Rabu, 18 April 2012

Karakteristik Ilmu dalam Islam



Oleh : Abdurrahman MBP

Apa itu ilmu pengetahuan ?
Pada awalnya air laut menguap, kemudian uap itu bersatu di awan dan menjadi gumpalan-gumpalan awan yang penuh dengan uap air, ia diterbangkan angin ke berbagai tempat, hingga akhirnya jatuh kembali ke bumi menjadi hujan. Air hujan segera merembes ke bumi, sebagiannya mengalir ke sungai yang berhulu kembali ke lautan. Di laut proses penguapan kembali berlangsung. Itulah salah satu model ilmu pengetahuan, lantas di mana letak Tuhan ? di mana pula posisi Islam dalam hal ini ?
Ilmu dalam pandangan Islam memiliki makna yang khas dan berbeda dengan sistem lainnya. Secara etimologi ilmu dalam bahasa Indonesia adalah kata serapan dari bahasa Arab yaitu al-ilm, al-ma'rifah dan al-syu'ur (kesadaran). Al-'ilm adalah salah satu dari sifat Tuhan yang tercermin dalam asma al-husnaNya, yaitu Al-'Alim, Al-'Aliim dan Al-'Alaam yang semuanya bermakna Maha Mengetahui.
Mari kita simak salah satu firmanNya :
إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْأَرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Sesungguhnya di sisiNyalah sgala ilmu ghaib, dan Ia mengetahui apa yang trjadi di rahim, dan setiap jiwa tidak mengetahui apa yang akan diusahakannya besok dan di mana ia akan meninggal dunia. Sesungguhnya Allah maha mengetahui. QS Lukman : 32.    
Sumber ilmu pengetahuan adalah Tuhan, karena Dialah yang mengajarkan manusia segala sesuatu sehingga ia mengetahui "Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya" QS Al-'Alaq : 5. Para malaikatpun tidak mengetahui sebelum mereka diajarkan Tuhan Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana"  QS Al-Baqarah : 32.
Beberapa ulama mendefinisikan ilmu dengan berbagai macam definisi :  Imam Syafi'i menyatakan "Ilmu adalah apa yang di dalamnya terdapat hadatsana".
Kesimpulan bahwa ilmu adalah serangkaian pengetahuan yang sistematis yang didasarkan pada nash-nash shahih.   
Watak ilmu pengetahuan menurut Islam
Dalam Al-Qur'an sifat penting epistemologi Islam terletak adanya kebenaran (al-haq) dan kepastian (al-yaqin) sebagai antitesis dari kesalahan (al-batil), keraguan (syak) dan dugaan (dzann). Hal ini berarti ilmu pengetahuan dalam Al-Qur;'an adalah kebenaran mutlak yang tidak ada keraguan padanya. Hal ini seperti disebutkan dalam firmanNya : "Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja. Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai kebenaran. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan". QS Yunus : 36
Hal ini berarti kebenaran adalah lawan dari kebatilan sebagaimana termaktub dalam QS An-Najm : 28 "Dan mereka tidak mempunyai sesuatu pengetahuanpun tentang itu. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan sedang sesungguhnya persangkaan itu tiada berfaedah sedikitpun terhadap kebenaran". Dalam ayat ini terdapat penggunaan dua istilah sekaligus yaitu antara dzan dan haqq, keduanya adalah antonim.    
Dalam Islam kepastian (kebenaran) ada tiga tingkat : Kepastian kognitif (ilm al-yaqin), kepastian penglihatan (ain al-yaqin) dan kepastian yang mutlak dialami (haq al-yaqin). QS 102 : 5-8 Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim, dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan 'ainul yaqin kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu).  
Ilmu Pengetahuan yang Holistik dan Universal
Pengetahuan yang benar secara absolut harus sesuai dengan wahyu. Sebaliknya semua yang bertentangan dengannya adalah salah (batil) atau hanya persangkaan (dzann) atau didasarkan pada hawa nafsu (hawa') kesombongan (istikbar) atau kebodohan (jahl). Kebenaran hakiki diperoleh dari optimalisasi anggota badan     "Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya" QS 17 : 36
Dzann tidak selamanya bersifat negatif dalam epistemologi Islam, manusia juga bisa mmeperoleh sebuah data yang bersifat dzann yang berasal dari selain Al-Qur'an QS 30 : 7. Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.demikian pula QS 17 : 26-27 orang Kafir Makkah mengetahui sisi luar dari dunia ini. Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros, Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.
Dalam konteks pengetahuan Tuhan dzann adalah lawan kata 'ilm, haqq dan yaqin. Tetapi dalam tempat lainnya yaitu "Hai Bani Israil, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu, dan penuhilah janjimu kepada-Ku, niscaya Aku penuhi janji-Ku kepadamu; dan hanya kepada-Ku-lah kamu harus takut (tunduk). Dan berimanlah kamu kepada apa yang telah Aku turunkan (Al Quran) yang membenarkan apa yang ada padamu (Taurat), dan janganlah kamu menjadi orang yang pertama kafir kepadanya, dan janganlah kamu menukarkan ayat-ayat-Ku dengan harga yang rendah, dan hanya kepada Akulah kamu harus bertakwa. (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya". QS 2 : 40-46 dzann orang-orang beriman berdasarkan petunjuk pengetahuan wahyu dapat mencapai arti yaqin (pengetahuan yang pasti).
Kepositifan dzann dapat terlihat pada proses ijtihad yaitu proses pengerahan daya intelektual yang dilakukan oleh orang-orang yang berkualitas.
Pengetahuan dan spiritualitas
Sifat pengetahuan dalam Islam terutama dalam Al-Qur'an adalah holistik dan menyeluruh. Hal sebagai bukti pandangan dunianya yaitu tauhid dan monoteistik, yang tak kenalkompromi. Persoalan-persoalan epistemologis harus dikaitkan dengan etika dan spiritualitas.
Imam Al-Ghazaly mengemukakan konsep tentang integritas dalam Al-Qur'an. Ia menyebutkan bahwa ayat-ayat berkenaan dengan bintang dan kesehatan hanya sepenuhnya dapat dipahami masing-masing dengan pengetahuan astronomi atau kesehatan.
Demikian juga Ibnu Rusyd yang menyatakan : ada keterkaitan antara agama dan filsafat misalnya di bidang penciptaan alam. Dengan hal ini maka Al-Qur'an memberikan dorongan kepada setiap manusia untuk mempelajari nasib peradaban sebelumnya. Ini membentuk kajian sejarah, arkeologi, perbandingan agama, sosiologi dan sebagainya scara utuh.
QS 41 : 53 disebutkan bahwa ada keterkaitan antara ayat-ayat Tuhan di alam semesta dan di kedalaman batin manusia merupakan bagian dan bidang semua alasan berkaitan dengan kebenaran pengetahuan wahyu yang menegaskan kecocokan dan keutuhan yang saling terkait. Contoh-contoh disiplin pengetahuan, keutuhan dan kecocokan terbukti dari kenyataan beberapa nabi yang memperoleh ilu pengetahuan yang berasal dari wahyu Tuhan, misalnya Yusuf mengerti tafsir mimpi 12 : 6-101 Daud bisa membuat baju besi 20 : 20, Sulaeman mengerti bahasa burung dan Jin 27 : 16-20
Pengetahuan dan Perbuatan
Hubungan antara pengetahuan dan perbuatan. Secara logis pengetahuan harus diikuti oleh perbuatan,  karena makna 'alim sendiri berkaitan ert dengan orang yang bertindak sesuai dengan pengetahuannya. Titik dimensi praktis yang membedakan konsep pengetahuan Islam dengan konsep ilmu pengetahuan lainnya.
Konsep pengetahuan manusia tidak hanya bmenguraikan persoalan-persoalan kognitif dan intelektual, tetapi ia menyatukan aspek-aspek spiritua; dan praktis persoalan manusia. Ilmu dalam Al-Qura'n sering diibaratkan dengan kata nur (cahaya dan huda  (petunjuk) dalam QS 24 : 35  Tuhan sebagai cahaya langit dan bumi. Muhammad Asad menegaskan "Ayat ini menyinggung pencerahan (ilumination) di mana Tuhan sebagai sebagai kebenaran mutlak, memberikan petunjuk kepada jiwa dan perasaan orang yang dikehendaki.
Kebalikannya orang yang cenderung menolak kebenaran seperti disebutkan dalam QS 24 : 40 :
أَوْ كَظُلُمَاتٍ فِي بَحْرٍ لُجِّيٍّ يَغْشَاهُ مَوْجٌ مِنْ فَوْقِهِ مَوْجٌ مِنْ فَوْقِهِ سَحَابٌ ظُلُمَاتٌ بَعْضُهَا فَوْقَ بَعْضٍ إِذَا أَخْرَجَ يَدَهُ لَمْ يَكَدْ يَرَاهَا وَمَنْ لَمْ يَجْعَلِ اللَّهُ لَهُ نُورًا فَمَا لَهُ مِنْ نُورٍ
Atau seperti kegelapan di lautan yang berlipat-lipat ……….dan siapa yang menjadikan baginya cahaya dari Allah maka tidak adanya baginya cahaya.
Pengetahuan dan etika
Kata 'alim bukan hanya isim fail yang menunjukan kesementaraan, kefanaan atau tindakan aksidental suatu wujud, tetap ia juga menunjukan kata sifat atau substansi yang mengekspresikan tindakan yang terus menerus, suatu kondisi wujud sudah biasa ataukualitas yang tetap. Karena itu alim bisa dikatakan untuk menunjuk seseorang yang bertindak apakah terus menerus atau sesaat sesuai dengan pengetahuan.
Secara konseptual hubungan anatara iman dan amal seperti kembar siam, tidak dapat dipisahkan. Ada hubungan kausal anatara pengetahuan termasuk sinonimnya dan iman yang benar (termasuk taqwa ) maka secara silogistik dapat disimpulkan bahwa pengetahuan (melalui iman juga menjadi sebab positif bagi amal soleh. Pengetahuan harus menghasilkan keyakinan, sedang iman menghasilkan perbuatan (amal) amal soleh adalah semua tindakan yang yang timbul daroi dan sesuai dengan pandangan Islam.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Uktub Your Ro'yi Here...