Oleh : Abdurrahman
MBP
Apa itu ilmu
pengetahuan ?
Pada awalnya air laut menguap, kemudian uap itu bersatu di
awan dan menjadi gumpalan-gumpalan awan yang penuh dengan uap air, ia
diterbangkan angin ke berbagai tempat, hingga akhirnya jatuh kembali ke bumi
menjadi hujan. Air hujan segera merembes ke bumi, sebagiannya mengalir ke sungai
yang berhulu kembali ke lautan. Di laut proses penguapan kembali berlangsung.
Itulah salah satu model ilmu pengetahuan, lantas di mana letak Tuhan ? di mana
pula posisi Islam dalam hal ini ?
Ilmu dalam pandangan Islam memiliki makna yang khas dan
berbeda dengan sistem lainnya. Secara etimologi ilmu dalam bahasa Indonesia
adalah kata serapan dari bahasa Arab yaitu al-ilm, al-ma'rifah dan
al-syu'ur (kesadaran). Al-'ilm adalah salah satu dari sifat Tuhan
yang tercermin dalam asma al-husnaNya, yaitu Al-'Alim, Al-'Aliim dan
Al-'Alaam yang semuanya bermakna Maha Mengetahui.
Mari kita simak salah satu firmanNya :
إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ
عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْأَرْحَامِ وَمَا
تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ
تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Sesungguhnya di
sisiNyalah sgala ilmu ghaib, dan Ia mengetahui apa yang trjadi di rahim, dan
setiap jiwa tidak mengetahui apa yang akan diusahakannya besok dan di mana ia
akan meninggal dunia. Sesungguhnya Allah maha mengetahui. QS Lukman : 32.
Sumber ilmu pengetahuan adalah Tuhan, karena Dialah yang
mengajarkan manusia segala sesuatu sehingga ia mengetahui "Dia
mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya" QS Al-'Alaq :
5. Para malaikatpun tidak mengetahui sebelum mereka diajarkan Tuhan Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui
selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah
Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana" QS Al-Baqarah : 32.
Beberapa ulama mendefinisikan ilmu dengan berbagai macam definisi
: Imam Syafi'i menyatakan "Ilmu adalah
apa yang di dalamnya terdapat hadatsana".
Kesimpulan bahwa ilmu adalah serangkaian pengetahuan yang
sistematis yang didasarkan pada nash-nash shahih.
Watak ilmu pengetahuan menurut Islam
Dalam Al-Qur'an
sifat penting epistemologi Islam terletak adanya kebenaran (al-haq) dan kepastian (al-yaqin)
sebagai antitesis dari kesalahan (al-batil), keraguan (syak) dan
dugaan (dzann). Hal ini berarti ilmu pengetahuan dalam Al-Qur;'an adalah
kebenaran mutlak yang tidak ada keraguan padanya. Hal ini seperti disebutkan
dalam firmanNya : "Dan kebanyakan
mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja. Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk
mencapai kebenaran. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan". QS
Yunus : 36
Hal ini
berarti kebenaran adalah lawan dari kebatilan sebagaimana termaktub dalam QS An-Najm
: 28 "Dan mereka
tidak mempunyai sesuatu pengetahuanpun tentang itu. Mereka tidak lain hanyalah
mengikuti persangkaan sedang sesungguhnya persangkaan itu tiada berfaedah
sedikitpun terhadap kebenaran". Dalam ayat ini terdapat penggunaan
dua istilah sekaligus yaitu antara dzan dan haqq, keduanya adalah
antonim.
Dalam
Islam kepastian (kebenaran) ada tiga tingkat : Kepastian kognitif (ilm
al-yaqin), kepastian penglihatan (ain al-yaqin) dan kepastian yang
mutlak dialami (haq al-yaqin). QS 102 : 5-8 Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan
yang yakin, niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim, dan
sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan 'ainul yaqin kemudian kamu
pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan
di dunia itu).
Ilmu Pengetahuan yang Holistik dan Universal
Pengetahuan
yang benar secara absolut harus sesuai dengan wahyu. Sebaliknya semua yang
bertentangan dengannya adalah salah (batil) atau hanya persangkaan (dzann)
atau didasarkan pada hawa nafsu (hawa') kesombongan (istikbar)
atau kebodohan (jahl). Kebenaran hakiki diperoleh dari optimalisasi
anggota badan "Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak
mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan
hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya" QS 17 :
36
Dzann tidak
selamanya bersifat negatif dalam epistemologi Islam, manusia juga bisa
mmeperoleh sebuah data yang bersifat dzann yang berasal dari selain Al-Qur'an
QS 30 : 7. Mereka hanya
mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang
(kehidupan) akhirat adalah lalai.demikian pula QS 17 : 26-27 orang
Kafir Makkah mengetahui sisi luar dari dunia ini. Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan
haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu
menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros, Sesungguhnya pemboros-pemboros itu
adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada
Tuhannya.
Dalam
konteks pengetahuan Tuhan dzann adalah lawan kata 'ilm, haqq dan yaqin.
Tetapi dalam tempat lainnya yaitu "Hai
Bani Israil, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu, dan
penuhilah janjimu kepada-Ku, niscaya Aku penuhi janji-Ku kepadamu; dan hanya
kepada-Ku-lah kamu harus takut (tunduk). Dan berimanlah kamu kepada apa yang
telah Aku turunkan (Al Quran) yang membenarkan apa yang ada padamu (Taurat),
dan janganlah kamu menjadi orang yang pertama kafir kepadanya, dan janganlah
kamu menukarkan ayat-ayat-Ku dengan harga yang rendah, dan hanya kepada Akulah
kamu harus bertakwa. (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan
menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya". QS 2 :
40-46 dzann orang-orang beriman berdasarkan petunjuk pengetahuan wahyu dapat
mencapai arti yaqin (pengetahuan yang pasti).
Kepositifan
dzann dapat terlihat pada proses ijtihad yaitu proses pengerahan daya
intelektual yang dilakukan oleh orang-orang yang berkualitas.
Pengetahuan dan spiritualitas
Sifat
pengetahuan dalam Islam terutama dalam Al-Qur'an adalah holistik dan
menyeluruh. Hal sebagai bukti pandangan dunianya yaitu tauhid dan monoteistik,
yang tak kenalkompromi. Persoalan-persoalan epistemologis harus dikaitkan
dengan etika dan spiritualitas.
Imam
Al-Ghazaly mengemukakan konsep tentang integritas dalam Al-Qur'an. Ia
menyebutkan bahwa ayat-ayat berkenaan dengan bintang dan kesehatan hanya
sepenuhnya dapat dipahami masing-masing dengan pengetahuan astronomi atau
kesehatan.
Demikian
juga Ibnu Rusyd yang menyatakan : ada keterkaitan antara agama dan filsafat misalnya
di bidang penciptaan alam. Dengan hal ini maka Al-Qur'an memberikan dorongan
kepada setiap manusia untuk mempelajari nasib peradaban sebelumnya. Ini
membentuk kajian sejarah, arkeologi, perbandingan agama, sosiologi dan sebagainya
scara utuh.
QS 41 :
53 disebutkan bahwa ada keterkaitan antara ayat-ayat Tuhan di alam semesta dan
di kedalaman batin manusia merupakan bagian dan bidang semua alasan berkaitan
dengan kebenaran pengetahuan wahyu yang menegaskan kecocokan dan keutuhan yang
saling terkait. Contoh-contoh disiplin pengetahuan, keutuhan dan kecocokan
terbukti dari kenyataan beberapa nabi yang memperoleh ilu pengetahuan yang
berasal dari wahyu Tuhan, misalnya Yusuf mengerti tafsir mimpi 12 : 6-101 Daud
bisa membuat baju besi 20 : 20, Sulaeman mengerti bahasa burung dan Jin 27 :
16-20
Pengetahuan dan Perbuatan
Hubungan
antara pengetahuan dan perbuatan. Secara logis pengetahuan harus diikuti oleh
perbuatan, karena makna 'alim sendiri
berkaitan ert dengan orang yang bertindak sesuai dengan pengetahuannya. Titik
dimensi praktis yang membedakan konsep pengetahuan Islam dengan konsep ilmu
pengetahuan lainnya.
Konsep
pengetahuan manusia tidak hanya bmenguraikan persoalan-persoalan kognitif dan
intelektual, tetapi ia menyatukan aspek-aspek spiritua; dan praktis persoalan
manusia. Ilmu dalam Al-Qura'n sering diibaratkan dengan kata nur (cahaya dan
huda (petunjuk) dalam QS 24 :
35 Tuhan sebagai cahaya langit dan bumi.
Muhammad Asad menegaskan "Ayat ini menyinggung pencerahan (ilumination) di
mana Tuhan sebagai sebagai kebenaran mutlak, memberikan petunjuk kepada jiwa
dan perasaan orang yang dikehendaki.
Kebalikannya
orang yang cenderung menolak kebenaran seperti disebutkan dalam QS 24 : 40 :
أَوْ كَظُلُمَاتٍ فِي بَحْرٍ لُجِّيٍّ يَغْشَاهُ مَوْجٌ مِنْ فَوْقِهِ
مَوْجٌ مِنْ فَوْقِهِ سَحَابٌ ظُلُمَاتٌ بَعْضُهَا فَوْقَ بَعْضٍ إِذَا أَخْرَجَ
يَدَهُ لَمْ يَكَدْ يَرَاهَا وَمَنْ لَمْ يَجْعَلِ اللَّهُ لَهُ نُورًا فَمَا لَهُ
مِنْ نُورٍ
Atau seperti kegelapan di lautan yang berlipat-lipat
……….dan siapa yang menjadikan baginya cahaya dari Allah maka tidak adanya
baginya cahaya.
Pengetahuan dan etika
Kata 'alim bukan hanya
isim fail yang menunjukan kesementaraan, kefanaan atau tindakan aksidental
suatu wujud, tetap ia juga menunjukan kata sifat atau substansi yang
mengekspresikan tindakan yang terus menerus, suatu kondisi wujud sudah biasa
ataukualitas yang tetap. Karena itu alim bisa dikatakan untuk menunjuk
seseorang yang bertindak apakah terus menerus atau sesaat sesuai dengan
pengetahuan.
Secara konseptual hubungan
anatara iman dan amal seperti kembar siam, tidak dapat dipisahkan. Ada hubungan
kausal anatara pengetahuan termasuk sinonimnya dan iman yang benar (termasuk
taqwa ) maka secara silogistik dapat disimpulkan bahwa pengetahuan (melalui
iman juga menjadi sebab positif bagi amal soleh. Pengetahuan harus menghasilkan
keyakinan, sedang iman menghasilkan perbuatan (amal) amal soleh adalah semua
tindakan yang yang timbul daroi dan sesuai dengan pandangan Islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...