Oleh : Abu Aisyah
Sebagai makhluk sosial kita tentu tidak bisa hidup sendiri,
orang-orang di sekitar kita adalah makhluk lain yang saling berinteraksi. Interaksi
yang berlangsung secara terus-menerus seringkali diwarnai dengan
kesalah-pahaman dan ketidak-saling mengertian antara kita dengan orang lain. Dalam
kasus lain biasanya seseorang yang mengenal orang lain lebih lama akan lebih
mengetahui kebaikan sekaligus kejelekan orang tersebut. Jika kebaikan yang
diketahui, tentu sesuatu yang mafhum (bisa dipahami) namun jika ternyata
kejelakan dari seseorang yang belum pernah kita ketahui sebelumnya menjadi ciri
seseorang yang selama ini kita kenal maka yang terjadi adalah pemahaman kita
terhadap orang tersebut yang terkadang membuat kita merasa bosan dan menjadikan
munculnya kesalahpahaman.
Bisa jadi pepatah yang mengatakan bahwa jika kita mengenal seseorang
hanya sebentar atau ketika seseorang jauh dengan kita maka yang terlihat adalah
kebaikan dari orang tersebut. Namun jika kita mengenalnya lebih lama atau kita
tinggal dekat dengannya bisa jadi semua kejelekan dari orang tersebut akan dengan
mudah kita ketahui. Tentu saja dalam hal ini konflik yang terjadi sering kali
terjadi pada orang-orang yang telah lama saling mengenal atau berdekatan tempat
tinggalnya.
Sebagai contoh, ketika kita bertemu dengan seseorang, seringkali
yang kita pahami dan kita nilai adalah wajahnya, dalam hal ini bukan dari segi
kegagahan atau kecantikannya namun dari raut muka ketika kita bertemu dengan
orang tersebut. Apa jadinya jika raut muka seseorang yang kita jumpai ternyata
cemberut atau memberikan raut muka yang tidak mengenakan kita? Pasti kita akan
merasa bahwa orang tersebut sedang marah dengan kita atau sedang tidak suka
dengan kita. Benarkah demikian? Tentu saja kita harus dipikir ulang ketika kita
akan menghukumi kejadian seperti ini. Dalam ranah agama kita harus
mengedepankan husnudzan daripada su'udzan. Maka dalam hal ini
raut muka seseorang yang berjumpa dengan kita dengan wajah yang tidak nyaman
dilihat, belum tentu orang tersebut tidak suka dengan kita. Bisa jadi ia
memiliki banyak masalah di rumah, sedang sakit atau ada masalah dengan orang
lain, sehingga mukanya cemberut dan menyiratkan adanya permasalahan. Nah…. Dari
sini sudah selayaknya sebagai seorang muslim kita harus mengedepankan husnudzan
daripada su'udzan, artinya kita harus mengedepankan sikap positif tinking
daripada negative tinking. Maka sikap orang lain dalam raut muka yang cemberut
atau cuke dengan kita tidak bisa dimaknai bahwa dia tidak suka atau marah
dengan kita.
Sebaliknya jika hal ini terjadi pada orang-orang di sekitar kita
yang memang sering mengecewakan kita atau mengganggu kita. Bagaimana cara kita
menyikapinya? Tentu saja sama dengan sikap sebelumnya bahwa bisa jadi seseorang
bersikap demikian karena memang karakternya seperti itu atau bisa jadi ia
bersikap demikian karena memiliki masalah pribadi yang belum bisa diselesaikan.
Saya sendiri pagi ini bertemu dengan seorang teman kerja, cuman sepertinya
sikap dan raut mukanya kurang bersahabat. Saya sih cuek aja dan lebih
mengedepankan berpikir positif sehingga biarkan saja ia bersikap demikian bisa
jadi memang seperti itu karakternya, atau ia sedang banyak masalah atau bisa
juga ia memang ada masalah dengan kita. Yang pasti kita jangan sampai terjatuh
kepada sikap negative tinking kepadanya sehingga justru membuka pintu syaithan
untuk mngobarkan sikap permusuhan.
Ada lagi teman kerja saya yang secara perilaku orangnya sangat
pendiam, jarang bicara dan ketika bicarapun sering sekali tidak sepadangan
dengan saya. Di sinilah lagi-lagi kita diuji dari segi kedewasaan dan ke-positifan
dalam berfikir. Kita harus bisa mnemahami bahwa sikap dan perilakunya adalah
memang demikian jadi kita jangan mudah tersinggung jika mendapati sikapnya yang
tidak mengenakan kita.
Dari sini kita memang dituntut untuk lebih bisa bersikap dewasa,
terutama dalam menyikapi orang-orang di sekitar kita. Bisa jadi kita sudah
berbuat baik kepada orang lain, namun justru balasan dari orang lain tidak
sesuai dengan apa yang kita harapkan. Kuncinya adalah saling mengerti dan memahami
perilaku dan sikap dari orang-orang di sekitar kita. Mari kita saling memahami
dan berusaha untuk berpikiran positif… Wallahu a'lam.