Oleh : Ahmad Remi
Mencari pengertian agama, dari sudut kebahasaan
(Etimologis) terasa akan lebih mudah jika dibandingkan dari sudut istilah
(Terminologis), karena mendefinisikan agama dari sudut istilah sudah mengandung
muatan subyektivitas dari orang yang mengartikannya. Kesulitan ini diakui oleh
Prof. Mukti Ali (Bapak Ahli Perbandingan Agama) dan juga James H. Leuba
(Orientalis) dalam mendefinisikan agama.
Pada umumnya kata agama dipahami “A” berarti tidak dan “Gama” berarti kacau, dengan maksud orang yang
beragama maka hidupnya tidak akan kacau. Mengacu terjemahan dari bahasa
Sanskerta, yang diartikan secara terpisah lalu secara terpadu didefinisikan
seperti itu, menurut Prof. Sulaiman, Guru Besar UII dan Bahrum Rangkuti adalah analisa ilmiah yang tidak benar.
Menurut Bahrum, kata Agama, A-nya dibaca panjang (A-gama) berarti cara, jalan, karena kata itu berasal
dari bahasa Indo-German, yaitu “Gam” yang berarti jalan, cara berjalan, cara-cara sampai keridhoan Tuhan. Mungkin
mereka yang menerangkan seperti itu belum mengetahui bahasa Sanskerta.
Agama dalam bahasa Latin adalah Religi asal kata dari
Relegere, yaitu “Re” berarti kembali
dan “Ligere” berarti terkait/terikat,
maknanya agama mempunyai sifat mengikat bagi pemeluknya. Lalu perkataan ini
berkembang di seluruh penjuru benua Eropa dengan lafal yang bervariasi, sesuai
dengan bahasa bangsa-bangsa yang hidup di benua tersebut, seperti Religie
(Belanda), Religion/Religious (Inggris) dan sebagainya.
Sedangkan dalam bahasa Arab, agama disebut Dien,
sempurnanya Ad-Dien ( الد ين
) masdar dari دَانَ - يَدِيْنُ , menurut lughat mempunyai arti
bermacam-macam diantaranya berarti :
Pengertian umum
yang dapat dipahami, Ad-Dien artinya Undang-undang atau peraturan Allah I yang mesti ditaati dan dipatuhi
oleh manusia.
Dalam Qur’an,
kata Dien dipergunakan, tidak hanya untuk Islam tapi juga untuk selain Islam,
termasuk juga kepercayaan pada berhala, seperti yang terdapat pada QS.
Al-Kafirun 1-6.
Ketiga
pengertian Etimologis diatas baik Agama, Religi ataupun Ad-Dien, masing-masing
mempunyai riwayat dan sejarah sendiri-sendiri. Sedangkan dari sudut
Terminologis (istilah) adalah yang paling sulit, karena ada 3 alasan, ungkap
Prof. Mukti Ali, sebagai berikut :
1.
Pengalaman
agama adalah soal batin, subyektif dan sangat individualis sifatnya.
2.
Barangkali tidak ada orang yang begitu semangat dan emosional daripada
orang yang membicarakan agama. Karenanya emosi selalu melekat dalam pembahasan
tentang agama.
3.
Konsepsi tentang agama dipengaruhi oleh tujuan dari orang yang memberikan
definisi tersebut.
Walaupun demikian beliau tetap mencoba memberikan
definisi sebagai berikut:” Agama adalah kepercayaan akan adanya Tuhan Yang Maha
Esa dan hukum-hukum/aturan-aturan yang diwahyukan Tuhan kepada
utusan-utusan-Nya untuk kebahagiaan hidup manusia di dunia dan di akhirat (Etika Agama dan Pembentukan Kepribadian Nasional, Mukti Ali-1962).
Sedangkan “Religi adalah kepercayaan dan hubungan manusia
dengan yang kudus, dihayati sebagai hakekat yang ghaib, dimana hubungannya
diwujudkan dalam sistem dan sikap hidup berdasarkan doktrin tertentu”. Demikian
Sidi Gazalba dalam bukunya “ Masjid Pusat Ibadat dan Kebudayaan Islam-1962”.
Dan istilah Dien, karena berasal dari bahasa Arab dan
terdapat dalam kitab suci Al-Qur’an juga dalam hadits Nabi, maka lebih layaklah
kita mengacu pada definisi yang dibuat oleh para ulama/ilmuwan muslim,
diantaranya adalah pendapat Syaikh
Mustafa Abdurraziq dalam “Din, Wahyu Wa Al-Islam”,menyatakan:
“Dien adalah wahyu Allah semata kepada Nabi-nabi yang
dipilih-Nya diantara umat manusia dan mengutus mereka untuk menjadi imam-imam
yang menunjukkan jalan (untuk kebahagiaan dunia dan akhirat) dengan bimbingan
Allah I”.
Sedangkan Dr. Rauf
Syalabi dalam bukunya “ Yaa Ahlal
Kitab Ta’alau ila Kalimatin Sawa” setelah beliau berpanjang lebar mengartikan Dien secara rinci
baik dari sudut etimologis maupun
terminologis yang komprehensif menyimpulkan bahwa “ Dinullah adalah ajaran yang
menyeluruh (sempurna), yang tidak saja mencakup perorangan dan keluarga,tapi
juga masyarakat umum dan negara (politik), jadi bukan hanya ritual ibadah,
bukan hanya ajaran kerohanian, namun ajaran komprehensif yang mencakup fisik
dan metafisik, serta duniawi dan ukhrowi (akhirat) secara serentak".
Sekian penyusun menguraikan tentang agama, religi dan
dien, walaupun amat disadari oleh penyusun bahwa teori-teori tentang masalah
ini terlalu banyak dan kompleks karena perkembangan ilmu yang semakin maju,
sehingga agama bisa didekati dengan berbagai metode. Tapi bukanlah tempatnya
disini bagi penyusun untuk membahasnya, mungkin dalam bentuk yang lain, Insya
Allah, penyusun akan menguraikan lebih lanjut. Uraian dimuka dimaksudkan agar
pembaca secara umum mengenal dan memahami Agama, Religi atau Dien secara
mendasar, tidak terlalu ngejelimet ataupun tidak terlalu dangkal.
Berbagai macam metode yang dipergunakan untuk memahami
agama, dari nilai historis, arkeologis, psikologis, fisiologis, sosiologis,
tipologis sampai dengan fenomenologis. Berangkat dari berbagai metode
pendekatan inilah yang menimbulkan berbagai persepsi tentang agama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...