Oleh
: Abu Aisyah
Kehidupan ini memang sangat menakjubkan, ia tidak pernah berjalan
monoton dan satu keadaan. Ada suka dan ada duka, ada sengsara dan ada bahagia,
semuanya adalah warna kehidupan. Di balik rona kehidupan itu pasti ada hikmah
luar biasa yang telah ditetapkan oleh Ar-Rahman, bisa jadi ia terasa membahagiakan
kita, namnu tidak jarang ia memeras air mata. Serasa baru kemarin kita
terbahak-bahak bersebdagurau dengan keluarga, namun hari ini banjir air mata
karena orang tercinta telah tiada. Di tengah kehidupan yang penuh warna –untuk menyebut
kata lain dari hitam putih dunia- ternyata kita sering lupa bahwa kebaikan dan
keburukan itu terkadang sama saja. Kebahagiaan yang kita rasakan bisa jadi
merupakan pengobat dari kesengsaraan yang selama ini kita rasakan. Sebaliknya kesengsaraan
yang kita rasakan bisa jadi penghapus dosa dan persiapan untuk menikmati
kebahagiaan di hadapan sana.
Manusia dalam menghadapi hitam putih dunia juga berbeda-beda,
sebagian mereka akan mengeluh jika kesengsaraan menghampiri kehidupannya. Sementara
ketika kebahagiaan bersamanya, ia akan lupa dengan penciptanya. Ada juga yang
merasa bahwa kehidupan ini adalah penjara, sehingga ia merasa bahwa
aturan-aturan Sang Pencipta adalah tali kekang yang mengakibatkannya sengsara
di dunia. Ia lupa, bahwa ternyata aturanNya bukan untuk mengekang hambaNya. Segala
hal yang datang dari Sang pencipta sejatinya adalah untuk kebaikan manusia. Tipe
orang seperti ini akan merana di tengah hijaunya dunia. Sebagian manusia
lainnya merasa bahwa dunia adalah kehidupan sebenarnya sehingga mereka mencoba
untuk menikmati dunia sepuasnya, “Hidup itu Cuma sekali...” begitu kata mereka.
Maka mereka menghabiskan hidupnya untuk kesenangan dunia. Bagaimana dengan
anda?
Hitam putih dunia membawa setiap manusia menikmati setiap detak
kehidupan di dunia, sehingga wajar saja ketika ia akan merasa bahagia dan
merasa sengsara. Bukankah kebahagiaan itu akan terasa ketika kita telah merasa sengsara?
Kesengsaraan sendiri terkadang bisa dinikmati sebagai sebuah kebahagiaan. Seseorang
yang menahan lapar ketika berpuasa adalah salah satu contoh bahwa ternyata “kesengsaraan”
berpuasa adalah sebuah kebahagiaan yang tiada tara. Dalam budaya semesta banyak
orang-orang yang “menyiksa” dirinya dengan bersemedi, melukai diri dan
mengorbankan keinginan keduniaannya. Sehingga sesungguhnya antara kebahagiaan
dengan kesengsaraan itu bukan pada keadaan manusianya, ia lebih kepada
perspektif diri dan norma apa yang digunakan untuk melihatnya. Maka hitam putih
dunia adalah warna, ia akan terasa indah ketika kacamata iman sebagai alat untuk
melihatnya, namun ia akan menjadi neraka ketika dipandang dari hawa nafsu
manusia. Maka mari nikmati hitam putih dunia......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...