Pernikahan beda
agama saat ini bukan lagi sesuatu yang tabu di masyarakat, fenomena ini telah
menjadi gejala sosial yang terus berkelanjutan. Jika dulu pasangan beda agama
harus berjuang mati-matian dalam melegalkan pernikahannya. Kini mereka sudah
dapat melenggang dengan menikah di kantor catatan sipil, jika masalah
administrasi masih menjadi kendala, maka menikah di luar negeri menjadi pilihan
selanjutnya. Menikah adalah hak setiap orang, sehingga dengan siapa saja
seseorang hendak menikah maka menjadi hak asasinya. Apalagi jika cinta menjadi
alasan utama, maka tidak ada satu orangpun yang bisa memisahkannya.
Saat ini isu
“haram”nya nikah beda agama tidak lagi dipedulikan oleh para pelaku pernikahan
beda agama. Secara perlahan masyarakat juga mulai menerima kenyataan ini,
walaupun masih ada beberapa kelompok masyarakat yang masih mempermasalahkannya.
Pada dasarnya seluruh agama menolak pernikahan beda agama, teks-teks ayat suci
juga menyebutkan secara eksplisit dan implisit masalah ini, namun dengan
berjalannya waktu saat ini mereka mulai menerima kenyataan ini.
Agama Nasrani pada
awalnya menolak pernikahan beda agama, namun saat ini ini sudah menerimanya,
tentu dengan syarat-syarat tertentu. Demikian pula Islam, jika pada awalnya
Islam menentang keras pernikahan beda agama, maka saat ini sebagian masyarakat
telah menerima pernikahan beda agama tersebut. Hal ini terjadi juga pada agama
Budha, Khonghucu dan yang lainnya.
Pernikahan baik
seagama atau beda agama adalah satu media yang menyatukan antara dua orang
yang berbeda. Perbedaan ini dapat berupa sikap, tingka laku, budaya, adat
istiadat dan kepercayaan. Pada pernikahan beda agama perbedaan ini akan semakin
kentara, yaitu perbedaan keyakinan ditambah perbedaan adat dan budaya
masing-masing pasangan. Jika pada pernikahan seagama saja perbedaan yang
mengarah kepada konflik terjadi, maka pada pernikahan beda agama akan memiliki
peluang konflik yang lebih besar. Benarkah demikian? Dari beberapa penelitian yang dilakukan ternyata menunjukan bahwa keluarga dan pasangan beda agama sering sekali mengalami konflik. Walaupun dari luar tampak tenang-tenang saja namun bagai api dalam sekam ia menyimpan bom waktu yang sewaktu-waktu akan meledak.
Maka "Cinta" bukanlah alasan yang tepat untuk memutuskan menikah dengan keyakian yang berbeda, jika pada awal pernikahan konflik muncul dari keluarga yang tidak setuju maka selanjutnya adalah konflik dengan pasangan dalam menentukan masa depan anak-anaknya. Karena itu menikah ko' bikin repot.... yang seiman juga masih banyak kenapa harus satu ranjang dua iman?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...