Oleh : Ahmad Remi
Masalah asal-usul
sebuah agama, merupakan obyek penelitian para ahli baik dari timur maupun barat
sejak dulu hingga sekarang. Perkembangan kepercayaan pada manusia hampir sama
sebagaimana ilmu dan teknologi, agama-agama kuno sama dengan kehidupan bangsa
kuno, bangsa primitif yang yang sederhana tingkat ilmu dan teknologinya,
kepercayaan kepada yang lebih tinggipun sederhana. Namun perkembangan agama
lebih lamban dibandingkan dengan kemajuan yang dicapai oleh ilmu dan teknologi,
karena untuk memperoleh kebenaran hakekat terbesar bagi alam ini, jauh lebih
sukar dibandingkan dengan mencari kebenaran dari bagian-bagian alam yang
menjadi bidang penelitian ilmu dan teknologi.
Menarik untuk disimak pernyataan Buya Hamka dalam bukunya “Pelajaran
Agama Islam-1987” sebagai
berikut :
“Setelah kita tinjau perkembangan hidup manusia dan
perkembangan caranya berpikir, sejak dari zaman sangat sederhana (primitif)
sampai dia meningkat bermasyarakat, nyatalah sudah bahwa pokok asli pendapatnya
ialah tentang adanya Yang Maha Kuasa dan Ghaib. Inilah perasaan yang
kemurniannya (ada) dalam jiwa manusia.”
Ada 6 teori dalam
meneliti asal-usul agama :
1.
Teori Jiwa
oleh E.B. Taylor-bukunya Primitive Culture (1832-1917)
2.
Teori
Batas Akal oleh James G. Frazer-bukunya
The Golden Bough (1854-1941)
3.
Masa
Krisis dalam Hidup Individu oleh M.
Crawley-bukunya The Tree of Life
(1905)
4.
Teori
Kekuatan/kejadian Luar Biasa oleh T.R.
Marett-bukunya The Hold of Religion
(1909)
5.
Teori
Sentimen ke Masyarakat oleh E. Durkhoin-bukunya
Les Format Elementaires delavia
Religiense (Prancis)
6.
Teori
Wahyu Tuhan/teori Revelasi oleh Andrew
Lang
Semua teori-teori telah dikembangkan terutama oleh para
peneliti di barat dari berbagai disiplin ilmu. Tetapi, pendapat ahli-ahli Islam
tentang sejarah asal-usul pertumbuhan agama bertentangan dengan pendapat orang
barat. Pada dasarnya manusia itu mula-mula dalam keadaan satu dan menyembah
kepada Tuhan yang satu, yang kepercayaan yang dibawa oleh para Nabi. Nabi Adam
nenek moyang manusia pertama yang
mula-mula diberi dan ditugaskan mengajarkan ketauhidan kepada anak cucunya,
kemudian setelah wafat maka umatnya kehilangan pemimpin dan mulai ada
penyimpangan dan ada kekacau-balauan umat tersebut. Kemudian datanglah Nabi Idris dan Nuh u. yang memimpin manusia setelah kucar-kacir yaitu
meneruskan ajaran-ajaran dan tuntunan yang dibawa oleh Nabi Adam u.
Setelah Nabi Nuh wafat manusia kehilangan lagi
pemimpinnya dan kacaulah kembali, sampai datangnya utusan Allah yang bernama
Nabi Ibrahim u.
Pendapat ahli-ahli Islam yang menyatakan bahwa asal-usul
manusia menyembah Tuhan yang satu sesuai dengan Firman Allah dalam Al-Qur’an
Surat Al-Baqarah ayat 213 yang artinya :
“Manusia itu adalah umat yang satu. (Setelah timbul
perselisihan), maka Allah mengutus para Nabi, sebagai pemberi kabar gembira dan
pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab dengan benar,
untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka
perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah
didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka
keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka
Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal
yang mereka perselisihkan itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi
petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.”
Jadi
dengan ayat tersebut mengertilah kita, bahwa manusia itu pada mulanya semua
dalam satu agama dan kepercayaan yaitu semua mempercayai Allah atau bersatu
dalam ketauhidannya. Adapun waktunya boleh jadi ketika manusia masih dalam alam
arwah, atau mungkin ketika umat masih berada di zaman antara Nabi Adam u. dan Nabi Idris u. Ketika itu seluruh umat manusia adalah bersatu dalam
keTuhanan.
Izin ambil referensi dari sini. Terima kasih untuk ilmunya. Semoga bermanfaat.
BalasHapus