Republik Islam Iran dahulu
dikenal dengan sebutan Persia, merupakan negara yang memiliki sejarah panjang
dalam peradaban manusia, bahkan dianggap sebagai salah satu dari 15 negara yang
menjadi tempat lahir dan pembentuk kebudayaan manusia. Wilayahnya yang terdiri
atas gunung-gunung, lembah dan padang pasir tandus itu, telah dihuni oleh
masyarakat manusia lebih dari 100 ribu tahun silam. Namun, sejarah Persia
umumnya dimulai dari migrasinya suku bangsa Media dan Persia dari kawasan Asia
Tengah, yang datang dan menetap di Persia (Iran) pada abad ke-16 SM.
Terjadi saling
perebutan kekuasaan, dan suku Media lebih awal berkuasa (728-550 SM), sampai
kemudian bangsa Persia berkuasa di bawah kepemimpinan Raja Cyrus Agung. Pada
saat itu, Persia menjadi sebuah wilayah kerajaan besar meliputi Babilonia,
Palestina, Suriah, seluruh Asia Kecil dan Mesir. Kejayaan itu berlangsung lebih
dari dua abad lamanya, hingga tahun 330 SM, bersamaan dengan munculnya
kekuasaan Romawi. Pada saat itu, Persia ditaklukkan Alexander the Great
(Alexander Agung). Wilayah ini akhirnya menjadi rebutan kekuasaan yang silih
berganti, dari Dinasti Arcasida dan Kekaisaran Parthia (248 SM-224 M), dan
dilanjutkan dengan Kekaisaran Sassanid (226-651M), hingga masuk masa Islam,
yaitu pada masa Khulafa al-Rasyidin di Arab, Islam masuk ke Persia.
Sejak tahun 640 M
hingga sekarang, seluruh wilayah Persia telah dikuasai Pemerintahan Islam.
Hanya saja, terjadi perebutan kekuasaan antar dinasti-dinasti Islam sejak masa
Khulafa al-Rasyidin, Dinasti Umayyah, Dinasti Abbasiyah, Dinasti Safawi,
Dinasti Qajar, Dinasti Pahlavi, hingga Republik Islam Iran. Menurut
kronologisnya, Iran mulai mendapat campur tangan Eropa pada 1779, saat Dinasti
Qajar berkuasa.
Memasuki Abad ke-20,
tepatnya tahun 1921, pasca Perang Dunia pertama, terjadi kudeta yang dilakukan
oleh Reza Khan untuk merebut kekuasaan dari pemerintahan Qajar. Pada tahun 1925
Reza Khan menjadi penguasa dan mengganti namanya menjadi Reza Pahlevi.
Kerjasamanya dengan Nazi, menyebabkan sekutu yang selama ini mendukungnya,
memaksanya turun tahta. Ia digantikan oleh putranya Mohammad Reza Shah Pahlevi.
Pada 1935 Persia berganti nama menjadi Iran, dan Muhammad Reza Pahlevi,
menyatakan bahwa kedua nama tersebut (yaitu Persia dan Iran) boleh digunakan.
Pemerintahan Syah Iran ini bertahan hingga 1979, saat Ayatullah Khumaini
meruntuhkan kekuasaanya melalui perlawanan panjang dalam sebuah revolusi yang
monumental. Sejak itu Iran menjadi Negara modern non-monarki dengan nama
Republik Islam Iran.
Gerakan revolusi yang
dilakukan Khomeini dan para ulama Syi'ah lainnya dalam mengungkapkan pemikirannya merupakan
perjuangan yang baik dalam pembelaannya terhadap Islam serta mendirikan
pemerintahan Islam, sebagai pengganti atas pemerintahan kerajaan yang
sebelumnya. Untuk itu bagi Khomeini ulama merupakan pondasi dalam
mempertahankan hak-hak Islam serta sarana untuk pengetahuan manusia akan
moralitas bangsa. Karena jika para ulama itu rusak dan bodoh akan pengetahuan
hukum-hukum agama maupun politik maka hal itu dapat merusak citra dan
kepercayaan rakyat bahkan Islam itu sendiri. Strategi perjuangan Khomeini
mendapatkan simpatik dari rakyat Iran, sehingga yang selalu dia serukan dengan
terus-terangan adalah bagaimana negara dapat menjamin kesejahteraan dan
keamanan bagi rakyatnya sehingga peran para pejabat eksekutif, legislatif serta
para ulama benar-benar memberikan konstribusi yang sesuai dengan harapan
rakyat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...