Oleh
: Abdurrahman
Bertempat di
sebuah Aula Sekolah Menengah Pertama, seorang kepala sekolah dengan santun
memberikan “wejangan” kepada sekitar empat puluh guru di beberapa sekolah
menengah pertama. Di antara “wejangan” tersebut adalah “Kita sama-sama memahami
bahwa sekolah swasta seperti kita akan sangat malu jika ada siswanya yang tidak
naik kelas, akan mengurangi kepercayaan masyarakat jika sampai ada siswa kita
yang tidak lulus”. Dalam kesempatan berikutnya beliau menyebutkan “Kita
sama-sama berusaha agar seluruh siswa kita bisa lulus semuanya, bagaimanapun
caranya”
Kata-kata ini
terdengar jelas di telinga saya sebagai peserta pada pertemuan tersebut, begitu
terasa hingga menusuk sukma seorang pendidik “professional”. Bagaimana tidak? Prosesi
UN yang dilakukan setiap tahun bukannya membuat kualitas pendidikan kita makin
meingkat justru membuat guru-guru kita kalah dihadapkan dengan dengan
permintaan pasar. Ideology guru-guru kita sudah sangat rapuih sehingga dengan
mudah mengucapkan kata-kata yang tidak pantas diucapkan oleh seorang guru professional.
Mau buktinya? Seorang guru dalam pertemuan tersebut berkata “Kita sama-sama
memahami adanya ‘Syafaat’ yang bisa membantu anak-naka kita agar lulus, terus
terang saya juga khawatir kebetulan anak saya juga tahun ini mengikuti UN
sehingga sama-samalah kita mengerti untuk memberikan ‘syafaat’ tersebut”.
Saya waktu
mendengar ucapan tersebut sungguh sangat ingin marah dan ingin berteriak “beginikah
mental guru-guru kita?” “Di mana sikap kejujuran anda wahai para guru?” namun
saya hanya mengelus dada, kalau kita mau jujur memang inilah system pendidikan
yang selama ini berjalan di negeri ini. Bagaimana Indonesia akan maju jika mental
gurunya juga seperti ini?
Sebenarnya kejadian
seperti ini sudah lama berlangsung, terutama sejak diberlakukannya nilai
standard kelulusan UN. Sikap para guru tersebut memang salah dan harus
disalahkan, selain juga kesalahan dari para pengambil kebijakan dalam
menetapkan standard kelulusan. Namun tetap saya menyalahkan para guru kita,
kenapa? Karena mereka berada di garda depan pendidikan, sehingga dari merekalah
seharusnya kualitas pendidikan ini dimulai.
Memang tidak
seluruh guru memiliki mental seperti itu, ada beberapa sekolah dan madrasah
yang saya kenal kepala sekolahnya memiliki sikap yang sangat kerasa terhadap
segala bentuk “syafaat” bagi siswa-siswanya. Alhamdulillah, kita patut
bersyukur lkepada Allah ta’ala dan kita juga selalu berdoa semoga para guru
yang hanya menginginkan siswa-siswanya lulus tanpa memperhatikan halal-haram
dalam Islam bisa kembali menjadi guru teladan yang bisa memberikan contoh bagi
para siswanya. Bicara tentang halal-haram sepertinya kita harus membaca
beberapa fatwa para ulama dan mengkaji hukum dari permasalahan UN, Ujian dan Kelulusan.
Walaupun demikian hati nurani kita sebagai manusia juga akan merasa bahwa ini
adalah sebuah kesalahan…. Apakah kita ridha dengan kesalahan tersebut.
Tidaaaaaaaaaaaaaaaak….!!! Mari para guru perbaiki kualitas pendidikan kita
dengan memberikan contoh terbaik untuk para siswa kita. Biarkan mereka lulus
sesuai dengan kemampuan mereka jangan mencoba untuk memanipulasi data apalagi
tolong-menolong dalam berbuat kecurangan (baca dosa). Wallahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...