Urgensi akhlak Mulia
Persoalan akhlak adalah persoalan besar bagi umat Islam, persoalan yang menentukan eksistensi seorang Muslim sebagai makhluq Allah, sebagai pribadi di dalam keluarganya, sebagai individu di dalam masyarakatnya, sebagai muharrik dalam sebuah gerakan Islam, sebagai Muslim di tengah umat, sebagai bagian dari umat di tengah interkasinya dengan bangsa dan peradaban lain di Dunia.
Akhlak adalah persoalan jati diri, persoalan karakter inheren yang tak bisa lepas ke mana seseorang manusia pergi. Sekaligus Akhlak merupakan lambang kualitas seorang manusia, masyarakat dan umat. Karena Akhlak adalah seperangkat tindakan atau gaya hidup (namth) yang terpuji, yang merupakan refleksi nilai-nilai Islam yang diyakini dengan motivasi semata-mata mencari keridhaan Allah SWT.
Akhlak adalah nilai-nilai Islam yang membumi, yang terjelma dalam bentuk konkret manusia, umat atau peradaban. Dia merupakan nilai terpuji, karena nilai-nilai islami adalah nilai fitrah manusiawi, yang bersih dan lurus. Karenanya sebaik-baik manusia adalah manusia yang sesuai dengan fitrahnya, manusia yang baik Akhlaknya.
Dalam bingkai potret peradaban umat di hari ini, Akhlak islami menjadi penting, bahkan merupakan sebuah urgensi yang tak bisa ditawar-tawar lagi. Karena potret buram dan retak peradaban umat di hari ini tak lepas dari pengaruh lunturnya Akhlak di kalangan kaum Muslimin. Dan lunturnya Akhlak ini pula yang telah menggeser timbangan umat dari posisi khairu ummah menjadi "buih", yang dengan mudahnya dicerai-beraikan musuh-musuh Allah. Karenanya upaya peningkatan Akhlak islami mestilah didasarkan pada pribadi Muslim, da'i dan muharrik, keluarga, masyarakat, amal islami dan umat secara keseluruhan.
Dalam skala pribadi perbaikan Akhlak akan membuat seorang Muslim memiliki ketenangan dan kekuatan jiwa, dihormati dan diteladani, dapat menjalankan kewajiban dengan baik, dapat memberikan sumbangan bagi aktifitas kemaslahatan masyarakat, kemudian akan berkembang ruh mahabah dan ukhuwah antar pribadi Muslim.
Dalam skala masyarakat, maka pribadi-pribadi Muslim yang berAkhlakul kharimah dapat memberikan ketertiban dan kesejahteraan umum, masyarakat menjadi teratur dan bersih. Dalam skala amal islami, dengan menguatnya Akhlak para aktifis harakah, pertumbuhan dan kekuatan dapat diciptakan, yang pada gilirannya mampu meningkatkan manuver-manuver da'wah serta memberikan daya tahan (imunitas) terhadap serangan futur (kemandegan).
Peningkatan Akhlak para aktifis gerakan Islam akan memberikan pertumbuhan vertikal berupa peningkatan tanggung-jawab (mas'uliyah) dan kepemimpinan, memunculkan afkar-afkar (anggota) yang berkualitas, yang selanjutnya dapat mengadakan pertumbuhan horizontal berupa perluasan medan da'wah. Kemudian dari hub (rasa cinta) dan ikha' (rasa persaudaraan) akan memunculkan kekuatan wihdah (persatuan).
Dalam skala umat, maka Akhlak islami akan menyediakan kekuatan dan peningkatan produktifitas kerja, keberkatan dan ridha Allah SWT, dihormati, dikagumi, diteladani dan disegani bangsa dan peradaban lain. Dan peningkatan Akhlak islami ini secara langsung akan memajukan peradaban kaum Muslimin.
Pengaruh Akhlak yang demikian tinggi baik bagi pribadi Muslim, masyarakat, bahkan umat bukanlah tanpa alasan. Karena karakter inheren Akhlak itu sendiri yang merupakan penyebabnya. Karena Akhlak islami adalah suatu keyakinan terhadap nilai-nilai Rabbani yang diejawantahkan dalam kehidupan nyata untuk hanya mencari rasa suka, ridha Allah. Akhlak Islami merupakan aktifitas lahir sekaligus bathin. Aktifitas lahir nampak dalam budi pekerti (suluk) terpuji dan aktifitas bathin nampak dalam bentuk keteguhan dan kekuatan jiwa, menumbuhkan optimisme dan tekad yang kuat.
Belumlah sampai pada tingkat Akhlak, kalau penampakan dzahir suatu perbuatan, yang nampaknya terpuji, kalau tidak diiringi dengan ketulusan niat bahwa perbuatan itu dalam rangka mencari rasa suka Allah. Sikap dzahir yang nampaknya terpuji namun dengan diiringi hati yang bertolak-belakang adalah sikap kaum munafiq, tanpa diiringi keikhlasan adalah sikap kaum musyrik.
Seorang Muslim yang berAkhlakul kharimah tidak dapat bersikap pura-pura dalam tingkah laku harian untuk sekadar mendapat penghargaan secara sosial. Tetapi segala tindak tanduknya keluar dari keyakinan, sikap hidup yang bersumber untuk mencari ridha Allah. Keyakinan bathiniah ini sendiri mengiringi dan mewarnai (sibghah) aktifitas dzahir.
Karenanya aktifitas dzahir baik kaum Muslimin bukan hanya bermakna sosial dan profan tetapi juga sakral, bukan saja dalam rangka berlaku baik terhadap manusia, tetapi juga dalam rangka mengharapkan pujian Allah. Pujian Allah inilah yang mestinya lebih mendominasi dan didamba Muslim yang berakhlakul kharimah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...