Oleh :
Aisyah As-Salafiyah binti Abdurrahman
Namaku ‘Aisyah As-Salafiyah,
aku biasa dipanggil ‘Aisyah. Aku memiliki motto hidup, ‘Dalam sebuah
pencapaian, kita butuh DUIT : Do’a, Usaha, Istiqomah, Tawakkal’.
Aku tinggal di pinggiran
metropolitan tepatnya di lingkungan Pesantren Ibnu Taimiyah, saat ini aku
belajar di kelas 9 C marhalah Mutawasshit Banat, kalau dihitung-hitung, sudah
13 tahun aku tinggal di ma’had yang notabene bermanhaj salaf ahlus sunnah wal
jama’ah, Insya Allah. Orangtuaku bekerja di ma’had ini sebagai guru, jadi aku
bisa sekolah di ma’had ini dengan gratis.
Aku sangat bersyukur dapat
lahir dan tumbuh disini, di sekitar pesantren dengan didikan yang sesuai
Al-Qur’an dan Sunnah, aku juga sudah dapat mempelajari Al-Qur’an dan hadits
sedikit demi sedikit sejak kecil, ma’had ini berada di kaki gunung Salak yang
sejuk dan asri, membuat siapapun merasa betah tinggal di sini.
Pertama kali aku mengenyam
pendidikan di PYIT saat kelas 2 MI, karena setahun sebelumnya PYIT belum
membuka jenjang sekolah untuk non asrama dan anak ustaz. Waktu itu kelas banat
dan banin masih bersama, karena kelas banat waktu itu Cuma kelasku dan kelas 1 MI,
murid kelas kami waktu itu hanya ada 7 murid saja, terdiri dari 3 banat dan 4
banin, meski muridnya sedikit tapi kami tetap dapat menghabiskan waktu belajar
dengan senang hati dan tetap ceria, hmm.. sungguh banyak kenangan manis saat
aku pertama kali sekolah di ma’had ini.
Melihat cukup banyaknya
santriwati yang sekolah di PYIT, maka saat aku kelas 5 mulai diadakan asrama
banat dengan 12 santriwati, sementara aku dan beberapa anak ustaz lain tetap
non asrama, lalu kelas banin – banatpun dipisah saat itu, masih di pondok banin,
dipisahkannya gedung banat-banin baru dilakukan saat ana kelas 6 MI.
Hmm.. banyak hal menyenangkan
yang ana alami di ma’had ini sejak kecil sampai kini duduk di kelas 9. Namun
diantara semua kenangan manis tersebut terselip kejadian yang mengguncang jiwa
santriwati banat dan membuat kami berduka, yaitu kebakaran di ma’had banat. 5
ruangan kamar dan aula habis terbakar, api tersebut juga menelan 2 korban,
yaitu seorang musrifah dan seorang TU. Kebakaran itu terjadi pada tanggal 17
Juli 2011 tepat saat santriwati banat sedang melaksanakan shalat Maghrib
berjamaah.
Namun Alhamdulillah, kurang
lebih satu tahun setengan setelah kejadian itu, kini telah berdiri bangunan
baru di samping bangunan lama dengan 3 tingkat.
13 tahun aku hidup di ma’had
PYIT tercinta ini, banyak yang bertanya apa aku tidak bosan? Ya memang
terkadang aku merasa jenuh dan tidak betah karena satu atau dua alasan,
misalnya saja teman-teman yang kurang ramah, namun aku yakin, aku memiliki
banyak alasan mengapa betah di sini yang tidak dapat kusebutkan semua,
contohnya, lingkungan yang baik di sekitar ma’had, cuaca dan pemandangan indah
di kaki gunung salak yang asri dan sejuk, guru-guru yang baik dan perhatian,
ilmu yang bermanfaat, dll..
Terkadang terpikir olehku
untuk pindah karena beberapa sebab, tapi aku harus kuat, aku yakin aku bisa
bertahan, aku harus selalu ingat mottoku : Doa, Usaha, Istiqomah, Tawakkal.. lagipula
duniaku ada di pesantren dan aku tidak bisa meninggalkannya begitu saja,
kehidupan pesantren sudah melekat dalam kalbuku, karena pesantren is my
lifestyle!
Setelah aku lulus nanti, aku
ingin menjadi muslimah shalihah yang berbakti pada orang tua, aku juga ingin
menjadi lecturer (dosen), psikolog dan penulis. Semoga ilmu yang sudah
kupelajari di ma’had ini dapat bermanfaat sampai aku besar nanti, Aminn..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...