorang diantara mereka,kamu pasti menjadi pembantu,dan dia akan menjadi
pemimpin.Dailam adalah kelompoknya.jika dia menyuruh orang untuk
membunuhmu.kanu akan ada didalam tangannya seperti cincin.Adapun ketika kamu
membiarkan khalifah Abbasiah,kamu akan menjamin untuk dirimu seseorang yang
bisa kamu kendalikan sesuai dengan kehendakmu.Kamu bisa memecatnya jika kamu
mau untuk mengantikannya dengan yang lain kapanpun kamu mau.Orang-orang Dailam
adalah kelompokmu.mereka tidak akan taat denga nama madzhab dan nama baiat yang
ada didalam pundakmu.”
Dengan hal itulah Ahmad bin Buwaih menghindari penunjukan
kalangan keluarga Ali sebagai Khalifah.padahal pada awalnya rakyat Irak telah
menerima Abbasiyah sebagai khilafah yang sudah menjadi bagian dari hidup
mereka, atau jabatan khalifah adalah jabatan yang bersifat mutlak di dalam
agama yang tidak akan pernah bisa diganggu gugat,dan inilah alasan untuk
memnerima bani Abbasiyah menjadi khilafah pada masa itu.
Dengan
berkuasanya Bani Buwaih, aliran Mu’tazilah bangkit lagi, terutama diwilayah
Persia, bergandengan tangan dengan kaum Syi’ah. Pada masa ini muncul banyak
pemikir Mu’tazilah dari aliran Basrah yang walaupun nama mereka tidak sebesar
para pendahulu mereka dimasa kejayaannya yang pertama, meninggalkan banyak
karya yang bisa dibaca sampai sekarang. Selama ini orang mengenal Mu’tazilah
dari karya-karya lawan-lawan mereka, terutama kaum Asy’ariyah. Yang terbesar
diantara tokoh Mu’tazilah periode kebangkitan kedua ini adalah al-Qadi Abd
al-jabbar, penerus aliran Basra setelah Abu Ali dan Abu Hasyim.(Al- Isy,
Yusuf.1968)
Di dalam masalah politik yang berperan penting hanya bani
buwaih yang memegang jabatan penting pada Amir Al umara’,sehingga orang-orang
bani Buwaih menetapkan orang-orang Abbasiyah dalam pemerintahan, namun tidak
memberikian kekuasaan .Mereka melarang khalifah memperoleh pendapatan untuk
kemudian mereka ambil sendiriu.Mereka ,membuat pasukan khusus untuk khlifah
yang berjumlah lima ribu dirham sehari. Hal tersebut terjadi dimasa
Almustakfa.( Al-Isy Yusuf,1968).
Sejak saat itu para khalifah tunduk kepada Bani Buwaih,
sehingga para khalifah Abbasiyah benar-benar tinggal nama saja. Pelaksanaan
pemerintahan sepenuhnya berada di tangan amir-amir Bani Buwaih.
A. Di bidang ilmu pengetahuan.
Para penguasa Bani Buwaih mencurahkan perhatian
secara langsung dan sungguh-sungguh terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dan
kesusastraan. Pada masa Bani Buwaih ini banyak bermunculan ilmuwan besar, di
antaranya: Al-Farabbi (w.950 M), Ibn Sina (980-1033M), Al-Afghani, Abd
Al-Rahman Al-Shufi (w.986M), Ibn Maskawaih (w.1030M) Abu Al-‘Ala Al-Ma’arri
(973-1057M) dan kelompok Ikhwan Al-Shafa. (Badri yatim,2008)
B.
Di bidang Arsitektur dan Ekonomi
Jasa Bani Buwaih juga terlihat dalam pembangunan
kanal-kanal, mesjid-mesjid, beberapa rumah sakit, dan sejumlah bangunan umum
lainnya. Kemajuan tersebut di imbangi dengan laju perkembangan ekonomi;
pertanian, perdagangan, dan industri, terutama permadani( Badri
Yatim,2008).
Membangun bendungan dan jembatan yang membelah sungai
Kur dengan Shiraz.jembatan itu mampu menyambungkan dinasti Buwaih dengan
dinasti dan kerajaan lainnya, seperti Samanid Hamdaniah, Byzantium, dan
fatimiah. Penguasa Buwaih pun turut menopang geliat seni dan kesusastraan.
Dinasti Buwaih menjadikan kota Ray dan Nayyin di Iran serta Baghdad di Irak
menjadi pusat kebudayaan. Ferdowsi (935-1020M) dan Mutanabbi adalah dua
pujangga yang termasyhur dengan karya sastra yang indah dan menawan. Pada zaman
itu juga berkembang pesat industri permadani.
Ciri khas kerajinan perak yang di kembangklan para
seniman Buwaih biasanya dihiasi dengan motof binatangbuas, burung, serta
musisi. Motif hiasan itu dilukis dengan gaya tradisi orang Sasanid. Pencaoaian
itu membuktikan betapa seni dan kesusastraan mendapat tempat yang terhormat
pada zaman itu.
Salah
satu penyebab kekacauan pemerintahan Bani Buwaih adalah keberadaan tentara yang
terdiri dari orang-orang Dailam dan orang-orang Turki. Kadang Buwaih berpihak
kepada kelompok yang satu, terkadang kepada kelompok yang lain. Kedua kelompok
tersebut sering berselisih dan bertengkar. Pertempuran pun terjadi hingga
menyebabkan situasi lebih kacau dari sebalumnya. Pertama-tama Mu’izz Addaulah
mendekati bangsa Turki. Bisa jadi dia melakukan hal tersebut untuk membujuk
orang-orang sunni di Baghdad. Sebab, bangsa Turki adalah orang sunni seperti
mereka. Serta, bisa jadi dia melakukan hal tersebut karna bangsa Turki lebih
taat dari orang-orang Dailam. Orang-orang Dailam adalah orang-orang yang keras,
kasar, dan tidak bisa untuk taat. Adapun bangsa Turki, jika ada yang memimpin
mereka pasti akan di taati dan di turuti.
Orang-orang
Dailam marah karna raja menjauhi mereka serta memberi bangsa Turki tanah dan
harta dalam jumlah yang besar. Lalu, Razbihan Addailami memberontak di Ahwaz.
Orang-orang Dailam lebih memihak Razbihan dari pada keberpihakan mereka
terhadap Mu’izz Addaulah. Ketika Mu’izz Addaulah menumpas revolusi tersebut,
ketegangan semakin bertambah antara Mu’izz Addaulah dan orang-orang Dailam.
Akhirnya, dia pun semakin menjauhi mereka. Selanjutnya muncul Bakhtiar bin
Mu’izz Addaulah, dia melihat bangsa Turki sangat kaya dan menguasai tanah-tanah
dalam jumlah besar. Ketika itu Bakhtiar sedang membutuhkan harta, lalu dia pun
mengambil harta pemimpin mereka, Subuktakain. Orang-orang Addailah akhirnya
mendekatinya supaya mereka bisa aman dari ancaman bangsa Turki. Lalu, mereka
yangtelah kita lihat, terjadilah pertempuran antara dia dan mereka, hingga
datang bantuan dari negara menguatkan posisinya.
Kekuatan politik Bani Buwaih tidak
bertahan lama, setelah generasi pertama (tiga bersaudara) kekuasaan menjadi
ajang pertikaian diantara anak-anak mereka. Masing-masing merasa berhak atas
kekuasaan pusat. Misalnya, pertikaian
antara ‘Izz Al-Daulah Bakhtiar, putera Mu’izz Al-daulah dan ‘Adhad Al-Daulah,
putera Imad Al-daulah, dalam perebutan jabatan amir al-umara. Perebutan kekuasaan di kalangan keturunan Bani
Buwaih ini merupakan salah satu faktor internal yang membawa kemunduran dan
kehancuran pemerintahan mereka. Faktor internal lainnya adalah pertentangan
dalam tubuh militer, antara golongan yang berassal dari Dailam dengan keturunan
Turki. Ketika amir al-umara dijabat
oleh Mu’izz Al-Daulah persoalan itu
dapat diatasi, tetapi manakala jabatan itu diduduki oleh orang-orang yang
lemah, masalah tersebut muncul kepermukaan, mengganggu stabilitas dan
menjatuhkan wibawa pemerintah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...